Aku sangat berterima kasih kepada Bu Sara dan Nenek Darmi. Keduanya sama baiknya. Masih terbayang sosok Nenek Darmi dengan hidupnya yang sangat sederhana. Beliau seorang penjual kue keliling. Walau demikian, beliau tidak pernah perhitungan untuk melakukan kebaikan, sekalipun itu hal finansial. Dia memiliki prinsip akan melakukan apa saja untuk berbuat baik, sekuat dan semampunya. Aku banyak belajar hal itu darinya.
Ada kata-kata Nenek Darmi yang selalu kutanamkan dalam hatiku.
"Kalau mau membantu orang lain tidak perlu menunggu sudah punya banyak uang. Lakukan sebisa mungkin dari kemampuanmu dapat melalui pikiran dan tenaga. Yang terpenting dengan sangat tulus."
Itu salah satu ucapan Nenek Darmi yang tidak bisa hilang dari benakku.
Aku ingat, dulu saat aku hendak mencari tempat kos, beliau memintaku untuk tetap tinggal bersamanya saja. Awalnya aku merasa tidak enak karena Nenek Darmi terlalu baik padaku. Aku juga mengatakan jika aku di sini terus menerus, pasti akan merepotkan beliau. Sebagai seorang tuan rumah, beliau mengatakan bahwa beliau sama sekali tidak kerepotan.
Sama seperti Bu Sara kini, dulu Nenek Darmi juga memaksaku untuk tinggal bersama dan menemaninya, meskipun aku tetap berkali-kali memberikan alasan kesegananku padanya. Namun entah mengapa seakan-akan hatiku terketuk untuk menemaninya di sini. Aku kasihan dengan Nenek Darmi, karena sepertinya dia tidak memiliki siapa-siapa lagi. Lalu aku memiliki sebuah inisiatif. Aku akan tinggal bersamanya, dengan catatan Nenek Darmi di rumah saja tidak perlu menjajakan kue keliling panas-panasan. Aku meminta agar aku saja yang menjajakan berkeliling sendiri. Nenek Darmi cukup diam di rumah dan membuat kue.
Awalnya sempat Nenek Darmi menolak karena takut mengganggu sekolahku yang sudah menginjak bangku sekolah menengah atas. Aku pun membujuk Nenek Darmi, kalau aku dapat menitipkan di kantin sekolah. Jika tidak habis maka sepulang sekolah aku keliling untuk menjualkan sisanya. Nenek Darmi juga berkata bahwa apakah aku tidak malu untuk menjajakannya. Aku segera menjawab bahwa aku sama sekali tidak malu, justru senang bisa membantunya. Nenek pun menyetujui usulanku, sehingga aku bisa melakukan sesuatu untuk meringankan beban Nenek Darmi.
Jadi, rutinitasku bersama Nenek Darmi setiap pagi sebelum berangkat sekolah adalah membawakan setampah jajanan pasar yang Nenek Darmi buat untuk dijual. Ada risol, onde-onde, naga sari, arem-arem, gorengan, dan masih banyak lagi jajanan lainnya.
Karena sekolahku berdekatan dengan pasar, jadi aku bisa mampir ke pasar untuk menjual jajanan pasar kepada para pedagang kue di pasar untuk dijual lagi. Untuk gorengan akan kutitipkan di kantin sekolah. Nanti sepulang sekolah akan kuambil uangnya di kantin. Jika tidak habis, maka gorengannya bisa kujajakan di sekeliling sini.
Masa putih abu-abu, kalau kata orang, adalah masa yang paling menyenangkan dan dipakai untuk bersenang-senang. Masa di mana kita dapat bergaul dengan banyak teman serta masa-masa terakhir sekolah di pendidikan formal karena setelah itu, akan melanjutkan di kehidupan yang lebih dewasa lagi, mungkin kuliah atau bekerja.
Namun tidak denganku. Warna putih abu-abu bagiku ini bercerita tentang kepolosan dan kesuraman hidup. Sebab warna putihnya bagaikan sebuah kertas putih polos yang tidak berwarna, kehidupanku sama sekali tidak berwarna. Di sekolah, aku tidaklah seperti teman-temanku yang lain, aku hidup dengan banyak tekanan terutama tekanan dalam keluargaku. Sedangkan warna abu-abunya melambangkan bagaimana hidupku di masa mendatang, yang berwarna kesuraman, aku hanyalah seorang dari keluarga yang sederhana namun cita-citaku terlalu besar, mimpiku terlalu tinggi untuk kucapai. Namun, aku tidak tahu bagaimana kehendak Tuhan untuk masa depanku. Di pikiranku saat ini tampak abu-abu.
Ucapan Nenek Darmi, nenek angkatku yang berkata untuk selalu bersyukur akan selalu membekas di batinku. Beliau selalu memberikanku motivasi dan mengajarkanku untuk hidup bersyukur dalam kondisi apa pun. Intinya beliau berkata bahwa tidak ada alasan untuk kita tidak dapat bersyukur setiap harinya. Seperti itulah kira-kira kata Nenek Darmi yang selalu aku ingat sampai sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/102329906-288-k405210.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah di Balik Kesuksesan
РазноеHaha!! Sudah jelas, bukan? Pasti happy ending, sesuai kalimat pada judulnya yang berakhir dengan kata "Kesuksesan". Tapi semua itu ... bukan tentang endingnya, bukan tentang suksesnya, bukan tentang buahnya, bukan tentang hasilnya, melainkan tentang...