Zea tak henti berdoa dalam hati agar ia segera bertemu Kea. Sedangkan Rafith sedang mengetuk pintu bertuliskan nomor 112. Mereka berharap yang membuka pintu adalah Kea atau paling tidak tantenya.
Cklekk..
Seorang nenek tua membuka pintu apartemen, Zea berharap bahwa itu salah satu anggota keluarga Kea. "Ada apa ya?" tanya nenek itu ketika melihat Zea dan Rafith dibalik pintu."Apakah Kea tinggal disini?" tanya Rafith.
"Ohh Kea, ada."
Plong, mungkin itu yang dirasakan Zea dan Rafith. Mereka tak hentinya bersyukur telah menemukan Kea.
"Boleh saya bertemu dengannya?" Zea mendesak ingin segera bertemu Kea.
"Dia sedang berbaring dikamarnya." ucap nenek itu. "Mari saya tunjukkan."
Zea dan Rafith mengikuti nenek itu memasuki apartemen bernomor 112. Mereka tiba didepan sebuah kamar.
"Dia ada didalam, silakan masuk saja."
Zea mendorong pintu perlahan, ditengoknya di dalam kamar seseorang sedang tidur. Ia mundur, mundur sampai mendorong Rafith yang ada dibelakangnya.
"Ze? Kenapa Ze?" tanya Rafith bingung.
"Itu.." tunjuk Zea pada kamar yang ditengoknya tadi.
"Bukan Kea kita." Zea langsung terduduk lemah, ia tak mampu menompang badannya. Ya, memang benar yang dikamar itu bukan Kea yang dicari Zea melainkan seseorang yang mukanya mirip dengan nenek yang tadi membukakan pintu untuknya. Mereka berdua kembar, Rea dan Kea.
Rafith memapah Zea keluar apartemen menuju kursi taman didepan apartemen. Ia juga sangat menyesal tidak menemukan Kea. Mereka bingung hendak kemana lagi mencari Kea. Satu jam dibaawah guyuran salju dingin yang tak dirasakan dua insane tersebut. Hingga salah seorang pekerja taman menegurnya.
"Nak, sehaarusnya kamu jangan keluar disaat cuaca dingin seperti ini, nanti kamu sakit."
"Tak apa pak, terima kasih telah memperhatikan kami." jawab Rafith.
"Kalian bukan orang Perancis ya?"
"Benar, kami orang Indonesia."
"Indonesia? Saya pernah punya teman orang Indonesia." cerita bapak itu.
"Benarkah?" Rafith menanggapinya.
"Iya, dia adalah anak yang cantik dan baik."
"Ohh, beruntung anda mengenal orang seperti itu."
"Bahkan saya sangat beruntung, ngomong ngomong nona ini sangat mirip dengan teman yang saya ceritakan tadi." kata bapak itu menunjuk Zea.
Iseng Rafith bertanya nama perempuan yang mirip dengan Zea.
"Apakah nama perempuan itu Kea?"
Tanpa diduga bapak itu mengangguk. Rafith mengeluarkan sebuah foto Kea.
"Ini orangnya?"
"Benar sekali, bagaimana bisa kalian mengenal nona Kea."
"Kami datang untuk mencarinya pak."
"Ohh, kalau kalian mencari nona Kea dengan nama Kea banyak sekali yang menggunakan nama itu, ia menggunakan nama Alexa, nama yang diberikan oleh neneknya."
"Bapak mengetahui banyak tentang Kea?" tanya Zea yang membuka suara karena dari tadi ia hanya diam.
"Saya mengenalnya saat saya memotong rumput disini, dia merenung menatap kosong langit yang mendung ditempat kalian duduk ini. Tiga tahun lalu, setiap sore dia disini. Menceritakan sepenggal kisahnya di Indonesia dulu. Mengatakan bahwa ia sangat menyayangi kedua sahabatnya." cerita bapak itu panjang lebar. Zea menahan laju air matanya.
"Apakah bapak tau sekarang keberadaan Kea?"
"Dulu dia tinggal disana, di bagian atas paling barat mengadap langsung ke arah matahari senja." tunjuk bapak itu pada apartemen yang Zea dan Rafith masuki tadi.
"Tadi saya kesana namun sudah saya cari dan tidak ada." ungkap Rafith.
"Dia sudah tidak disana sekarang."
"Bisakah saya meminta alamatnya yang baru?"
"Bertahun tahun mengenalnya, bertahun tahun juga ia sering keluar masuk rumah sakit. Saya bahkan tak tau gadis baik itu sakit apa. Ia tak pernah menangis ketika memandang langit mendung, saya malah semakin sedih mengetahui dia setegar itu. Kadang rencana Tuhan memang tak bisa ditebak, anak sebaik dia harus mengalami hidup yang pahit." ucap bapak itu mengalihkan pembicaraan.
"Bisakah saya bertemu dengannya?" ulangnya lagi.
"Kalian berdua siapanya?"
"Kami kedua sahabatnya yang sering diceritakannya."
Bapak itu mengangguk paham. "Mari saya tunjukkan."
-FaithWithYou-
KAMU SEDANG MEMBACA
Faith with you
Short Story(Completed) Ze, Raf, kau tau? Bahagia terbesarku adalah bersahabat denganmu. Entah bagaimana aku bisa setenang ini saat menjelang hal itu, yang terbesit saat itu hanyalah kebahagian-kebahagian yang pernah kita untai bersama. -2017 hak cipta dilindun...