Angela POV
Perfect. Batin Angela melihat penampilannya di cermin. Seminggu setelah kejadian itu, Leo menghilang lagi entah kemana aku tak peduli.
Oke, saatnya ke kampus
Angela menjalankan mobilnya dengan pelan. Ia merasa hatinya sangat tenang. Tetapi ketenangan itu tak berlangsung lama saat ia melihat spion mobilnya.
Seperti ada yang mengawasiku. Pikir Angela.
Keadaan tak berubah selama lima belas menit yang lalu. Angela melihat ada sebuah mobil hitam yang mengikuti mobilnya.
"Ini sangat gawat aku harus segera sampai di kampus". Dengan panik Angela segera mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh.
"Hell no! Mengapa orang itu terus mengikutiku. Sebenarnya apa maunya" Angela terus saja berteriak di dalam mobilnya saat menyadari bahwa mobil itu tetap mengikutinya.
Kini, mobil tadi telah berhenti di depannya. Dengan otomatis Angela mengerem mobilnya secara mendadak.
"Aaaaa. Tuhan selamatkan aku. Jauhkan aku dari orang-orang aneh itu". Angela terus saja merapalkan doa hingga tak menyadari bahwa orang yang telah mengikutinya telah berada di kursi sebelah kemudi di dalam mobilnya.
Orang itu segera menarik paksa Angela ke dalam mobilnya. Kemudian menghempaskannya dengan kasar. Memasangkan sabuk pengaman dan melaju dengan kecepatan diatas rata-rata.
Angela yang masih shock hanya bisa mematung, pandangannya kosong. Berbagai spekulasi buruk banyak menghinggapi pikirannya.
Mobil telah berhenti di suatu tempat dan orang itu menatap Angela. Menangkup kedua pipinya dengan sayang. Seolah merupakan suatu sarat akan kerinduan.
"Angela, Angela" panggilnya dengan menepuk pelan kedua pipi Angela. Mendapati tak ada respon dari gadis itu, ia kemudian mengguncangkan bahunya dengan cukup keras. Terlihat kekhawatiran di matanya. Ia pikir ini semua salahnya, karena sudah membahayakan Angela.
Seolah tersadar Angela tiba-tiba menangis tersedu.
"Huuaaa... kau sangat jahat Leo. Kupikir aku telah diculik. Itu sangat membuatku takut". Tangis Angela sambil berusaha memukul Leo.
"Oke maafkan aku. Kupikir kau tak akan menangis seperti ini. Maafkan aku Angela". Ucap Leo seraya membawa Angela ke dalam peluknya.
"Kau tahu? Aku sangat merindukanmu Angela. Sangat sangat merindukanmu. Aku bahkan sampai mengikutimu kemanapun. Jauh darimu membuatku merasa kehilangan Angela". Melihat Angela yang tertidur Leo segera membawanya ke apartemen miliknya.
Angela terbangun dari tidurnya. Ia merasa asing dengan tempat ini. Sebuah kamar dengan nuansa yang maskulin. Dengan dinding paduan warna hitam dan merah.
Menyeramkan. Sepertinya kamar seorang pria
Pintu kamar dibuka oleh seseorang yang ternyata Leo.
"Kau sudah bangun. Ini makanlah".
Memang ia tak melihatnya. Aku memang sudah bangun. Dasar bodoh.
Angela segera menerima makanan yang diberikan Leo tadi. Dan melahapnya dengan rakus. Ia memang belum memakan apapun hari ini. Jadi apapun yang ada di hadapannya saat ini akan masuk semua ke dalam perut cantiknya.
" Jangan mengumpatku dalam hati Sayang. Dan makanlah dengan pelan kau bisa tersedak".
"Jangan sok tau. Siapa yang mengumpatmu". Uhh dasar menyebalkan mengapa ia bisa tahu apa yang tengah ku pikirkan.
Leo brengsek.
"Aku mendengarnya". Ucap Leo sebelum keluar dari kamarnya.
Saat ini mereka sedang menonton tv bersama. Dengan Angela duduk di sofa dan Leo berbaring dengan kepala di pangkuannya.
"Leo minggirlah. Kau sangat berat". Angela berusaha menyingkirkan kepala Leo.
"Sebentar saja sayang. Ini sangat nyaman". Jawab Leo kemudian menghadap ke arah Angela dan menenggelamkan kepalanya di perut gadis itu.
"Menyebalkan". Angela terus saja menggerutu sepanjang mereka menonton tv. Sebenarnya ini sudah menjadi bahan perdebatan mereka sejak satu jam yang lalu. Tentu saja Leo yang menjadi pemenangnya. Pria itu seakan tak terbantahkan. Semua keinginannya haruslah terpenuhi.
Terdengar nafas Leo yang teratur. Menandakan pria itu telah tertidur. Sejenak Angela memandang wajah Leo. Menyentuhnya dengan sayang.
Sangat tampan.
Alis tebal, hidung mancung, rahangnya yang tegas. Dan jangan lupakan mata birunya yang mampu menghipnotis semua orang. Dengan tatapan tajamnya yang begitu mengerikan. Seolah menegaskan bahwa semua harus tunduk padanya.
"Mengagumiku?" Tangan yang tadi digunakannya untuk mengelus wajah Leo kini telah berada di genggaman pria itu. Entah sejak kapan pria itu bangun. Atau ia hanya pura-pura tidur. Sontak hal itu membuat Angela sangat terkejut. Ia pikir tadi Leo benar-benar telah tidur.
"Ee..si... Kepedean sekali kamu Leo" Entah hilang kemana nyali Angela saat ini. Ia benar-benar gugup. Seperti maling yang tertangkap basah.
"Benarkah? Aku tak percaya". Ucap Leo dengan mendekatkan wajahnya pada Angela. Hanya ada jarak beberapa senti saja. Jika Leo maju sedikit lagi maka bibir mereka akan bertemu.
"Te tentu saja. Untuk apa aku mengagumimu. Kurang kerjaan saja". Cibir Angela setelah mendapatkan kekuatannya kembali.
Bibir mereka bertemu. Angela yang masih belum siap hampir terdorong ke belakang jika Leo tak memegangnya. Bibir Leo terus saja melumat, menghisap dan menyecap setiap rasa dari mulut Angela. Tak ada respon dari gadisnya, Leo menggigit kecil bibir bawah Angela. Hal itu menyebabkan Angela yang masih terkejut membuka mulutnya. Leo memanfaatkannya dengan memasukkan lidahnya ke dalam mulut Angela. Mempertemukannya dengan lidah Angela kemudian membelitnya.
Dilihatnya Angela telah kehabisan nafas. Leo melepaskan bibir mereka. Kemudian ciumannya turun ke rahang dan kulit lehernya. Menciptakan gelenyar-gelenyar aneh dari gigitan yang diciptakan oleh Leo.
"Leo. Ahh". Desah Angela menikmati setiap perlakuan yang Leo berikan. Leo menatap Angela dalam.
"Do you wanna sex with me?"
♡♡
Flevins°
YOU ARE READING
APHRODITE
RomanceAku membencimu. -Angela Aprodhite- Tapi aku sangat mencintaimu. -Leonardo Collins-