part 2

56 11 4
                                    

Tok tok tok.


Aku mengetok pintu kelas yang akan kumasuki. Hingga beberapa saat pintu terbuka yang memperlihatkan seorang guru cantik yang mungkin usianya juga masih muda.

"Ah yaaa kamu murid baru yang dibilang kepala sekolah ya?". Lamunanku buyar karena intruksi guru dihadapanku.

"Ahhh, iya bu saya murid baru"

"Silahkan masuk untuk perkenalan diri kamu".

Akupun melangkah mengikutinya yang berjalan di hadapanku.

"Baik, perhatian ank anak. Seperti yang kalian lihat didepan kalian ada siswa baru yang akan bergabung dengan kelas kita". Ucap bu novi. Ya guru itu namanya novi aku mengetahuinya karena membaca nametagnya, novia alviani. "Silahkan perkenalkan namamu dan sebutkan sekokah asalmu". Ucapnya kepadaku.

"Hai, namaku safana sinclair, aku pindahan dari SMA Merdeka jakarta. Semoga kita bisa menjadi teman". Ucapku sedikit gugup. Bagaimana aku tidak gugup semua mata memandangku dengan beberapa macam tatapan, bahkan aku melihat ada tatapan tidak suka dari beberapa siswi. Tapi, yasudahlah.

"Ada yang ditanyakan kepada safana?". Tanya bu novi kepada seluruh siswa yang ada di kelas.

Seorang laki - laki mengangkat tangannya.

"Ya, kamu mau nanya apa rian?". Tanya bu novi kepada rian, laki - laji yangengacungkan tangannya.

'Ohhhhh,, jadi namanya rian. Ganteng juga hehehe'. Batinku.

"Kenapa lo pindah?". Tanya rian.

"Karena orang tua saya di pindah tugaskan ke kota ini". Jawabku sambil tersenyum.

"Udah punya pacar belum?". Teriak seorang laki - laki yang duduk di belakang yang langsung disoraki oleh seluruh siswa. Dan kelaspun menjadi ribut.

"Sudah, sudah jangan ribut!". Teriak bu novi menenangkan seluruh siswa.

"Safana, kamu boleh duduk disana". Ucap bu novi kepada ku setelah membuat siswanya kembali tenang.

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum dan memalingkan wajahku ke arah bangku yang bu novi tunjuk tadi. Betapa kagetnya aku saat melihat siapa teman sebangkuku. Retno, yaa dia. Ternyata dia sekelas denganku bahkan menjadi teman sebangku. Tapi, aku baru menyadarinya? Entahlah aku tidak ingin memikirkannya.

"Ada apa safana?". Suara bu novi mengintrupsiku dari kegatanku tadi.

"Ah? Ya, tidak ada bu".

"Yasudah, silahkan ke bangkumu". Perintahnya.

Aku pun berjalan kearah bangku yang sudah ada retno disana.

"Kenapa muka lo?". Tanya retno saat aku sudah duduk di sampingnya.

"Ga knapa2, ga nyangka aja gue bakal sekelas sama lo".

"Ohhhhh, sebenarnya sih guebudah tau kalaw lo bakal sekelas sama gue".

Aku langsung menatapnya dengan alis saling bertaut.

"Hemmm, jadi kemaren tuh pas gue lewat ruang kepsek, gue ga sengaja denger pembicaraan kepsek sama bu novi wali kelas gue yang sekarang jadi wali kelas lo klaw nanti bakal ada murid baru di kelas gue. Jadi pas tadi gue liat lo kebingungan gue langsung tau kalaw lo murid baru yang pak kepsek bilang". Dia mengerti tatapanku rupanya.

"Ohhhhh". Aku hanya ber'oh'ria mendengar penjelasannya.

Kringgg... Kringggg..

Setelah beberapa saat. Akhirnya bel istirahat berbunyi.

"Gue mau ke kantin, lo mau ikut?". Ajak retno kepadaku.

"Boleh, kebetulan gue juga laper".

Aku berjalan beriringan dengan retno menuju kantin. Sepanjang perjalanan banyak siswa yang menatapku tapi aku dengan senang hati mengabaikannya.

"Lo mau mesen apa? Biar sekalian gue yang mesen". Tanyanya setelah kami menadapatkan meja kosong. Karena, saat kami sampai kantin sudah penuh, syukurlah masih ada meja kosong buatku dan retno.

"Gue pesen baso aja ret trus minumnya es jeruk".

"Oke, lo tunggu sini".

Kepalaku menganguk mengiyakan perkatannya. Aku mengekuarkan iponeku berniat memainkainnya sambil menunggu retno kembali.

Aku membuka galeri, melihat - lihat fotoku dengan beberapa temanku. Sesekali aku terkekeh melihat fotoku bersama temanku dengan wajah konyol. 'Ahh, aku merindukan mereka'. Batinku. Aku tersenyum mengingat teman - temanku dulu. Namun, seketika senyum pudar saat aku melihat fotoku bersama orang yang paling berharga dalam hidupku, yang kini telah meninggalkanku. Dia adalah ibuku. Tak kusadari setetes air telah membasahi pipiku saat aku kembali mengenang kebersamaanku dengan ibu.

"Lo sendiri?". Suara berat yang khas menbuyarkanku. Dengan refleks aku menghapus air mata di pipiku dan mengalihkan wajahku ke arah suara berat tadi untuk melihat siapa yang kini ada di hadapan ku.

                                                                              ~#~#~#~#~

jangan lupa vote & comment ya guys. karena cerita ini masih membutuhkan kritik dan saran dari kalian,,,,,,,,,


key 

SafanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang