"Far, istirahat bentar yuk. Caper banget iih," Pinta Aji sembari mengelap peluh yang terus bercucuran.
"Yah tunggu bentar lagi donk, Ji! Lagian 5 menit lagi kita udah ganti shift sama Ina kok. Oke!" Farah memberi semangat kepada Aji sembari memperlihatkan wajah terimut yang ia miliki. Tentu saja dengan perawakan seperti itu dapat membuat Aji dapat luluh seketika.
Mereka kembali melanjutkan tugas mereka sebagai panitia bagian backstage, sungguh ini melelahkan sekali. Tetapi memang, jika dibandingkan dengan panitia divisi yang lain, Panitia divisi acara inilah yang kerjanya paling sibuk. Mereka harus mempersiapkan siapa saja yang akan tampil. Harus rela bolak-balik dari ruang rias ke backstage hanya untuk meneriaki para anak yang akan tampil, tapi masih belum siap make up. Harus pusing tujuh keliling setiap ada yang tidak beres dalam susunan acara. Dan harus memastikan satu hal, tidak boleh ada waktu jeda atau kosong di panggung!
Sembari Farah mengecek daftar susunan acara dan memberikan checklist kepada penampilan yang telah usai. Aji menonton penampilan pentas yang tengah berlangsung diatas panggung. Sebuah band dari gabungan beberapa kelas. Yang pemainnya adalah para anak famous yang fans nya bertebaran sepanjang jalan.
Dengan membawakan lagu yang membangkitkan semangat penonton yang sudah mulai letih. Ditambah dengan kekompakan band ini. Sungguh dapat membuat pentas seni SMA Taruna Nusa hidup kembali. Bahkan ada beberapa anak yang mencoba kedepan panggung hanya untuk berfoto-foto ria kepada 'idola'nya.
Sebenarnya tidak heran sih jika itu terjadi, dari popularitas dan reputasi mereka, wajar-wajar saja bila mereka dapat dikatakan selebritisnya SMA Taruna Nusa.
***
Ditengah teriknya matahari dan ditambah kaos seragam panitia yang kainnya tidak nyaman. Membuat Farah maupun Aji mengelap peluh terus-menerus. Sebenarnya yang benar-benar tidak nyaman adalah Aji. Mengapa tidak? Lihat saja dari kaos dan barang bawaannya, itu sungguh dapat membuat siapa saja yang sekarang berada di posisi Aji memberontak kepanasan. Aji sebenarnya mengumpat dan melampiaskan kekesalannya tiap kali Farah berada sedikit jauh darinya. Jika ada Farah, Aji akan berusaha terlihat baik-baik saja. Pasti kan diledekin Farah kalo gini aja udah ngeluh, begitu batinnya.
Namun, melihat Farah yang sungguh kecapekan membuat Aji tidak tega. Ada perasaan ingin memberikan sesuatu kepada gadis itu sekedar untuk melepas dahaganya. Maka karena itu bergegaslah Aji menuju kantin dan membeli susu dingin untuk Farah.
Melihat Aji yang tergopoh-gopoh menghampirinya untuk memberikan susu dingin itu. Membuat perasaan Farah campur aduk. Antara senang dan prihatin melihatnya repot-repot memberikan minuman padahal dirinya sendiri kecapekan.
"Ji, ngapain sih kasih aku minuman ini lagi." Farah tersenyum cekikikan sembari Aji menyodorkan susu itu kepadanya.
"Ya gapapa donk, lagian aku kasihan ngeliat perempuan kecapekan gitu. Udah mending minum aja susunya, sekalian susu bisa buat gambar energi." Aji tersenyum senang melihat Farah mau menerima pemberiannya dan lekas meminumnya.
"Ehh, tapi kamu kan juga belum minum. Aduh, yaudah nih untung aja aku punya teh kotak. Ini ini ini buat kamu," Farah menyodorkan teh kotak dingin dari ranselnya untuk Aji. Awalnya Aji mengelak, tapi melihat Farah terus memaksa dan belum lagi dahaganya yang sungguh membara membuatnya menerima minuman dari Farah.
Sebenarnya Farah sudah menyiapkan teh kotak dingin dalam ransel kecilnya itu. Bahkan ia membawa 4. Tapi karena tadi sudah ada 2 orang yang meminta teh kotaknya, tersisa lah 2 dalam ranselnya. Farah sudah tau bahwa di hari yang sungguh terik ini, minuman adalah persediaan yang utama.
Selesai menghabiskan minuman dari pemberian masing-masing. Farah dan Aji mengkontrol kembali perlengkapan yang sudah ada di panggung untuk penampilan berikutnya.
Awalnya terlihat baik-baik saja, tapi lambat laun terlihat ada yang tidak beres. Sound system sepertinya sudah tidak berjalan lancar. Farah dan Aji pun mengecek lebih dulu. Ternyata benar. Dengan panik, segeralah Farah menghubungi panitia divisi perlengkapan.
Sembari bolak-balik dengan gusar. Akhirnya ada seseorang dari bagian divisi perlengkapan yang menjawab panggilannya di handy talky miliknya.
Tapi, Farah tidak sadar ada seseorang sedang berjalan dengan cepat menuju ke arahnya. Dalam hitungan detik, mereka pun bertubrukan. Naasnya itu membuat perlengkapan panggung menjadi jatuh dan berantakan.
Melihat perlengkapan panggung yang sudah jatuh, ataupun mungkin hancur. Membuat Farah menjadi geram, tiba-tiba terlintas dalam benaknya bagaimana rumitnya mereka harus mempersiapkan acara pentas seni ini sebaik mungkin dari 6 bulan yang lalu. Dan sekarang acara ini harus berakhir dengan hancurnya alat-alat perlengkapan panggung?!
Melihat hal itu, secara seketika Farah marah. Saking marahnya hingga ia mengeluarkan setetes air mata. Terkadang saking kesalnya perempuan mereka akan menangis.
"Heh!! Ngapain sih harus lari-lari kayak gitu?! Trus ngapain kamu tuh ke bagian backstage?! Urusan kamu apa? Dasar 'bodoh, brengsek! Lihat coba perlengkapan kita hancur semua-" Setelah menghapus air mata yang membuat penglihatannya kabur, Farah dapat melihat dengan baik orang yang berada didepannya. Seketika Farah pun terkejut dan segera diam. Tidak. Tidak mungkin. Mengapa ia memarahinya. Atau bukan. Bukan itu pertanyaannya. Mengapa ia ada disini? Untuk apa ia disini?
Tapi orang yang tadi diumpat dan dimarahi Farah hanya bungkam. Ia sadar kesalahannya, entah bagaimana caranya untuk meminta maaf. Ya Allah tolong... Pintanya.
***
mungkin diantara kalian ada yang tau, siapakah orang yang menubruk Farah?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Spellbound
FanfictionEvery words had an accountability. Seorang gadis yang setiap hari hatinya selalu terluka melihat orang tuanya. Broken Home. Mungkin itu yang dapat ia rasakan. Seorang gadis yang tidak dapat merasakan harmonisnya sebuah keluarga. Hingga suatu ketika...