Dilema Akan Cinta Sejati dan Belahan Jiwa

142 79 84
                                    

Kepergianku bersama mama telah menyisahkan jejak, aku meninggalkan sejuta kenangan di Jakarta entah itu di rumah, sekolah maupun kenanganku bersama Rian. Karena jarak telah menjadi penghalang, aku dan Rian hanya bisa menjalin hubungan jarak jauh. Rian di Jakarta dan aku di bandung, kami hanya berjumpa via suara. Namun, bagiku itu bukan masalah selagi kami masih bisa memandang langit yang sama.

****

29 Maret 2016 aku resmi menjadi siswi SMA Tunas Bangsa yang terletak di Bandung. Hari pertama aku masuk kelas rasanya biasa-biasa saja, engga ada yang menarik sampai aku bertemu dengan kak Dani, dia adalah senior aku dan yang aku tau dia mantan ketua OSIS. Pertemuan kami berawal di taman sekolah saat aku sedang duduk sendiri dan ia menghampiriku, pertama kali ku lihat parasnya telah tersirat rasa kagum dalam hati, postur tubuh tingginya menjelaskan bahwa dia adalah salah satu  anggota paskibraka. Dia juga memiliki kesamaan dengan Rian, mereka berdua memiliki lesum pipit di pipi kanan mereka.

“Boleh aku duduk ?” sapa kak Dani

Aku berbalik ke arahnya lalu tersenyum ramah “silahkan, lagian engga ada tulisan larangan untuk duduk kok”.

“Kamu kelas berapa ? rasanya aku engga pernah liat kamu, atau aku yang kuper kali yah !” tanyanya.

Aku menyodorkan tangan dengan maksud berkenalan “kenalin aku Riwa pindahan dari Jakarta, kelas XI IPA 3”.

“Aku Dani, XII IPA 1” membalas sodoran tanganku.

Mendengar dia adalah seniorku aku berusaha berkata sopan “uppz, maafin Riwa yah kak, tadinya Riwa engga tau kalau kakak itu senior”.

“Ya ampun, gitu aja dibahas. Kalau boleh tau kenapa Riwa pindah kesini ?”

“Yah... karena takdir mungkin”
jawabanku membuat kak Dani tertawa kecil.

“Tapi kalau boleh jujur sejak pertama kakak liat Riwa, rasanya Riwa itu beda dengan cewek-cewek yang lain” kata kak Dani penuh maksud.

“Kakak gombal deh, semua cewek itu sama selalu dicampakan dan semua cowok itu sama selalu mencampakan, karena cewek itu selalu menggunakan perasaan”.

“Bukan gitu maksud kakak, tapi cuma Riwa yang bisa narik perhatian kakak”.

“Maksud kak Dani, kakak jatuh cinta pada pandangan pertama?”

“Riwa, engga ada yang namanya cinta pandang pertama, yang ada itu cuma rasa suka dan kagum yang disalah artikan menjadi cinta”.

Tringggg... Tring... Tringgg..., tiba-tiba bell masuk berbunyi dan terpaksa percakapan seru kami terhenti sampai disitu.

“Aduh, udah bell nih kak. Riwa masuk kelas dulu yah !”

“Eh tunggu, boleh kita kembali bertemu besok ?!” tanya kak Dani yang sempat menghentikan langkahku.

“Kenapa tidak... !”

“Kakak akan temuin Riwa di kelas besok”. Setelah mengatakan itu, kami berdua lalu beranjak pergi meninggalkan taman.

****

Jujur, pertemuan pertama aku dengan kak Dani menyisahkan rasa penasaran, bayangan wajahnya selalu menghiasi setiap pejaman kedua mata ini. waktu itu aku engga sabar tunggu besok agar aku bisa bertemu kembali dengan dia. Kehadiran kak Dani membuat aku lupa akan Rian. Tiba-tiba kudengar handpone aku berdering dalam tas yang ternyata itu adalah Rian, sepertinya Rian sudah menghubungiku dari tadi tapi aku tidak menyadarinya.

Sepenggal Kisah Riwa di Langit 2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang