01

111 25 7
                                    

Happy reading guys:* ehe
.

.

.

.

Gadis kecil ini berlari menuju kediaman sahabatnya. Khawatir karena sahabatnya tak berangkat kesekolah.

Matanya melihat dari jauh seorang ahjussi-ahjussi sedang mengangkuti barang sahabatnya ke dalam mobil box.

Tak butuh berfikir ia berlari kesana. Menemui wanita yang masih cantik berdiri didepan pintu mewah.

"Eommonim."

"Han Ji Ae, waeyo?"

Ji Ae menatap lantai dingin yang ia pijak. "Kau akan pergi?"

Wanita didepan Ji Ae menyejajarkan tingginya dengan Ji Ae. Kemudian mengangguk.

"Kami akan ke Kanada."

Ji Ae membulatkan matanya. "Te-temanku ikut, eommonim?"

Dengan menggenggam tangan kemudian mengelus pipi Ji Ae ia berkata,

"Mianhae Ji Ae-ah. Ini sudah keputusan ayah Jeon. Keuangan kantornya yang di Kanada mengalami pemerosotan."

Ji Ae berlari kerumahnya, tangisnya pecah setelah mengatakan bahwa ia membenci ibu sahabatnya.

Ibu dari sahabatnya juga membendung air mata yang sudah sebenarnya ia tahan sedari tadi.

Bagaimana tidak, Ji Ae sudah mereka anggap anak sendiri selama 10 tahun.

Brakk.

Pintu kamar Ji Ae ia tutup kasar. Tangisnya semakin pecah saat masuk disambut fotonya dan sahabatnya yang bergelantungan disana sini.

"Ae-ya? Gwaenchana-yo?"

❤❤❤

Awalnya ia tak terbiasa. Berjalan sendiri diantara koridor kelas yang penuh dengan human didalamnya.

Namun lama-kelamaan ia terbiasa. Lama-kelamaan pula ia berubah.

Menjadi gadis yang penuh tanda tanya dan misteri.

Ji Ae tak merasa dirinya seperti itu. Ia hanya merasa semakin hari dirinya semakin dewasa dan paham apapun.

Tahun berganti begitu cepat. Ji Ae masih tak merasa dirinya berubah drastis.

Ia masih tak bisa melupakan kawannya dan kembali merasakan terpuruknya dirinya-

-saat mengingat birthday nya tak ada yang mengucapkan. Ia benar tak berharap banyak orang mengucapkannya.

Tapi bisakah orang terdekatnya mengingat hari lahirnya.

Mengucapkan 'Chukkae, adeul. Eomma appa menyayangimu' sepatah kalimat itu lewat handphone ia sudah senang.

Tapi tak sama sekali ia ucapkan bahkan mengucapkan 'anyeong' selama 3 tahun ia ditinggal.

Tak dilupakan hari ini awal ia masuk kesekolah menengah. Pendaftaran ia tanggung sendiri.

Masalah biaya orang tuanya sudah mengatasi lewat atm nya.

Kakinya ia langkahkan kecil-kecil dihalaman luas sekolahnya. Para orang asing berlalu lalang disekitarnya.

Matanya menatap sepatu baru yang ia beli minggu lalu. Sneaker wedges berwarna putih kesukaannya.

Ia tersenyum kecil. 'Ini darimu eomma, appa. Saranghae'

All about Dream.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang