Eight

42 4 3
                                    

Suasana yang awalnya berisik berubah menjadi hening ketika Noel bertanya langsung kepada inti pembicaraan.

"Siapa yang mengirim kado ini?" Tanya Noel dengan senyum miring.

Semenit.

Dua menit.

Tiga menit.

Tetap tidak ada kata-kata yang terlontar dari mulut anak secerewet Aji. Aneh memang melihat Aji yang orangnya selalu ceplas-ceplos dan cerewet diam seribu bahasa. Kata emaknya sih ini namanya Mati kutu!

"Aku nggak tau dan aku belum pernah ngeliat temen aku nulisnya kayak gini," Aji membela diri.

Hingga salah satu temannya tiba-tiba merampas hadiah itu dan membukanya secara paksa. Tak peduli dengan pandangan Aji yang menusuknya karena kesal kertas kadonya itu juga ikut menjadi korban. Padahal ia diajari oleh emaknya,"kalo ada temen yang ngasih kado, bukanya pelan-pelan jangan dirusak kertas kadonya, 'kan bisa dipake lagi nanti," Nasehat emaknya. Namun, itu sia-sia saja karena kertas kado itu kini telah tercabik-cabik.

Ternyata dalam kado itu ada semacam box. Itu berarti sesuatu dalam kado ini berharga sampai-sampai dilindungi oleh sebuah box.

"Wuih, apaan tuhh??"

"Kok enak BGT si Aji dapet ginian,"

"Seumur hidup belum pernah aku ngeliat ada orang yang rela ngasih gini,"

"Ini mahal woy!! Sumpah ini siapa yg ngasih?!? Tajir amar,"

Dan berbagai ocehan teman-temannya yang sangat excited dengan sebuah kado yang berbungkus warna dan karakter favorit penerimanya plus hadiah yang begitu menakjubkan. Yang memberikan ini sudah pasti benar-benar memberikan Aji hadiah. Ya, bisa dibilang pengagum rahasia.

"Gila 'mu, Ji! Wajah pas-pasan gitu bisa-bisanya punya penggemar rahasia," Teriak Noel dengan suara menggelegar hingga seisi kelas mendengarnya dan membuat Aji malu.

"Udah, cukup! Cukup! Kalian udah liat isi hadiah ini, kalian udah interogasi aku, dan kalian udah seenaknya ngancurin semua tentang kado ini." Ucap Aji dengan penegasan yang kuat. Sip kalo udah kayak gini, jiwa OSISnya keluar lagi.

Dengan kasar, Aji mengambil kado itu dari Noel dan segera ke tempat duduknya. Ya, hatinya gembira. Aji tidak bisa membohongi hal itu. Tapi tetap ada satu hal yang membuatnya bingung, siapa yang rela memberikannya kado ini?! Aji sudah membayangkan bahwa ia memiliki pengagum rahasia yang setiap hari selalu mematai-matainya kemanapun berada. Yang selalu posesif terhadap dirinya. Yang tidak mau Aji disakiti. Yang selalu memata-matainya ketika hendak makan, ya siapa tau ada yang nggak higienis kan di makanannya Aji?

Ok cukup. Pikiran Aji sudah selayaknya cewek-cewek yang mendambakan idola K-Pop nya untuk menjadi kakaknya, adiknya, ayahnya, bahkan suaminya?!?

Plis, Ji. Kali ini coba donk berpikir waras dan sesuai realita, udah tau muka kalo dibandingin sama tukang parkir sekolah aja masih kalah. Masih ngarep punya pengagum rahasia, NGACA! Batin Aji.

Tapi tidak. Ini real! Kalian harus tau kalo tulisan cewek beda jauh sama cowok. Dengan tulisan serapih ini, dia yakin Ini tuh tulisan cewek! Plis lah biarin aja kali ini Aji mencoba untuk berangan-angan.

Aji mencoba untuk flashback sejenak. Flashback ketika pertama kali ia melihat kado ini. Mungkin itu kurang kerjaan banget. Ya tapi, Aji hanya ingin merasakan kembali waktu pertama kali mendapat kado ini sebelum dikerubungi dayang-dayangnya. Mungkin aja kan ada pesan atau tanda-tanda yang buat Aji tau siapa pengirimnya?

Pertama ia membungkus kado itu. Meski asal-asalan. Tidak lupa ia membenarkan semua posisinya, mulai dari kertas yang berisikan pesan itu, hingga hadiahnya.

The SpellboundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang