Dia memutar keran shower, airnya berhenti mengalir. Wajahnya masih dekat diwajahku, matanya terpejam dan dia menempelkan dahinya di atas kepalaku. Tentu saja, karena dia lebih tinggi sejengkal dariku.
"Maaf, bibirmu pasti sakit".
"Kau sudah tahu itu.. ", aku tersenyum dalam hati dan kupeluk erat tubuhnya.
Dia memelukku dan mencium ubun- ubunku. Rasanya ada yang menggelitik di dalam perutku, sesuatu yang rapuh dan indah.
Beberapa saat kemudian, aku sudah berganti pakaian - lagi. Dia pun juga sudah selesai mengeringkan tubuhnya, rambutnya masih setengah basah dan acak- acakan tapi ini pemandangan indah bagiku.
Dia mengusap rambutnya dengan handuk putih kecil sembari berjalan ke arahku yang kini duduk di kursi mini bar. Tangannya membawa sesuatu berbentuk kotak agak besar."Mungkin kau butuh ini, atau terserah kau saja", dia melemparkan senyuman itu lagi lalu duduk di sebelahku.
Aku membuka kotak putih yang dibawanya, isinya adalah lembaran- lembaran berwarna putih yang tertata rapi secara horizontal."Masker? Untuk apa?", tanyaku keheranan. Mungkin aku yang terlalu bodoh dan tak berpikir panjang tentang apa guna masker ini? Tentu saja ini ..
"Tutupi bibirmu. Bekasnya masih terlihat, aku tak ingin orang berfikir aneh- aneh tentangmu", dia menunduk dan mengusap rambutnya lagi. Aku tersadar dari lamunanku, lamunan dimana aku melamunkan sesuati hal yang tepat berada di depanku.
Dia seperti matahari bagiku.
Hangat
Walaupun hujan menerpa tapi ketika dia hadir, semua akan kembali hangat
Nyaman
Namun apakah aku akan menjadi buta ketika melihatnya?
Aku butuh perlindungan untuk menatapnya
Suatu saat dia akan terasa menyakitkan
Tapi tak ingin kuabaikan rasa sakit itu
Aku ingin menikmatinya
Menikmati ketika dia membakar tubuhku
Membuatku berpeluh dan mengeluarkan segala emosi
Ketika dia hadir di setiap pagi dan pergi di setiap malamku
Dan membuatku berharap bahwa aku masih bisa melihatnya menyapa setiap pagikuBeep beep beep beep..
Waktu menunjukan sudah pukul enam sore. Tapi langit terang benderang, dan berwarna orange bercampur merah muda. Warna biru disetiap sudutnya memberikan kesan tersendiri, seakan menandakan bahwa sang malam masih akan tetap datang.
"Akan kuantar kau pulang", sahutnya seketika.
"Tidak. Aku tak ingin cari masalah".
"Masalah apa? Apa kau masih marah padaku?", dia mengerutkan keningnya dan seketika mimik wajahnya berubah sedih.
"Bukan begitu. Hanya saja, ada suatu hal yang masih belum bisa kujelaskan padamu", aku tertunduk tak berani menatap matanya walaupun aku tahu dia masih menatapku.
"Baiklah, lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?", tanya nya lagi.
"Aku harus memakai seragamku dan naik taksi mungkin? Lalu ... "
Kling Kling!
Tertera sebuah nama di layar ponselku, ahjumma.
"Halo?" sapa sebuah suara diseberang.
"Ya ahjumma",
"Kau dimana? Apa kau tak tahu kalau ahjussi mu sudah menunggumu di depan sekolah sejak pukul 5 tadi?!", dia menyentakku dengan suara lantang. Ponselku pun sampai kujauhkan dari telinga, dan aku menutupi ponselku. Berharap agar J-hope tak akan dengar, aku merasa tak enak padanya.
"Aku sedang di dalam taksi, sebentar lagi sampai", jawabku dengan nada lebih rendah.
"Terserah".
Bip bip bip bip..
Kebiasaan buruk ahjumma, yaitu memutus sambungan telepon begitu saja. Sudah sering sekali seperti ini, tak akan kaget lagi aku dibuatnya.
"Baiklah nona, kita sudah sampai dan biayanya ..",
"Cukup, aku akan bergegas. Kau pasti sudah mendengarnya bernyanyi barusan", sahutku memotong kata katanya yang menirukan supir taksi. Aku tahu dia menggodaku, wajahnya tersenyum lebar dan tubuhnya sedikit membungkuk ke arahku.
"Sampai jumpa ... Rae", dia berdiri tegap dan tersenyum manis ke arahku. Tangannya dikepal di belakang tubuhnya, walau tak dapat kulihat apa yang terjadi di balik sana.
"Ya. Terimakasih Je.. J- Hope", aku tak mengganti pakaianku dan bergegas keluar. Dari ujung pintu dapat kulihat dia berdiri di tengah ruangan masih dengan pose tubuh yang sama. Untuk terakhir kalinya malam ini, dia tersenyum. Kuharap aku dapat membawamu ke alam mimpiku malam ini.
Sesampainya dirumah, beribu bahkan berjuta hujatan dan makian kutelan mentah- mentah. Telingaku terasa sakit, bibirku terasa seperti berdarah lagi, dan bekas jatuhku tadi terasa semakin menyebar dan melebam lebih parah. Aku tak membuka maskerku, tak ingin menambah masalah. Hanya kududukan saja tubuhku dan tertunduk, dalam hati aku tetap menahan amarahku. Dan lagi- lagi ahjumma mengungkit ungkit masalah keluarga ku dan mendorongku jauh kedalam perasaan bersalah. Aku ingin keluar dari rumah ini, mungkin lebih pantas disebut sebagai tempat pelatihan full shock therapy.
"Sekarang masuk ke kamarmu! Cepat!".
Aku pun berdiri masih dengan keadaan tertunduk. Dan seketika dia mengatakan sesuatu yang membuatku mati rasa,
"Sejak kapan kau pakai masker? Dan pakaian siapa yang kau pakai?"
Mataku terbelalak, dan aku bingung harus menjawab apa.
Kakiku masih dalam posisi tak nyaman untuk melangkah.
Aku benar- benar harus memutar otakku, aku tak ingin sampai dia melihat luka di bibirku ini.
Harus kukatakan apa padanya? Apakah aku harus menceritakan padanya kalau aku baru saja merasakan ciuman pertamaku? Dengan seorang yang baru kukenal tadi pagi yang mungkin memang takdir, aku dipertemukan dengannya lagi di luar sekolah dan semua kejadian yang tak terbayangkan terjadi?"Jung Rae Joon!", dia menyentakku lagi dan membuatku benar- benar terkejut.
"Aku jatuh dan temanku menolongku", langsung saja aku berlari kecil ke kamarku tanpa peduli apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Apa harus aku minum obat penurun tekanan darah setiap hari karena gadis ini hah?", wanita itu bergumam sambil menenggak pil berwarna hijau dan segelas air mineral.
Ketika aku sampai di dalam kamar, aku langsung melempar seragam basahku ke dalam basket dan segera berbaring. Rasanya lelah sekali.
Bukan karena kegiatan fisik, tapi tekanan dan gejolak batin yang sedari tadi menghujamku.
Benar yang dikatakan para ahli kesehatan, bila manusia lebih mudah lelah ketika menerima kelelahan batin dan pikiran ketimbang lelah karena kegiatan fisik yang menguras tenaga."Ugh! Aku ingin tidur dan berharap bahwa semua yang terjadi hanya mimpi. Dan ketika aku bangun nanti, aku ingin melihat bahwa aku baru akan masuk sekolah hari itu dan tak mengenal siapa..."
Tiba- tiba bayangan wajahnya ketika berada di atasku tadi terlintas.
Aish! Dasar brengsek!
Aku melempar bantalku ke arah manapun, dan menendang guling juga selimutku. Aku berguling- guling sambil menggeram gemas, dan..
"Aw! Sakit!". Aku lupa kalau bibirku ini nyaris sobek, karena pria itu. Ketika menjulurkan lidah, dapat kurasakan ada sebuah cairan kental yang terasa hambar dan kental.
"Aigoo! Keluar darah lagi! Aargghhh!!!!".
.
.
.
.Have a nice break guys wkwkwk ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Drowned ×NC×
FanfictionKau bukan laut namun kau menenggelamkanku jauh ke dalam tanpa dasar. Cast : • Jung Rae Joon ( You ) • Jung Ho Seok ( J- Hope ) • Kim Tae Hyung ( V ) • ( Surprise Cast ) - On Going story ( Dalam masa pembuatan)