Down

4 1 0
                                    

           

"Jelas saja bunga dan coklat itu tidak ada karna sang pengirim pun juga tidak hadir.."





           

"Pagi ini tidak ada bunga atau pun coklat, dan sore ini tidak ada manusia konyol itu, hari ini sangat sepi" ucap Zifa.

"Zifa" seseorang muncul dari balik pintu, dan ntah kenapa Zifa harap itu adalah Karel.

"Kar.." namun ucapan nya terputus saat melihat itu bukan lah Karel.

"Apa kabarmu?" tanya Vezi.

"Masih sama seperti kemarin" jawab Zifa.

"Namun hari ini kau terlihat lesu, apa yang terjadi? Ceritalah padaku aku bisa menjadi sahabatmu jika kau mau" ucap Vezi.

"Terima kasih sudah mau menjadi sahabatku, biasanya setiap pagi akan selalu hadir bunga dan coklat dari perawat yang berasal dari Mario, namun hari ini tidak ada. Dan biasanya Karel slalu datang kesini setiap sore, namun seperti halnya bunga dia juga tak kunjung datang" ucap Zifa.

"Mungkin saja mereka sedang ada masalah" ucap Vezi.

Jelas saja bunga dan coklat itu tidak ada karna sang pengirim pun juga tidak hadir..

            Dan ini adalah hari keempat dimana bunga, coklat dan Karel tak kunjung datang. Zifa merasakan hal buruk terjadi pada Mario dan Karel. namun ia selalu merubah fikirannya menjadi positif. Ia pun mencoba menelpon Karel, sudah beberapa kali gagal namun akhirnya terjawab juga.

"Hallo,ini Karel?"

"Ya ini aku Zif"

"Kau kenapa? Kau tidak apa-apa kan?"

"Aku tidak kenapa-kenapa Zif"

"Jangan berbohong, dari suaramu terlihat kau sedang...Karel kamu sakit? Karel kamu nggak kenapa-kenapa kan? rel jawab! Kamu sakit? Sakit apa?" Zifa terlihat sangat cemas ketika ia mendengar suara Karel tak seperti biasanya.

"Sudah jangan khawatir aku tidak sakit, aku sedang mengantuk sekali, maaf aku tidak pernah kesana lagi, capek karna aku sedang berlatih basket untuk lomba"

"Ooh begitu, kau bikin cemas saja, ya sudah kau istirahat sana"

"See you"


************

           

Setelah menerima telpon detak jantung Karel  semakin melemah, dan ia pun harus masuk keruang ICU. Jodoh atau bukan ruangan ICU Zifa dan Karel bersampingan hanya terpisah oleh sebuah tembok.

"Adek semangatt kamu pasti bisaaa" mamanya tak dapat membendung air matanya.

"Kamu bisa rel" tambah papanya.

            Mario terduduk disebuah kursi tunggu,  perasaannya sangat tak karuan. Menunggu kabar dari dokter.

"Dok, bagaimana anak saya?" tanya papa

"Ikut saya keruangan saya pak, bu"

            Mama dan papanya pergi mengikuti dokter dan inilah saatnya Mario masuk kedalam. Ia slalu menahan air mata nya untuk tidak keluar.

"Kamu pasti bisa semangat lah untuk ku" ucap Mario.

"Aku pasti bisa" jawab Karel.

            Mario pun memeluk adiknya dan saat itulah air matanya jatuh.

            Walaupun pagi ini Karel masih terbaring lemah dirumah sakit, ia tak melupakan pujaan hatinya. Ia mengambil kertas dan menuliskan surat untuk Zifa.

"Hy Zif, maaf beberapa hari ini aku tidak mengirimkan mu bunga dan coklat. Aku sedang sibuk mengurus persiapan ujian, semangat ya!! Kamu pasti sembuh, dimakan ya cantik :) bye Mario"

            Karel menitipkan nya pada perawat, kurang lebih 5 hari ia selalu mengirimkan surat dan bekal makanan untuk Zifa.

            Kamis/ 05.40. Karel kembali melemah, namun ia masih bisa berkata. Vezi, Julio, Mario, dan teman kelasnya berada diluar ruangan Karel. Penjenguk hanya boleh masuk satu persatu, giliran pertama Vezi masuk.

"Hy the great man, kau masih great man yang ku kenal. Ternyata ini yang kau bilang saat terpurukmu aku pun merasakannya, jujur aku sempat beberapa kali ingin memberitahu Zifa tentang keadaan mu, namun aku kembali teringat janji ku. Aku masih menepati janjiku, semangatlah my hero, kau pasti sembuh" air mata Vezi pun terjatuh berulang kali membasahi pipinya.

"Terima kasih telah menepati janjimu, kau sahabat terbaik yang pernah ku punya. Berjanjilah ikuti alur cerita ini" ucap Karel lemah.

"Aku berjanji untukmu" ucapnya.

            Malam hari nya keadaan Karel semakin memburuk dan pada saat ini adalah saat dimana kesedihan pun terjadi.

"Kak terima kasih telah menjadi kakak terbaik ku, sebentar lagi semua permainan ini akan selesai. Besok adalah hari ulang tahun Zifa, aku ingin kau selesaikan permainan ini dengan baik. Besok pagi kau beri dia kejutan, kau bahagiakan dia dan aku mohon padamu tembak lah dia, nyatakan cintamu padanya walaupun ku tau kau tidak mencintainya. Namun aku yakin padamu kak kau pasti bisa, aku mohon lakukan untukku jika kau sayang padaku, dan setelah kau lakukan semuanya. Seperti yang ku janjikan padamu, kau akan mendapat imbalan yang sangat besar" kata demi kata ia paksa untuk mengucapkannya. Sungguh baru kali ini ia merasakan sulitnya berbicara.

            Air mata Mario jatuh membasahi pipinya, deras seperti air hujan yang turun. Kesedihan nya pecah, keharuannya lepas saat mendengar Karel memanggilnya "Kak" seumur-umur hidupnya baru kali ini Karel memanggilnya dengan panggilan "Kak".

"Demi kau aku akan menyelesaikan permainan ini dengan baik, seperti yang kau minta. Namun berjanjilah setelah ini kau tidak membenci ku, menjauhi ku, bahkan frustasi diri karna melihat ku berpacaran dengan Zifa" ucap Mario.

"Aku tidak akan membencimu aku akan selalu ada dibelakangmu" ucap Karel.

"Jujur dek, sebenarnya berat ku jalani ini semua. Karna kau tau aku sama sekali tidak mencintainya" ucap Mario.

"Seiring berjalan waktu kau akan mencintainya" ucap Karel.

            Mama dan papa mereka pun ikut menangis mendengar pecakapan kedua putranya tersebut. Sekarang giliran Karel berbicara dengan mama dan papanya.

"Ma, pa, Karel tau ini semua tak akan lama, semua akan berakhir. Karel mohon kepada mama dan papa untuk mewujudkan permintaan terakhir Karel"

"Apa pun yang Karel mau kami akan lakukan, sebutkan sayang apa itu?"

            Papanya tak dapat membendung air matanya, lelaki yang dianggap hero oleh anak-anaknya kini lemah seperti bunga yang layu. Tak lama setelah itu mama Karel pun jatuh pingsan.

Secret From Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang