"Jalan hidup itu tak bisa diprediksi. Karena itu, aku ingin seperti dandelion yang tak pernah mengeluh dan menentang kemanapun angin membawanya."~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Gue dengar, ada anak baru di kelas ini. Mana dia?"
Tatapan Flo jatuh pada salah satu dari ke empat siswa laki-laki itu. Ia mengernyitkan dahi, merasa kenal dengan siswa yang baru bertanya itu.
"Rio, bisa nggak, lo jangan halangi temen gue?" ucap Disa. Iamemang tidak seperti kebanyakan siswa perempuan di sekolah ini, yang sangat mengagumi ke empat troublemaker itu.
"Gue nggak halangin kok. Cuma mau kenalan. Masa nggak boleh?" sahut cowok bernama Rio itu.
Flo masih menatap Rio. Ia tak yakin jika cowok di depannya ini adalah orang yang pernah dikenalnya dulu. Tapi kenapa mirip? Sedangkan Rio mengalihkan pandangan ke arah Flo dan langsung tertuju pada kaki kanannya yang tertutup rok selutut dan tidak terlihat sama sekali.
Rio mengangkat alisnya menatap kruk yang digunakan flo sebagai penyangga kaki kanannya. Tanpa aba-aba, ia langsung menarik kruk itu sehingga membuat Flo hampir terjatuh jika tubuhnya tidak ditangkap oleh Jayden.
"Rio!" Jayden menatapnya kesal. Ia langsung merebut kruk itu dan menyerahkannya pada Flo.
"Bercanda. Santai, dong." Rio terkekeh geli melihat sikap Jayden yang tidak seperti biasanya. "Hai, anak baru. Kenalin gue Rio. Dan itu temen-temen gue, Rian, Candra dan Glenn." Rio menunjuk teman-temannya satu persatu dari kiri. "Berhubung lo cewek, jadi kita yang ngenalin diri. Coba kalo lo cowok, lo bakal dapet sambutan spesial."
Flo mengerutkan keningnya. Dia masih bingung, kenapa Rio seolah tak mengenalinya? Atau belum?
"Tunggu." Rio mendekatkan wajah ke wajah Flo yang tingginya hanya sepundaknya
Flo refleks memundurkan kepala. Rio ini, sengaja mau membuatnya kaget, ya?
"Kok gue kayak pernah ketemu lo, ya?" Rio masih mengamati wajah Flo yang jaraknya hanya beberapa centi darinya.
"Udah yuk, Flo. Kita ke kantin." Disa segera sambil menarik tangan Flo pelan.
Flo, Disa dan Jayden pun berjalan melewati geng troublemaker itu. Rio yang mendengar nama Flo disebut, tampak sedang berpikir-pikir.
"Tunggu!"
Rio berjalan cepat mengejar ketiganya yang sudah sampai depan kelas, jadi tontonan para siswa yang sedang berkumpul di depan kelas itu. Iamemegang lengan kiri Flo dan membuat langkah gadis itu terhenti. Flo spontan menghempaskan tangan Rio yang memegang lengannya.
Rio berdiri tepat di depan Flo dan menatap Flo intens. "Ah, iya. Gue inget. Lo Flo, kan?"
Flo hanya menatapnya datar sementara para siswa yang berada di sekeliling mereka tampak melemparkan tatapan aneh padanya. Antara tatapan meremehkan pada kondisi Flo dan tatapan penuh tanya karena salah satu cowok most wanted di sekolah ini menghampiri gadis difabel seperti Flo.
"Wah nggak nyangka bisa ketemu lo lagi. Gimana kaki lo? Kok masih satu, sih? Udah tujuh tahun loh kaki kiri lo ilang, masa belum balik, sih?" celetuk Rio sambil memegang pundak Flo yang segera ditepis oleh gadis itu.
Flo tidak berminat menjawab kata-kata Rio yang terdengar seperti ejekan itu. Ia merasa Rio yang dulu dengan yang sekarang sudah beda jauh.
"Lo kenal dia?" tanya Rian yang sudah berdiri di samping Rio diikuti Candra dan Glenn.
"Dia temen SD gue. Ya nggak Flo?" sahut Rio tanpa mengalihkan pandangannya dari Flo. "Oh iya, rambut lo udah nggak ada poni nya lagi?" Rio memegang kepang rambut Flo. "Dan ini...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Wings (Pindah Ke Dreame)
Teen FictionCerita ini pindah ke dreame ya. Kalian bisa baca di sana mumpung masih gratis. Terima kasih. "Cinta sempurna bukan karena kita berusaha mencari cara untuk mendapatkan dia yang sempurna dalam segalanya untuk kita cintai. Tapi cinta sempurna karena k...