04

63 17 2
                                    

Author POV

"J-jj-jeon."

"I-itukah k-kau."

Ji Ae memeluk erat kardigannya. Saat ini otaknya berusaha memroses ulang ingatannya bersama Jeon temannya.

Jimin sedari tadi menatap Ji Ae penuh tanya.

-flashback on-

Dua anak tak tau lelah ini berulang kali memutari komplek rumah mereka. Sepeda baru milik Jeon ia gunakan bersama Ji Ae untuk itu.

"Ya! Kookie oppa! Pelan-pelan saja,eoh." begitulah panggilan Ji Ae.

Jeon Kookie ini mengayuh sepedanya semakin cepat membuat Ji Ae hampir terhuyung kebelakang.

"Pegangan yang erat! Kita hampir sampai didepan rumahku untuk ke-12 kalinya! Pegangan." teriak Jeon dengan nafas terengah beserta kaki yang masih mengayuh pedal berlampu itu.

Tanpa Ji Ae pikir panjang, gadis kecil ini memeluk erat sahabatnya itu. Ia memejamkan matanya erat-erat.

Jantungnya terpompa lebih cepat. Rasa takut jatuhnya menggebu-gebu dalam dirinya.

Ciittttttt-

Anak didepan Ji Ae ini mengatur nafasnya pelan-pelan. Nafasnya benar-benar berantakan saat ini.

Jeon tertawa saat merasakan tangan mungil Ji Ae masih memeluk pinggang Jeon.

Ditengoknya wajah anak dibelakangnya yang masih menutup mata sembari menghembuskan nafasnya.

"Dasar penakut! Aku sudah berhenti,eoh"

Ji Ae membuka matanya dan segera turun dari sepeda maut milik si kelinci kecil ini.

"Ya! Kookie oppa. Jantungku hampir saja keluar." telunjuk putih gadis cantik ini menonyor kepala sang anak pria yang masih terkekeh diatas sepeda maut itu.

"Woaa,jinjja? Kenapa tak keluar sekalian." ucapnya lalu terkekeh lagi.

"Ya!"

Pukk!

Tamparan Ji Ae mendarat di dahi Jeon Kookie si kelinci tampan ini.

"Ya. Appo!"

"Rasakan itu oppa. Kau membuatku kesal. Akan kuadukan pada eommonim jika kau membuat jantungku seperti ini." Ji Ae meninggalkan Jeon yang masih memijat dahinya.

"Kita belum 15 kali Han Ji Ae. Masih kurang........ngg... 3 Han Ji Ae" ucap Jeon sembari menghitung jumlah jari yang tersisa ditangannya.

"Lanjutkan saja sendiri! Dasar, rabbit robot tak punya lelah!" teriak Ji Ae sembari menghentakkan kakinya masuk kerumah Jeon.

Ji Ae berlari dan membuka pintu kamar ibu Jeon.

"Eommonim...oppa jahat padakuu. Ia membuat jantungku hampir keluar,eommonim. Marahi dia, eommonim" tangan mungil Ji Ae menggoyangkan lengan ibu Jeon.

Wanita cantik ini terkekeh sambil mengelus pucuk kepala gadis yang ia anggap putrinya semata setelah putranya semata.

Jeon yang masih duduk diatas sepedanya segera turun dan masuk rumah.

"Tidak, eomma. Dia saja yang penakut, huh. Dia yang memberiku tantangan agar mengelilingi kompleks 15 kali." ibu Jeon semakin terkekeh.

Ji Ae mempoutkan bibirnya membuat ibu Jeon semakin gemas. "Sudahlah, Jeon. Minta maaf saja pada Ji Ae."

All about Dream.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang