Third "Perpisahan kedua"

126 22 0
                                    

Seminggu sudah Kea dirawat dirumah sakit, namun baru hari ini Zea boleh menjenguk sahabatnya itu. Siang ini Zea berjalan menyusuri koridor bersama Rafith. Ia ingin melihat perkembangan kondisi Kea. Dibukanya pintu kamar rawat Kea. Betapa terkejutnya Zea mendapati kamar rawat Kea kosong tak ada orang. Zea segera berlari keluar dan menemui dokter yang merawat Kea.

Dokter itu berkata pada Zea "Kea tadi pagi sudah meninggalkan rumah sakit, dijemput oleh tantenya. Kea menitipkan sebuah surat untuk seseorang bernama Zea. Kemarin setelah dia pingsan, dia sempat terbangun dan menyuruh saya untuk menulis surat ini. Rasa sakitnya tak pernah ia rasakan padahal secra medisnya, kondisinya terus memburuk setiap harinya. Disaat menulis ini tubuh Kea yang sudah lemah tetap memacu semangatnya untuk menulis surat ini. Kea adalah orang yang sepenuh hati mencintai orang yang ada dalam hidupnya, ia juga mencintai setiap moment yang ia lalui dulu." Kata dokter itu dengan panjang lebar.

Tanpa sadar air mata membasahi pipi putih Zea. Tangannya meraih surat yang diserahkan dokter itu. Zea beranjak dari ruang dokter menuju taman rumah sakit untuk membaca suratnya.

------

Dear Zea, sahabatku sepanjang waktu.

Hai Ze, masih ingat nggak? Dulu kita berdua menjahili tukang sapu keliling dengan membuyarkan daun yang telah dikumpulkannya menjadi satu. Kamu tentu masih ingat betapa nakalnya kita dulu? Ze, kamu adalah orang yang selalu aku percayai selama ini. Aku mohon bagaimanapun keadaanku, jangan pernah berpaling dariku. Aku tau ini terjadi seperti kilat, sekejap namun amat menyilaukan. Pergi keluar negeri lalu pulang dan pergi lagi. Maaf meninggalkanmu untuk yang kedua kalinya. Dalam surat ini, aku ingin bercerita tentang perasaanku ini. Selama ini, aku menyembunyikan rahasia terbesarku padamu. Dulu kau mengira aku tak menyukai atau bahkan mencintai seseorang. Itu semua salah besar Ze, karena didalam hati tubuh lemah ini hanya ada seseorang yang menempatinya. Didalamnya tak pernah berubah, hanya dia. Orang yang selalu sama. Dia adalah cinta pertama dalam tubuh Kea yang lemah ini. Sekaligus cinta terakhir. Tapi bener kata orang kalau cinta pertama hanyalah harapan tanpa kenyataan. Dia adalah Rafith, Rafith-nya kita, sahabat kita. Rafith yang selalu melindungi kita dan Rafith yang menghibur kita saat duka menghampiri.

Entah sejak kapan rasa ini muncul, tumbuh dan semakin lebat tiap harinya. Tiap kali kupangkas seolah tambah panjang. Maafkan aku Ze, jika selama ini aku mengganggu hubungan kalian. Itu semata bukan karena diriku melainkan karena hatiku. Tapi sekarang aku takkan lagi mengganggumu. Aku pamit, aku akan pergi lagi, tapi entah akan kembali atau tidak. Kumohon jangan tinggalkan Rafith. Jaga dia seperti kau menjagaku. Jangan biarkan setetes keringan membasahinya. Jangan biarkan segores kluka ada ditubuhnya. Aku tau kau amat mencintainya. Jadi, jaga dia sekuat dan semampu tubuhmu menompang itu semua sampai waktu tak berdetik. Lupakan aku jika aku masih mengganggu ingatanmu. Jangan buat airmatamu jatuh untuk menagisiku karena aku tak akan hadir untuk menghapusnya.

Aku ingin suatu hari nanti kau dan dia mengenakan busana suci dengan cincin yang melingkar dijari manismu itu. Bahkan jika bisa, aku ingin berada disana saat itu juga. Terima kasih jika kau lakukan apa yang menjadi keinginanku. Salam kecil dari sahabatmu, anggap aku tak pernah ada dalam seriap memori otakmu agar kau taklagi bersedih karnaku.

Dari Kea yang selalu dan akan selalu merindukanmu.

-----

Airmata Zea jatuh lagi, tubunya tak lagi bergerak hanya diam dan menangis sendu. Rafith yang melihat keadaan Zea berusaha menenangkannya walaupun ia tak yakin ia bisa melakukannya.

Faith with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang