8 - Ikeda Hyoma

662 45 12
                                    

Kau mengetuk-ngetuk kaki bosan. Menunggu Hyoma berdandan sama saja dengan menunggu Ibu-ibu melahirkan.

Butuh perjuangan juga waktu lama. Benar. Kalian tidak salah baca. Kau memang menunggu Hyoma bersiap-siap di kamar. Dan Hyoma memang benar membutuhkan waktu lama. Harusnya Hyoma bukan yang menungguimu? Katakanlah Hyoma ingin cepat sampai tujuan, maka ia beralasan rumahmu terlalu jauh dari tempat tujuan.

Padahal bagimu tanpa berdandan saja kekasihmu itu sudah luar biasa. Malah, kadang kau lebih menyukai Hyoma yang apa adanya. Tidak sok keren dengan berbagai macam aksesoris yang kelengkapannya mengalahkanmu. Tapi ya, sudahlah. Kalau Hyoma lebih suka mendandani dirinya dengan macam-macam, kau bisa apa.

“Nah, aku siap!”

Kau melirik kecil, mendapati Hyoma dengan kacamatanya tersenyum menggoda. Lengkap dengan tatanan rambut keren juga setelan pakaian modis. Dasar narsis, batinmu geli. Ternyata, bagaimanapun, ia tak pernah gagal membuatmu terpesona.

“Berangkat?” kau mengulurkan tangan. Kau sendiri sedang duduk di sofa apartemen Hyoma. Dan tanganmu disambut hangat oleh Hyoma.

Tujuan kalian sebenarnya adalah—

Konser Big Bang di Budokan. Tidak. Kau tidak suka K-pop, sungguh. Kalau bukan karena Hyoma, mana mau kau repot datang ke konser boyband Korea—yang entah kau tidak tahu apa namanya, kalau saja Hyoma tidak memberi tahu dengan wajah berseri disertai senyum lima jari?

Kau mengerling padanya lagi, lalu menghela napas. “Satu dua anting saja tidak cukup, ya.”

Hyoma tertawa kecil, menyentuh dua pasang anting di telinga kiri. Kau kadang sedih melihat Hyoma bangga dengan semua itu. Yah, bagi orang lain mungkin style Hyoma yang seperti itulah yang menjadi daya tarik tersendiri. Tapi sekali lagi, kau lebih menyukai Hyoma yang apa adanya. Padahal para gadis lain pasti mengagumi gaya Hyoma yang ini—dan kau sedikit menyesali cara berpikirmu yang berbeda. Kau jadi merasa hendak mengatur-atur Hyoma, dan kau tidak suka itu. Kau ingin diam saja, menikmati bagaimana Hyoma berpenampilan sebebas yang ia suka.

“Kau sudah mendengarkan lagu yang kukirim lewat LINE kemarin, ‘kan? Lagu itu pasti akan jadi sajian utama konser nanti, lho!” ucap Hyoma antusias. Ah, ia memang selalu antusias tiap kali membicarakan soal K-pop. Kau juga tak bisa menyalahkan Hyoma, mengingat kau sendiri mungkin saja juga seantusias itu saat membicarakan hal yang kausuka. Dan saat itu Hyoma selalu sabar mendengarkan, jadi bagimu tak ada salahnya untuk pura-pura excited.

“Tentu saja aku sudah dengar,” kau menjawabnya sambil tersenyum, meski ada sedikit dusta di sana. Kau hanya mendengar beberapa puluh detik awal saja karena merasa genre-nya tidak cocok. Tapi mata Hyoma tampak berbinar mendengarnya. “Wah, kalau begitu nanti saat lagu itu dinyanyikan, kau juga ikut bernyanyi, ya!”

Haha mampus.

“Oke, oke. Pasti.” Dalam hati kau mulai membuat rencana untuk berpura-pura ke toilet dan melakukan kursus kilat menyanyikan lagu yang bahkan judulnya saja sudah ia lupakan itu.

.

Kau memandangi kekasihmu tanpa berkedip. Sasuga fanboy, batinmu penuh keterkejutan. Pasalnya, Hyoma dari awal konser hingga penutupan setiap tersenyum, mengangkat lightstick, dan ikut bernyanyi tanpa lelah. Kau sendiri ikut menyanyi kalau Hyoma melirik, kau tidak hafal dan tidak tahu nama lagunya. Alasanmu sederhana, ‘kan? Sebenarnya, kalau dibalik. Kau menyeret Hyoma ke konser boyband oshi-mu, tentu kau akan hype dan Hyoma tinggal diam mengikuti. Jadi ini hanya seperti ... giliran.

Jadi bagaimana sebenarnya kalian bisa bersama? Masalah kesukaan, kalian sangat jauh berbeda. Kau tidak mengerti dengan ocehan Hyoma mengenai K-pop dan Hyoma tidak tertarik dengan poster-poster idolamu. Kalian tak pernah memesan makanan yang sama di restoran. Kalian tidak pernah satu minat pada genre film yang hendak kalian tonton. Tapi entah bagaimana, tidak pernah ada pertengkaran hanya karena perbedaan selera di antara kalian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kitto, Mata Aeru KaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang