Chapter Two

104 4 0
                                    

Hari ini aku masuk ke sekolah. Tentu saja, masih ada perkenalan dengan sunbae-nim dan seossaengnim. Kami dipersilahkan masuk ke auditorium dan menunggu para sunbae yang akan mengantar kami berkeliling sekolah dan berkenal- kenalan.

Auditorium yang sangat megah. Kursi lipat otomatis berwarna merah yang ditata seperti kursi gedung bioskop, panggung di sudut depan dengan lebar sekitar 60meter dihiasi tirai merah maroon. Tempat ini lebih terlihat seperti gedung opera bagiku, terlebih seluruh sisi dindingnya dilengkapi dengan peredam suara.

Sembari berjalan masuk, aku mencari kursi yang akan membuatku nyaman. Aku yang tak kenal siapapun disini. Akhirnya kulihat kursi paling dekat dengan tempatku berdiri sekarang, masih kosong dan terdiri dari 8 bangku berjejer.

Kupikir aku akan sendirian, tapi tidak. Seketika ada 3 orang anak laki- laki dan 3 perempuan duduk berderet di sisiku. Mereka sangat berisik, apalagi anak laki- laki itu. Tawa mereka lebar dan keras, sangat mengganggu. Salah satu dari mereka memakai tindik hitam di kedua telinganya, dan rambut bergelombangnya berwarna coklat emas. Tercantum nama Yong Pil Suk di name tag nya, yang seharusnya diletakkan di sebelah kiri tapi dia letakkan di sebelah kanan - cukup untuk menarik perhatian.
Dua siswa laki- laki yang lain terlihat kusut, kancing atas baju mereka terbuka dua dan rambut mereka acak- acakan. Yang satu berambut hitam, dan yang lain berwarna merah. Yah, dapat dilihat bahwa mereka kembar dengan wajah seiras - sangat mirip. Aku tak sempat melihat nama mereka karena mereka tak bisa diam sedetik pun.
Ah, para gadis ini. Tiga gadis dengan gaya trendy, tak lupa eyeliner dan lipstick. Aku enggan melihat mereka, apalagi melihat nama mereka. Tawa mereka terkekeh kecil dan manja, tak kusangka kalau aku akan menemukan manusia sejenis mereka - lagi.

Tanpa kusadari, aku daritadi memperhatikan mereka. Mataku sesekali melirik ke arah mereka, tidak biasanya aku seperti ini.

Kurasa cukup untuk berpura- pura melihat seisi ruangan dengan kepala menoleh kesana kemari, kini saatnya kembali aku duduk diam dan mengecek ponselku, yang siapa tau ahjumma mengirim pesan. Bukan seperti yang orang pikirkan untuk gadis seusiaku, yang menantikan jawaban pesan dari sang kekasih.
Aku tak pernah memiliki kekasih sekalipun, dalam hidupku pun aku enggan memikirkan tentang hal itu.

Aku mengangkat ponselku, tak ada pesan dari siapapun. Yang ada hanya waktu sudah menunjukan pukul 8.07 dan sinyal hp yang bagus tentunya. Kuputuskan untuk mematikan layar, tapi ketika layarnya berubah jadi hitam - ponselku memantulkan bayangan seseorang. Dari belakang tempat dudukku aku bisa melihat seorang anak laki- laki yang menampangkan wajahnya di layar ponselku yang sedang kuangkat.

"Haiii", kata laki- laki itu ke arah ponselku.
Aku terkejut dan menurunkan ponselku lalu menoleh ke belakang. Melihatnya tersenyum, matanya seperti berubah menjadi garis. Tapi senyuman itu sangat hangat, hingga aku bisa merasakan hangat di tubuhku. Aigoo!

"Hai, aku Ho Seok. Tapi teman- temanku biasa memanggilku J- Hope", katanya melanjutkan pembicaraan. Dia mendekatkan wajahnya ke bangku sebelahku dan menengok ke arahku, lebih tepatnya menatap langsung ke mataku.

Yaampun! Jinjja? Kenapa aku gugup sekali?

"Ah, aku Jung Rae Joon. Hanya Rae Joon saja", jawabku terbata- bata. Tanganku menggenggam erat ponselku, aku benar- benar gugup! Jebalyo

"J-Hope! Kau sudah mendekati gadis lagi?", seru sebuah suara yang kukenal darimana arahnya. Si Pilsuk itu mengenal J-Hope!? Andwae! Entah kenapa aku tidak ingin melihat J-Hope berteman dengan mereka, aku merasa bahwa laki- laki ini terlalu baik untuk berteman dengan gerombolan seperti mereka. Baik dilihat secara fisik atau perilaku, pria ini lebih alim.

"Apa kalian sudah berkenalan dengan Rae Joon?", jawab J- Hope dengan senyumannya yang ringan.

"Owaa~ jadi namamu Rae Joon? Senang melihatmu, aku Seo Min. Im Seo Min", gadis dengan rambut coklat panjang bergelombang dan poni di dahinya mengulurkan tangan padaku. Aku menjabat tangannya dengan gugup, tapi tetap aku pastikan untuk menggenggamnya dengan benar.

Drowned  ×NC×Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang