Fiveth "Perjalanan Kita Panjang"

105 17 0
                                    

Berbulan bulan Zea menabung, tepat hari ini Zea dan Rafith akan ke Paris meninggalkan anaknya bersama ibu Rafith. Zea gugup bercampur senang karena akan bertemu Kea lagi.

"Yang tenang Ze, nggak usah gugup." saran Rafith saat mereka sedang take off.

"Perasaanku campur aduk Raf, aku takut nggak ketemu Kea." kata Zea.

"Kamu nggak boleh ngomong gitu, kamu kan udah ada alamatnya kan?" tanya Rafith.

"Iya, ini suratnya aku bawa." Zea menunjuk surat dari Kea, disampulkan terdapat alamat Kea.

Pesawat mendarat dengan mulus tanpa hambatan, jam menunjukkan masih pukul 05.00 am waktu setempat. Saat ini di Paris masih musim dingin, salju turun lumayan lebat, suhunya mungkin dibawah nol derajat celcius. Untung saja Rafith teliti dan tau kalau di Paris sedang musim dingin, ia membawa mantel. Syal dan sepatu hangat. Mereka berdua keluar airport mencari taksi dan menunjukkan sebuah alamat yang ditulis dibagian atas surat Kea. Tubuh Zea menggigil walau mobilnya sudah ada pemanas. Rafith memegang tangan Zea lembut, lalu mengecupnya menyalurkan kehangatan yang ada ditubuhnya. Ia bersyukur mrndapatkan pendamping seperti Zea, ia mendapatkan Zea dengan perjuangan yang berat. Perjuangan melawan hatinya yang dulu memilih Kea. Ia berusaha mencintai Zea dari nol dan kini mereka sudah bersama. Saat Kea datang tiba tiba ke Indonesia dulu, perasaan itu muncul lagi. Rafith merasa sangat kacau saat mengetahui bahwa selama ini Kea juga mencintainya. Ia menyesal tak mengungkapkannya. Namun disela kacaunya Rafith, Zea datang dan mengobati hati Rafith. Hingga Rafith bangkit lagi dengan Zea disampingnya.

Taksi membelah jalanan kota Paris, menara Eiffel pun rupanya masih kedinginan karena salju menutupi jalanan disekitarnya. Setelah beberapa menit didalam taksi, taksi itu berhenti disebuah apartement besar. Sopir itu menunjukkan bahwa ini apartement terbesar di sekitar Issy-Lee-Moulineaoux. Zea dan Rafith turun memasuki apartemen mewah nan elegant itu. Mereka berjalan menuju resepsionis, dua orang resepsionis sedang berjaga. Rafith bertanya menggunakan bahasa inggris "Apakah disini ada seseorang bernama Kea?" salah satu dari dua orang itu mengutak atik laptop lalu tersenyum.

"Ada banyak nama Kea disini, kalau anda mau silakan menemui Kea di lantai 2 dengan nomor kamar 12, lalu ada di lantai 8 dengan nomor kamar 80 dan yang terakhir lantai 15 dengan nomor kamar 112." terang receptionis itu.

"Banyak sekali, tak apa mari kita temui satu persatu. Aku yakin Kea ada disalah satu nomor kamar itu." Zea semangat lalu menarik tangan Rafith.

Mereka menaiki lift menuju lantai 2, menyusuri lorong apartemen yang sepi. Kepala mereka tak henti hentinya menengok disetiap kamar yang mereka lewati. Sampai di nomor 12 mereka berhenti. Saling tatap sejenak lalu memencet bel.

"Tenang Ze, Kea pasti ketemu" ucap Rafith. Seseorang membuka pintu nomor 12. Ibu ibu berwajah khas Eropa tersenyum ramah. "Apa Kea tinggal disini?" tanya Rafith.

"Apa kalian mengenal putri kecilku? dia sedang mandi bersama neneknya."

"Ahh, maaf bukan Kea putri anda, saya permisi."

Muka Zea terlihat kecewa, mereka kembali berjalan menuju lantai selanjutnya. Dilangkahkan kakinya yyang sudah capek karena perjalanan jauh menuju lift. Tak dihiraukan rasa lelahnya hanya satu tujuannya yaitu menenmukan Kea.

Lantai 8 nomor kamar 80. Tertera jelas di ingatan Rafith akan kamar yang akan ditemukannya. Mereka berdiri lama didepan kamar tersebut hingga sebuah remaja keluar.

"Apakah Kea tinggal disini?"

"Kea?"

"Ya, kamu mengenalnya?"

"Kea adalah nama keluarga saya, nama belakang saya juga Kea. Mungkin bukan saya kamu kamu maksud, maaf saya tidak mengenal anda." ucap gadis tersebut tak ramah.

"Raf, tinggal satu. Aku yakin banget Raf kalo Kea pasti disana."

"Aku juga begitu semoga Ze."

"Aku yakin Raf, soalnya Kea menyukai tempat berpemandangan menarik. Tentu lantai atas memiliki pemandangan paling bagus dari pada lantai lainnya." cerita Zea berbinar.

"Aku juga beranggapan seperti itu Ze, mari kita temui Kea."

Dengan semangat membara mereka kembali ke lift dan pasti dengan harapan yang penuh bahwa memang Kea-nyalah yang berada lantai teratas apartemen ini.

Tinggg.

"Raf bener ini kamarnya?" tanya Zea.

"Iya, tuh liat nomornya sama kan."

"Iya, coba ketuk."

Knock knock knock

Cklekk.............

-FaithWithYou-

Faith with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang