Fourth "Izinkan aku mengucap Selamat Tinggal "

103 21 3
                                    

Tiga tahun berselang, Kea tak kunjung muncul ataupun member kabar. Saat ini status Zea sudah berubah menjadi seorang istri dan ibu dari anak-anaknya Rafith. Kedua orang tua mereka terus mendesak mereka agar segera menikah, oleh sebab itu mereka sudah menikah walaupun tak enak oleh Kea. Zea melahirkan seorang putri cantik, kehidupan mereka terbilang sangat harmonis dengan kehadiran buah hati yang mempererat hubungan mereka. Rafith sudah sepenuhnya melupakan perasaannya pada Kea walaupun berat, hatinya hanya untuk Zea dan anaknya.

Hari ini pak pos datang mengantarkan surat, tak biasanya pak pos mengantarkan surat pribadi. Surat itu ditujukan untuk Zea dan Rafith. Dibukanya perlahan surat itu, tertera jelas nama Kea diatas sana. Untuk apa Kea mengirim surat bahkan menggunakan aplikasi chating atau email saja bisa.

-----

Paris, summer 2016

Dear Zea, dear Rafith

Bagaimana kabar kalian? Semoga selalu baik baik saja, bersama datangnya surat ini, aku tengah berada dalam suatu ruangan putih berbau obat obatan yang menyengat indra penciumanku. Aku takut Ze, takut dalam tidur singkatku aku tersesat dan tak bisa kembali.

3 tahun lalu, semenjak kepergianku tanpa pamit ke Perancis aku selalu ada diruangan putih ini tiap harinya. Kala aku membaik aku hanya kesini seminggu sekali tapi kala buruknya aku bahkan semenitpun beranjak dari kasur ini. Seolah tubuhku melekat pas disini. Tanteku yang selalu setia mengawasiku sementara ayah ibuku pergi jauh dalam kecelakaan yang mengambil nyawa mereka. Sakit mengetahui mereka pergi lebih dulu, bahkan mengalahkan sakit yang ada dalam tubuhku. Tapi rasa sakit itulah yang selalu menjadi teman keseharianku. Dokter mungkin bosan karena hadirku yang selalu merepotkannya. Aku ingin tak merepotkan tanteku dan orang orang yang berada dalam rumah sakit ini.

Surat ini mungkin surat terakhir yang kukirim, maaf tak menggunakan aplikasi online yang biasa digunakan. Tanteku melarangku untuk menggunakannya, katanya aku harus fokud pada kesembuhanku dulu. Tante juga melarangku menulis lagi karena kondisiku yang menurutnya kurang baik, padahal aku merasakannya sama saja atau bahkan tak pernah baik. Dia khawatir aku tidur dalam waktu yang lama lagi. Sebelum aku menulis ini, aku pernah tak sadar selama 2 bulan. Aku koma dalam waktu yang lumayan lama. Tante sudah lelah melihatku seperti ini, namun ia belum ingin melepasku pergi padahal hal itu akan sangat mudah dan tak akan menghabiskan uangnya lagi. Dokter bisa saja melepas alat bantu hidup yang menempel pada badanku agar aku tak merasakan sakit lagi. Tapi tante tak mengambil saran itu dengan alasan ia optimis aku bisa kembali sehat. Dan aku selalu bersyukur atas keputusannya.

Disaat aku koma, aku melihatmu, melihat orang orang yang kukenal. Aku seakan pergi ketempatmu dan Rafith. Kulihat kau tersenyum bahagia mengenakan baju yang amat cantik dan serasi dengan jas yang dipakai Rafith. Lalu kulihat lagi, bayi mungil nan cantik dalam gendonganmu. Impianku untuk datang kesana tercapai walau hanya dalam ilusi ini. Setidaknya aku senang melihatmu tersenyum bahagia.

Aku memang berhasil sembuh dari koma ini, tapi belum tentu sembuh dari sakit ini. Aku menulis ini karena takut saat aku tidur nanti aku tak akan bangun lagi. Aku takut tak bisa menghubungimu lagi. Jika bisa aku ingin melihatmu sekali lagi sebelum aku kembali pada-Nya. Aku ingin merangkulmu kala aku menang dulu, menangis bahagia bersamamu dan saling menguatkan. Andai aku bisa lepas dari pesakitan ini. Aku akan datang dengan tawa yang kau inginkan. Sekian dulu, suatu saat nanti kuharap kita bertemu. Aku pamit, aku takut tak bisa berpamitan denganmu. Bukannya aku pasrah dengan sakit ini, tapi harapanku hanya sedikit.

Salam terakhirku, Kea.

-----

Zea menangis karena Kea lagi. Airmatanya jatuh lagi, airmata kehilangan. Kea menginginkannya untuk mengunjungi Kea di Paris, walau tak ditulis secara langsung tapi bahasa Kea mengisyaratkan itu. Naluri Zea juga berkata demikian. Ia berjanji bekerja dengan keras agar mendapat uang yang cukup untuk menemui Kea secepatnya. Ia takut terlambat tapi apa daya ia tak memiliki uang yang lebih untuk mengunjungi Paris.

-FaithWithYou-

Faith with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang