🎵 Gummy
--
You are My Everything 🎵______________________________________
Aku menelan ludah susah payah. Sementara di belakangku lagu dari May be I Like You dari cosmos hippie masih berkumandang.
Dia tersenyum lebar dengan mata yang bersinar. Membuat wajahnya lagi-lagi terlihat secerah matahari.
"Mengapa kau terkejut, Nari? Kau seperti baru pertama kali menerima pernyataan-"
Aku mengangkat tanganku. Menghentikan apapun kata yang ingin dia ucapkan.
Tentunya tidak semudah itu untuk menyatakan perasaan, bukan? Apalagi kami tidak cukup mengenal sehingga dia sampai mengucapkannya.
"Ternyata kau memang tidak mengingatku, ya?" katanya dengan nada pahit.
"Maafkan aku. Tapi aku benar-benar merasa tidak mengenalmu, William."
Dia tersenyum sedih. Membuatku duduk tegak karena rasa yang tidak menyenangkan sebab gagal mengingat orang. Oh ayolah, aku pasti bisa mengingat sesuatu mengenainya, kan?
Seseorang dengan iris abu-abu sangat jarang kutemui dan sepanjang hidupku aku hanya pernah bertemu dengan...
Mulutku membuka. Jelas karena terkejut.
Aku mengerjap beberapa kali. Berusaha mencocokkan pria di depanku dengan sosok dari masa laluku.
Tidak mungkin.
"Willy?" pekikku terkejut.
Oh aku ingat Willy. Willy adalah... Willy. Cowok yang lebih tua satu tahun dariku tapi harus tinggal kelas karena terlalu banyak membolos. Ya aku ingat sosok Willy yang gendut dan pemalu. Dia kerap kali menjadi korban bully sampai aku berteman dengannya.
Aku selamat karena yeah, sekali lagi aku adalah kakak dari Hyerim. Sekeren itulah Hyerim sebagai murid kesayangan sekolah bahkan saat SMP.
Oh, aku hampir saja melupakan Willy karena kami hanya sempat dekat selama setengah tahun. Pada semester selanjutnya Willy menghilang. Guru bilang bahwa Willy pindah ke Amerika dan sejak itu aku tidak begitu memikirkannya. Kupikir pada akhirnya dia berada di tempat yang tepat dan membuatku tidak perlu mencemaskannya lagi.
Dia adalah Willy, ya Tuhan.
Aku mengerjap lagi. Tidak percaya cowok gendut dan pemalu itu tumbuh menjadi pemuda tampan yang.... wow!Dia juga seorang model, benarkan?
"Lama tidak bertemu, Willy. Aku benar-benar tidak menyangka bahwa kau adalah..." aku mengerjap lagi, "kau sangat wow, Willy!" ucapku penuh kekaguman.
Willy adalah sosok nyata dari bebek yang menjelma menjadi angsa. Sementara aku, masihlah seekor bebek dan Hyerimlah sang angsa.
Wajah Willy memerah. Kurasa dia malu dan itu manis sekali. Ya ampun. Aku tidak pernah melihat seorang pria yang merona karenaku.
"Kau bisa berhenti memujiku, Nari. Kau juga tampak luar biasa."
Aku tertawa, "Baiklah, itu basa-basi yang sopan sementara aku tahu bahwa aku tidaklah seluar biasa seperti yang kau katakan."
"Kau cantik, Nari," ujar William yakin. "Kau sangat cantik dengan caramu sendiri. Berhentilah menganggap bahwa dirimu tidak cantik."
Aku merona. Ya Tuhan. Sudah berapa kali aku merona karena William. Seandainya orang lain yang mengatakannya, aku selalu menganggap bahwa itu adalah kalimat basa-basi, tapi ketika William yang mengatakannya dengan penuh keyakinan seperti tadi, bagaimana aku bisa menganggap itu adalah sebuah bualan semata?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Where We Meet [Completed]
Short StoryTentang hujan, kamu, dan tiga lagu kesukaanku.