Seogyu melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa, melewati kedua pohon yang sangat familiar untuknya.
Nafasnya agak terengah-engah setelah berlari kecil dalam perjalannya menuju tempat rahasianya, kolam lili. Ia yakin, Sanghyuk pasti sudah menunggunya. Meskipun merasa bersalah, bibir Seogyu melengkung tersenyum dan matanya berbinar. Ada sesuatu menarik yang harus ia ceritakan.
Ia mendapati sosok Sanghyuk sedang berbaring. Seogyu berjalan pelan mendekati Sanghyuk.
Sanghyuk berbaring sambil menutup matanya. Tangan kanannya terlipat keatas tepat dibelakang untuk menopang kepalanya, sedangkan tangan kirinya berada di atas perutnya sambil memegangi sebuah mp3 player, terhubung dengan earphone yang ia kenakan dikedua telinganya.
Mungkin kah ia tertidur?
Seogyu mencoba duduk tanpa mengeluarkan suara, khawatir ia akan membangunkan si pria.
Seogyu duduk menghadap kolam lili, berdampingan dengan Sanghyuk yang berbaring. Gadis itu mengatur nafasnya perlahan, kemudian menoleh.
Sanghyuk masih menutup matanya dan belum menyadari kehadiran Seogyu.
Yasudah, mungkin lain kali saja.
Seogyu merapatkan kedua bibirnya. Ia menggerakkan badan dan kakinya, membuat posisi duduknya agar bisa melihat Sanghyuk. Seogyu memiringkan kepalanya ke kanan, tangan sehatnya terangkat keatas, telunjuknya membuat garis-garis tak terlihat.
Ya, lagi-lagi Seogyu bertingkah seolah sedang melukis wajah Sanghyuk.
"Wah, saat tidur pun wajahnya sangat tampan, sampai-sampai aku ingin menciumnya..."
Seogyu mengangkat kedua alisnya.
Sanghyuk membuka kedua matanya yang langsung mengarah ke Seogyu.
"Itu...yang ada di kepalamu, bukan?"
"Mwo?" Seogyu mengerutkan dahi dan menurunkan tangan sehatnya yang sedari tadi terangkat. "Kupikir kau sedang tidur."
Sanghyuk setengah tersenyum, "Tidak ada yang mengatakannya."
Seogyu menolehkan kepalanya, memandang kolam lili. Ia tidak berkomentar, bukan karena kesal, tetapi menyadari memang hanya dirinya yang mengira Sanghyuk sedang tertidur tadi.
"Kenapa kau terlambat?" Hyuk bertanya.
"Suster Jung terlambat mengantarkan obat ke kamarku, dan... ah!"
Seketika rasa excitednya kembali muncul. Ia menoleh lagi ke arah Sanghyuk, tetapi mata pria itu sudah kembali tertutup.
"Ada sesuatu yang ingin ku ceritakan!"
Sanghyuk bisa tahu bagaimana Seogyu tersenyum dan matanya berbinar hanya dari nada suaranya.
Tanpa menunggu komentar Sanghyuk, Seogyu menatap tangan kanannya dan mulai bercerita.
"Tangan... tangan kananku bergerak! Entahlah, tiba-tiba begitu saja saat aku terjatuh untuk mengambil gelas. Tapi aku yakin, aku merasakannya kalau tangan kananku sempat memegang erat meja! Whoa! Hebat bukan?!"
Sanghyuk membuka matanya dan tersenyum, ikut merasa senang.
"Ya, itu benar-benar hebat. Selamat, Seogyu!"
Tangan kirinya yang tadi memegang mp3 kini menggapai pucuk kepala Seogyu dan mengelusnya pelan.
Seogyu ikut berbaring di sebelah Sanghyuk.
"Aku benar-benar tidak percaya. Aku pikir tangan ini tidak akan bisa kembali normal." gumam Seogyu untuk kesekian kali.
"Pasti bisa, aku yakin."
Gadis itu tersenyum, merasa lebih semangat mendengar komentar positif Sanghyuk.
"Dan jangan lupa, kau harus melukis wajah tampan ini saat tangan mu sembuh."
"Ya, kau tau berapa harga untuk satu lukisan ku?"
"Kau memintaku membayarnya? Kau yang harus membayarku karena aku sudah meluangkan waktu setiap hari disini untukmu." gurau Sanghyuk pura-pura merasa kesal.
"Aigoo."
Seogyu terkekeh.
"Baiklah aku akan melukis wajahmu. Tapi aku ingin sesuatu sebagai bayarannya."
Gadis itu menoleh. Begitu juga si pria.
"Apa?"
"Suaramu."
"Hm?"
"Saat tanganku sembuh, aku akan melukis untukmu, lalu kau harus menyanyi untukku."
Sanghyuk tersenyum kecil. Kata-kata Seogyu membuat nya mengingat realita.
'Saat tanganku sembuh...'
Entah kapan waktu itu tiba. Bisa saja besok, lusa, minggu depan, atau mungkin tahun depan. Tapi mereka sama-sama tahu, bahwa Sanghyuk tidak punya waktu banyak untuk menunggu. Penyakit yang menggerogotinya tidak akan ikut menunggu.
Jika saja kondisi nya tidak seperti sekarang, saat ini, bahkan sejak dulu ia akan bernyanyi untuk gadis itu tanpa imbalan apa pun.
Pria itu menggenggam tangan lumpuh Seogyu, lalu mendekapnya di atas dadanya hingga Seogyu bisa merasakan detak jantungnya. Kemudian ia megecup tangan gadis itu.
"Cepatlah sembuh. Aku harap waktuku masih sempat." Sanghyuk kembali mengecup jemari Seogyu.
Seogyu merentangkan tangannya, dan memeluk Sanghyuk. Sanghyuk membalas pelukannya.
Hatinya sakit mendengar kata-kata itu, walaupun memang benar adanya. Seogyu menahan tangisnya, membenamkan dirinya ke dalam pelukan Sanghyuk.
"Tolong jangan berkata seperti itu. Aku yakin, tidak akan lama." Seogyu mencoba meyakinkan Sanghyuk. Dan juga dirinya sendiri.
***
**Note:
Cerita ini terinspirasi dari fanfics 'Flower of Despair', karangan 'dreamyflower'-nim di situs AFF.
Latar belakang cerita & latar belakang karakter gue ambil dari FOD.
Nama karakter gue ganti dan juga cerita/scene ini adalah karangan gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call It Love • ㅎㅅㅎ
FanfictionMake A Wish, Hide and Seek, Dear Noona - Han Sanghyuk VIXX x OC