Anemone

3.2K 244 24
                                    

[Naruto disclimer Masashi Kishimoto]
[Promt_Musim semi]
[Romance, Family]
[Kemungkinan ooc, typo, dll]
[Kenangan masih mereka ketika kembali dari misi di Bulan]
#NaruHinaWeddingCelebration

Purnama kedua, musim semi akan segera tiba, rembulan diatas sana tak sebesar dan seterang saat momen mendebarkan ketika kau akhirnya bisa merasakan bagian termanis dari lelaki yang sangat kau cintai, bibir kalian untuk pertama kalinya saling mengecup.

Malam ini kau menyempatkan diri lagi memandangi sang dewi malam, sinarnya masih terasa sama, lembut dan menenangkan. Memori mu memutar kembali saat-saat kalian akan kembali ke Konoha setelah berhasil menyelamatkan bumi.

"Naruto," Kau tersenyum malu mengingat peristiwa itu, hati mu menghangat, pipi mu merona ketika kau menyebut namanya. Masih teringat dengan jelas, mana mungkin kau bisa melupakan kenangan manis itu, kau bisa melihat seluruh adegan seakan-akan sedang terjadi didepan mata mu.

...

Pemuda itu menggenggam erat tangan mu, kalian berjalan lambat seakan tak rela kaki kalian lebih cepat sampai di Konoha. Shikamaru dan Sai sudah jauh berada didepan, Sakura dan bahkan adik mu Hanabi entah bagai mana, tidak mengajak kalian mengobrol, seakan menganggap kalian tidak ada, mereka asik bercerita tentang kesuksesan misi.

Pintu gerbang megah itu semakin jelas terlihat, kau tau warga desa telah menunggu kepulangan kalian dan Naruto tau, kau juga merasakan hal yang sama, tidak banyak waktu lagi bagi kalian bersama.

Genggaman tangannya semakin erat, kau membalasnya dengan melakukan hal yang sama, tiba-tiba kalian sudah berada dibalik sebuah pohon besar ditepi jalan, Naruto memeluk mu sangat erat sampai kau tak bisa bernapas, tapi kau membiarkannya, menikmati kehangatan tubuhnya ditengah udara yang masih terasa dingin.

"Maafkan aku Hime, tubuhku bergerak sendiri."

Tentu saja kalian tidak bisa melihat rona merah di wajah masing-masing, hembusan hangat napasnya di leher mu terasa menyenangkan, debaran jantungnya sangat keras hingga kau bisa mendengarnya, membuat irama kacau saat berbaur dengan debaran jantung mu sendiri.

"Naruto-kun-" kau ingin mengatakan bahwa kau sangat bahagia namun dia sudah mendahului mu.

"Sekali lagi maafkan aku, bisakah kita seperti ini sedikit lagi, aku ingin bersama mu lebih lama."

"Aku ingin bersama mu selamanya."

Naruto yang sedang kasmaran, baru pertama kali merasakan perasaan yang membuatnya bingung. Gabungan rasa bahagia, takut, dan sedih dia rasakan disaat bersamaan, gejolak perasaan dan getaran asing ditubuhnya tak dapat dia kendalikan. Kau mengerti perasaan itu karena hampir seumur hidup mu kau menyimpan rasa itu sendiri, dan kini kau sangat bersyukur karena kalian bisa merasakannya bersama, hasrat ingin memiliki satu sama lain.

Kau memakluminya, tangan mu yang melingkar di pinggangnya, kini terangkat mengusap rambutnya. Kau sangat menyayanginya dan dia merasakanya, akhirnya perasaan mu sampai padanya.

"Terimakasih," katanya, dia memejamkan mata menahan perasaan haru.

Dia melepaskan pelukannya, mengamati mu intens, sinar bulan jatuh menimpa wajah mu yang merona.

"Cantik sekali-ttebayo," katanya malu.

Iya, kau tidak salah dengar, pemuda tidak peka itu sedang mengagumi wajah mu.

"Aku suka rona merah itu."

Tunggu, apa itu benar Naruto? Wajah mu yang tertunduk berubah merah. Kau menyukai segala hal yang berhubungan dengan lelaki itu, termasuk Naruto yang baru ini.

Bulan bersinar sangat terang hingga kau bisa melihat safir biru itu berkilat ketika dia mengangkat dagu mu dengan jarinya.

"Jangan menyembunyikan wajah ini, aku tidak bisa melihat mata mu," katanya lagi, dia meneguk ludahnya kasar.

"Hinata." Suara berat itu seakan menjebak mu dalam genjutsu, kau terhipnotis binar matanya yang menarik mu dengan gravitasinya sendiri.

Perlahan dia mendekatkan wajahnya, napasnya yang hangat menerpa wajah mu, dia berhenti sejenak meminta persetujuan mu, dia mengusap bibir mu dengan ibu jarinya, tanpa sadar kau kau menyambut bibirnya, ciuman yang dalam namun kaku, yah kalian belum berpengalaman.

"Dimana mereka berdua?" Kau mendengar Sai bertanya. Kalian bahkan melupakan keberadaan mereka.

"Biarkan saja," kali ini Shikamaru yang bicara. Meskipun samar kau juga mendengar Sakura dan Hanabi terkikik geli.

Dia memeluk mu lagi, namun kali ini terasa berbeda, dia merasa gelisah, napasnya memburu, tangannya menjelajahi punggung mu, dengan rakus dia menghirup aroma lavender di leher mu. Kau tersentak, kaget dengan wajah merah padam, kau merasakan bagian sensitif tubuh bawahnya mengeras.

"Aaa... Itu tidak disengaja dia juga bergerak sendiri," katanya gugup dan malu, setelah dia mendorong tubuh mu menjauh, dia takut tak bisa mengontrol dirinya. Iya, itu bukan salah mu Naruto, dia punya pikirannya sendiri.

"Ayo kita pulang," ajaknya, iris sebiru lautan itu berkabut.

Kalian jalan bersisian dalam diam, kau memeluk lengannya manja, menyandarkan kepala mu di bahunya. Tentu saja kau bisa melakukannya, sekarang dia adalah kekasih mu.

Yang kau tidak tau, sebenarnya kau sedang menyiksanya perlahan-lahan hanya saja dia bertahan menggunakan pengendalian diri tingkat tinggi, agar tidak menggunakan shunshin no jutsu, menculik mu ke apartemennya dan membanting mu ke tempat tidurnya. Ya, dia memikirkan hal itu.

...

Kau tersadar dari lamunan saat Naruto muncul tiba-tiba diluar jendela kamar mu.

"Naruto-kun?" tangan mu berhenti merajut.

"Sebenarnya aku sedang menemani Hokage menghadiri rapat desa, tapi saat melihat bulan itu, Aku ingin segera bertemu dengan mu."

Sebelah tangan mu menangkup sisi wajahnya yang terasa dingin.
"Nanti kau bisa sakit Naruto-kun. Kemarilah," kau melingkarkan syal merah itu di lehernya yang terbuka, kemudian mengecup pipinya.

"Yosh, aku sudah mendapatkan semangat ku lagi," katanya sembari meninju udara.

Kau menempelkan telunjuk di bibir, memberikan isyarat pada pemuda hiperaktif itu untuk diam. Ketahuan menyelinap dan berduaan dimalam hari dengan putri ketua klan bangsawan, tidak baik untuk kesehatan tubuh dan keselamatan jiwa kekasih mu, bukan karena dia akan terserang penyakit. Hal yang lebih menyeramkan dari penyakit adalah jika Hiashi Hyuga memergoki kalian.

Naruto merasa lega karena calon mertuanya sedang berlatih Jyuuken di dojo yang jaraknya lumayan jauh, namun dia lupa bahwa jarak yang tak seberapa itu sama sekali tidak ada apa-apanya dengan jarak penglihatan byakugan.

"Ini, terimalah." Naruto memberi mu setangkai mawar merah yang entah dari mana asalnya.

Belum sempat kau berkata-kata, pemuda itu menghilang, tidak lama kemudian ayah mu mengetuk pintu.

...

Musim semi kedua, langit cerah tak berawan, kelopak sakura lebih indah dari biasanya, berguguran riang menyambut hari pernikahan kalian. Hari dimana lelaki itu mengikat mu, menjadikan mu miliknya, setelah mengucap sumpah dihadapan pendeta.

Suara indah mu membuatnya tertegun, ketika pertama kali kau memangginya, "Suami ku."

Naruto mengerjabkan matanya, sejenak bingung, kepalanya lambat memproses informasi baru ini, namun kemudian kau mendapatkan senyuman paling indah yang pernah terukir di bibirnya.

Air mata bahagia tak dapat ditahannya, akhirnya kau menjadi bagian dari hidupnya, menjadi keluarga yang tak pernah ia miliki. Dia memilih mu untuk menjadi ibu dari anak-anaknya.

Ikatan yang dipersatukan oleh Kami-sama, hanya akan putus oleh maut.

The End

❄❄❄
AoiAysel_100317



E I E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang