Chapter Four

78 5 0
                                    

Hujan.
Pagi yang seharusnya disapa matahari tapi pagi ini hujan yang menyapa.
Aku suka hujan namun kali ini aku tak suka, karena dia menutupi hadirnya matahari.
Ya, dia. Matahari baru ku.

Jung Ho Seok.

Ketika terbangun, aku tersenyum sendiri ketika menyadari bahwa bajunya masih menempel ditubuhku. Enggan rasanya mengganti pakaian ini, tapi aku akan kembali menjadi orang bodoh bila memakainya terus menerus. Sudahlah, aku lebih baik bergegas.

Aku sudah selesai berkemas dan harus berangkat ke sekolah. Saat aku keluar dari kamar, ahjumma dan ahjussi sudah duduk di meja makan. Pagi ini mereka akur, apa aku tak salah lihat? Biasanya pagi begini mereka sudah ribut sendiri, entah apa yang mereka peributkan.

Seketika saat aku berjalan, ahjumma menoleh ke arahku dan tersenyum padaku.
Eh? Ada apa ini?
Aku terkejut tapi aku tetap melangkah maju, dan kulihat disana ada seseorang lagi duduk bersama dengan mereka.

"Ahh ini dia, Rae Joon. Kemarilah sayang, akan kukenalkan kau pada Presdir Kim. Dia teman ahjussi mu, teman dekaaatt sekali". Nada nya terdengar sangat merayu manis, ahjumma juga merangkul bahuku dan menuntunku ke meja makan dan duduk di seberang kursi Presdir Kim.

"Cantik sekali. Siapa nama mu tadi?", tanya pria yang terhitung masih sangat muda itu. Lebih muda sekitar 5 tahun dari ahjussi, yang padahal ahjussi baru berusia 35tahun.

"Eh, Jung Rae Joon".

"Wahh, nama yang bagus. Senang bisa melihatmu di pagi yang tak baik ini", jawabnya sambil tersenyum kecil. Aku tak suka dengan pernyataannya barusan, pagi ini hujan bukan berarti hari akan jadi buruk kan? Memang, aku pun tak dapat melihat matahari ku tapi entah kenapa aku merasa sebal jika seseorang mengatakan ataupun menyatakan sesuatu yang buruk tentang hujan.

"Kenapa kau memakai masker? Apa kau sedang sakit nona Jung?", tanya pria itu lagi.

"Ahh, dia kemarin jatuh lalu ada luka di dekat bibirnya. Jadi dia tutupi agar tak merusak pemandangan hi hi hi", sahut ahjumma seketika.
Hebat sekali, dia membelaku dan berlaku lembut. Siapa presdir ini? Kenapa dia bisa merubah segalanya seperti membalikkan telapak tangan?

"Aku akan langsung berangkat, permisi", kataku singkat yang sebenarnya aku enggan duduk disini dengan sandiwara yang mereka buat. Sudah pasti ada urusan bisnis besar sehingga mini opera ini tergelar, aku tak suka sandiwara.

"Oh tunggu nona Jung. Kau berangkat saja dengan sopirku, dia sudah di depan menunggumu", lontaran kata- kata itu mengejutkanku dan menghentikan langkahku.

"Cepat sana, turuti saja keinginan Presdir Kim", sahut ahjumma.

"Terimakasih", mau tak mau aku harus mengucapkan kata itu. Berinteraksi dengan orang baru dan tiba- tiba diatur untuk melakukan sesuatu adalah hal tak mengenakan bagiku - itu aneh.

Di depan pintu keluar, ada seorang pria separuh baya menunggu - ya ini sopirnya.

"Silahkan masuk nona". Dia membukakan pintu mobil untukku. Sebenarnya aku tak perlu takut kehujanan, karena mobil ini terparkir di depan rumah. Depan rumahku memiliki atap yang luas dan memang sengaja dibuat untuk memarkir mobil dan menghindar dari hujan.

Saat pintu mobil terbuka, aku langsung masuk ke dalam. Tapi tanpa sepengetahuanku, di dalam sana sudah ada seorang pria dengan seragam berwarna coklat dan dihiasi mantel musim dingin berwarna merah panjang.

"Kenapa ayah lama.. ", dia tersontak melihatku. Mungkin dia mengira kalau aku adalah ayahnya? Kenapa dia tak masuk saja ke dalam dan ikut bersandiwara di sana? Ahh.. aku paham, dia tak mau melihat sandiwara - sama seperti yang kurasakan.

Drowned  ×NC×Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang