16.Hening dan Hela

30 2 0
                                    

Mari sekejap merenung diantara hening dan hela,
Yang terpaut satu demi satu,
Hingga tercipta sebuah rasa dalam dada,
Bergejolak , rinau sendu mendayu dayu,
Bisikkan sekilas hinggap berlalu,
Tangis kembali memecah bising,
Rintik jadi kawannya,
Diam, tak ada lagi rasa. Aku terdiam.

Hujan tak kunjung berlalu,
Ia hinggap, selalu hinggap , selalu temani langkah dalam genangan air yang selalu ku mainkan percikannya.
Hingga, aku tersadar bahagia itu sesaat,
Kecewa mulai hadir ,
Kilat jadi kawannya,
Aku takut, aku takut sendiri , aku takut kilatan benderang itu menyambarku berbisik.

Rasanya aku tuli, tak dapat ku dengar kalimatmu saat peluk ku erat.
Rasanya aku bisu, tak bisa kubalas kata 'Rindu' yang terucap sendu.
Rasanya aku buta, tak dapat melihat sebuah asa dalam mata.

Hujan tak kunjung berlalu,
Ia hadir, selalu hadir , temani aku dalam pena mengalun dalam lembaran.
Menjadi sendu, tatkala pelangi tak datang, ia hilang .
Entah kemana. Entah dimana.

Laksana hujan yang deras, ia tidak terlalu kuat untuk menyerbu sendiri, tapi ia datang dengan bertubi-tubi. Itu luka. Itu namanya kecewa, dan air mata adalah kawannya.


MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang