03

71 17 3
                                    

Happy reading sayy:*
.

.

.

.

Author POV

Gadis ini menahan malu lagi. Kakinya ia langkahkan menuju ruang kesehatan.

Dahinya yang penuh darah ini ia biarkan terbuka. Tak peduli bagaimana orang melihatnya atau berfikir ia bodoh.

Ji Ae mengambil obat di kotak kasar. Membersihkan dahinya sepenuh hati, memberikan antiseptic disana.

Sesekali ia mendesis kemudian menatap cermin. Menahan sakit karna batu dan wanita.

Kini tangannya ia gunakan untuk melapisi kepala dengan perban.

"Selesai." telunjuknya ia tusuk-tusukkan pelan diperban itu.

"Ya! Han Ji Aeee!"

"Awww!" pekiknya keras sekali. Telunjuknya menusuk dalam keperban itu.

Darah kembali menembus. Ck,

Pria yang barusan datang itu menutup mulutnya. Caramel nya membulat lebar.

Ji Ae menatapnya tajam. Air matanya menetes. Aku yakin itu sakit.

"Mianhae," pria itu mendekat, membantu Ji Ae membuka kembali perbannya dan mengobatinya.

Ji Ae menyingkirkan jari-jari panjang itu dari dahinya. "Kyeojyo, aku tak butuh bantuanmu. Aku tak mengenalmu."

Kini pria itu menjauh dan meninggalkan Ji Ae. Gadis ini menangis lagi.

"Mengapa kau menangis, bodoh!" air matanya ia bersihkan kasar. Kembali ia membersihkan luka.

*

Ia menunduk menatap meja putihnya. Kepalanya benar-benar sakit bersama sang perut.

Tangannya ia angkat keatas, jarinya ia gunakan untuk memijat kepalanya. Matanya ia pejamkan.

"Baiklah, kita akhiri pelajaran hari ini. Silahkan berkemas anak-anak."

Ji Ae mengangkat kepalanya. Menggendong tasnya dan berlari keluar masuk kedalam taksi yang sudah ia pesan sebelumnya.

Setelah motor besar melewatinya segera ia menyuruh sopir itu mengikutinya. Dalam perjalanan senyumnya mengembang.

Hingga saat sang pemilik motor berhenti dan masuk kedalam rumah. "Jadi ini"

"Ahjussi, bawa aku kembali."

---

Hari semakin gelap. Langit oranye mulai berubah warna menjadi kelam. Awan mendung menyelimuti kota itu.

Dadanya yang sedikit sesak ia tepuk-tepuk keras. Berharap rasa sakit itu akan hilang.

Tidak. Ia justru semakin merasa sakit. Wanita ini menatap sebuah foto keluarga dan duduk diujung ranjang. Air matanya menetes.

Hanya setetes kemudian tak berlanjut. Jutaan kali ia menangis. Mungkin kali ini ia tak bisa menangis.

"Uhukk!" tangan kanannya ia gunakan untuk menutup mulut. Kemudian ia jauhkan saat cairan kental mengalir ditangannya.

Tangan satunya ia gunakan untuk meraih ponsel yang ada di ujung ranjang yang lain. Sangat susah untuk wanita lemah ini.

Setelah ia genggam ia gunakan untuk menelpon seseorang. Namun tak kunjung diangkat. Ia terbatuk lagi, hingga begitu banyak darah ditelapaknya.

All about Dream.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang