Chapter 1 : Childhood.

61 18 13
                                    

We always play together in the darkness or lightness.

Thinking somethings in the same time, but have different reasons to it.

When one of us gone, we can't do anything again.

It just like, emptiness.

♪You Are My Melody♪

November 17th, 2004.

Seorang gadis kecil berlari dengan sangat tergesa-gesa, melupakan dinginnya suhu yang menerpa dalam setiap langkahnya.

Rambut kelamnya bergerak melambai seiring langkah dari kaki kecilnya menapaki jalan dari batu marmer itu.

Langkah kakinya membawanya masuk ke dalam sebuah mansion kecil yang dikelilingi pohon cemara yang menjulang tinggi.

Matanya berpendar mencari sosok berkulit pucat anak pemilik mansion itu.

Langkahnya terhenti saat mendengar suara dentingan piano yang mengalun pelan, mendayu-dayu seakan ingin menghipnotis pendengarnya oleh musik yang tercipta dari tuts demi tuts yang ditekan pemainnya.

Langkah gadis kecil itu tertuju pada sebuah ruangan dengan pintu berwarna putih susu dan ornamen biru yang menghiasinya, tempat dimana sumber suara piano itu.

Tangan kecilnya mendorong pintu yang tidak terkunci itu dengan pelan, berusaha tidak mengganggu orang yang berada di dalam sana.

Pelan namun pasti, kaki nya melangkah di atas ubin berwarna cream itu, menuju satu-satunya sosok yamg tengah terfokus memainkan sebuah piano berwarna putih di tengah ruangan itu.

Manik cokelatnya terkunci pada sosok lelaki kecil berkulit pucat itu, terpesona dengan permainan yang menurutnya sangat indah.

Tangan mungil itu sangat terampil memainkan piano yang cukup besar baginya, seakan piano itu hanya sebuah pianika kecil yang mudah dijangkau tangannya.

Keheningan menyapa ruangan yang cukup gelap itu ketika permainan piano itu berhenti.

Mata sang pemain yang sejak tadi terpejam perlahan terbuka dan menangkap sosok gadis kecil yang tengah berdiri tidak jauh darinya, tengah menatapnya dalam kekaguman yang menenggelamkannya dalam ketidaksadaran.

"Byeolha?" Manik hitam itu nampak berbinar kala menyadari sosok gadis kecil yang sangat dirindukannya.

Mata gadis kecil itu -yang tidak lain adalah Byeolha- mengerjap pelan mengumpulkan kesadaran yang sempat hilang dari dirinya.

Byeolha melangkah pelan ke arah sosok lelaki kecil yang tengah duduk di sebuah kursi berwarna merah.

Senyum terhias di bibir kecilnya saat dirinya akhirnya bisa kembali bertemu sosok yang sangat dia sayangi setelah sekian lama.

"Yoongi, aku merindukanmu.."

"Aku juga merindukanmu Byeolha.."

Tangan Yoongi mengusap puncak kepala Byeolha sambil tersenyum pada gadis kecil yang lebih muda beberapa minggu darinya itu.

Byeolha kemudian duduk disamping Yoongi, matanya tertuju pada tuts-tuts piano di hadapannya.

Melihat tingkah Byeolha yang seperti penasaran pada alat musik berukuran besar di depan mereka itu, Yoongi kemudian kembali menuntun tangannya memainkan tuts demi tuts, menjadi sebuah musik yang sangat hangat dan menyenangkan di pertengahan bulan November yang dingin.

Mata Byeolha kembali berbinar kala mendapati dua buah tangan memainkan tuts dengan sangat lihai di hadapannya.

"Bagaimana kau bisa melakukannya? Itu keren sekali, Yoongi.. Wah.." Mata Byeolha masih berbinar akan kekagumannya pada Yoongi.

You Are My Melody (Agust D)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang