DGFLS - Enam

491 33 0
                                    


Hal yang lebih menyebalkan daripada dibully adalah diganggu seorang penguntit.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Mang, es krim nya yang rasa cokelat dua ya." seru Nindi sambil menggandeng tangan Flo.

Kedua gadis kecil berusia sembilan tahun itu sedang berada di taman dekat jalan raya di sekitar kompleks perumahan mereka. Mereka baru saja pulang dari sekolah sore itu, karena ada pelajaran tambahan. Udara yang cukup panas membuat keduanya berhenti sebentar di taman dan berniat menikmati es krim segar kesukaan mereka.

"Ini neng es krim nya."

Kedua gadis kecil itu segera menerima cup es krim itu dan membayarnya. Kemudian mereka berjalan beriringan menyeberang jalan menuju rumah mereka yang searah.

"Di, tungguin. Tali sepatu aku lepas." ucap Flo sambil berjongkok berniat membetulkan tali sepatunya.

Nindi yang sudah berjalan beberapa langkah di depan Flo, menghentikan langkahnya dan berbalik. Mata bulatnya memandang Flo yang tampak kesusahan membetulkan tali sepatunya. Nindi berjalan mendekat berniat membantu saat sebuah mobil berwarna putih melaju dengan kecepatan tinggi ke arah mereka. Tapi Nindi kecil tidak menghiraukannya dan tetap berjalan mendekati Flo.

"Mana es krim nya aku pegangin dul.... Flo!!! AWAS!!!"

BRAKK!!!

Suara dentuman mobil memekakkan telinga dan beberapa menit kemudian tempat itu telah ramai oleh kerumunan orang-orang yang melihat langsung kejadian yang berlangsung secepat kilat itu. Ada yang berdiri hanya menonton sambil berucap istighfar berkali-kali. Ada yang langsung sigap memeriksa keadaan mobil berwarna putih yang menabrak pohon besar di jalan raya itu. Dan ada yang sibuk berbicara lewat telepon memanggil mobil ambulans.

Nindi kecil berdiri mematung. Es krim yang digenggamnya sudah sedari tadi jatuh dan meleleh di atas aspal yang panas. Mata bulatnya memandang kosong ke arah kerumunan beberapa meter di depannya. Dari sela-sela kaki orangpun itu, jelas terlihat genangan darah segar yang memenuhi jalan beraspal itu. Tubuh gadis itu gemetar dan menggigil namun tak berani mendekati tubuh yang tergolek lemah di sana. Kejadian itu terjadi tepat di hadapannya membuat kepalanya pusing seketika. Hingga suara ambulans menyadarkannya.

"FLO!!!!!!"

Flo membuka matanya tiba-tiba. Keringat dingin membasahi keningnya. Suara melengking Nindi terdengar dengan sangat jelas di telinganya membuat napas Flo tersengal-sengal. Tangan mungilnya mengambil boneka berbentuk bunga dandelion dan memeluknya erat sambil berusaha menormalkan napasnya yang masih tak beraturan.

Flo mengusap butiran air yang tak sengaja mengalir dari kedua sudut matanya dengan punggung tangan yang bergetar. Mimpi ini, Flo tidak suka mimpi buruk ini. Mimpi yang membuatnya kembali mengingat kejadian naas yang mengubah hidupnya itu.

Flo menggigit bibir bawahnya. Sungguh ia tak ingin menangis. Terlalu lelah untuk menangisi hal yang sudah ditakdirkan untuknya itu. Hal yang membuat jalan hidupnya berbeda dari gadis-gadis sebayanya. Flo bahkan tidak bisa menyalahkan pengemudi mobil yang mengemudi dengan ugal-ugalan dan membuat kaki kanannya hilang.

Flo memejamkan matanya sejenak. Ia rindu Nindi. Sahabat dekatnya yang menyayangi dirinya seperti saudara sendiri. Bahkan Nindi ikut tersiksa dengan apa yang menimpa Flo sehingga Nindi menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menolong Flo. Hal itu membuat Nindi sedikit trauma dan orangtuanya akhirnya membawanya pergi ke Australia untuk menghilangkan trauma itu.

Flo rindu Nindi. Mereka tidak pernah bertemu lagi setelah itu. Apakah saat ini Nindi masih ingat padanya?

Flo menghela napas. Ia melirik jam weker yang tergeletak di nakas. Jarum pendek menunjukkan angka dua. Ya, ini baru pukul dua dini hari dan Flo bahkan sudah tak merasa mengantuk setelah mimpi buruk itu.

Imperfect Wings (Pindah Ke Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang