Chapter 10

2.7K 210 35
                                    

"If you want to know where your heart is, look to where your mind goes when it wonders."


***

"Aduh, kak Bintang!" Aura memukul bahu Zaro berkali-kali, yang membuat Zaro harus lebih ekstra bersabar. "Cepetan dong. Keburu ditutup gerbang utama sama gerbang keduanya! Nanti kita ga bisa masuk lagi."

"Bawel," Ucap Zaro ketus. "Gara-gara lo nih kita telat!"

Zaro menaikkan kecepatan pada motor vespanya itu. Berkali-kalo ia berusaha menyelip ke celah-celah yang ia temukan di antara motor-motor yang ada. Zaro berusaha mencari jalan pintas supaya mereka dapat sampai ke sekolah dengan cepat.

Dan benar saja, Zaro hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk sampai di sekolah dengan selamat. Lumayan cepat, berhubung Zaro sendiri biasanya memerlukan waktu 20 menit lamanya.

"EH, MANG SUPRI! JANGAN DITUTUP DULU!" Ucap Aura kelewat toa. Dan untungnya, motor Zaro dapat masuk terlebih dahulu sebelum gerbang utama ditutup oleh Mang Supri.

"Astaga kamu Zaro! kok ngebut-ngebut sih?! Dipikir ini tempat balap apa?!" Omel Mang Supri saat melihat motor Zaro yang melewati gerbang dengan begitu cepat.

"Makasi, Mang!" Teriak Zaro tidak nyambung sambil tetap fokus dengan aksi kebut-kebutannya itu.

Zaro dengan cepat memarkirkan motornya di parkiran sekolah dan berjalan menuju gerbang kedua. Ia melihat jamnya sambil terus berjalan tanpa memerdulikan Aura yang berteriak meminta ditunggui.

06.49 am.

1 menit lagi, pintu gerbang kedua akan ditutup. Zaro bisa melihat dari tempat ia berjalan--setengah berlari, celah gerbang yang terlihat sudah sangat sedikit. Menandakan bahwa gerbang sebentar lagi akan tertutup rapat. Zaro saja sempat berfikir, jika saja Kikok berada di posisinya sekarang, sudah dipastikan Kikok tidak akan bisa menerobos gerbang itu karena ia memiliki badan yang besar.

"Ayo cepat! Sepuluh detik lagi gerbang di tutup!" Ucap Mr.Rico dengan tatapan tajam dan suara yang begitu menyeramkan. Sepertinya ia sedang bertugas piket hari ini. Semua siswa yang agak terlambat bergidik ngeri begitu melihat tatapan tajamnya yang sudah biasa ia tampilkan setiap saat itu. Tak terkecuali Aura dan Zaro.

"Morning, mister." Zaro yang sudah berhasil melewati gerbangpun berusaha sok sopan supaya tidak terkena imbas dari guru killer Sma Angkasa itu.

"Sudah cepat sana ke kelas! Gak ada ke kantin-kantin dulu. Kalo ada yang ketangkep basah sama saya, kena kalian!" Ucap Mr.Rico dengan garang.

"Ra, gue ke--" Ucapan Zaro terpotong saat menyadari bahwa Aura belum berada di dalam area gedung sekolah. Ia berbalik dan mengintip di celah gerbang yang ada dan mendapati Aura sedang berlari terburu-buru menuju gerbang kedua.

Aduh, gue kira itu anak lari bareng gue. Ngga taunya malah ketinggalan. Zaro menghela napasnya saat melihat Aura.

"MISTER, HELP ME MISTER, JANGAN DI TUTUP DULU DONG!" Teriak Aura toa.

"Three,"

"Two,"

"O--"

Ucapan Mr.Rico terpotong akibat ulah Aura yang membuatnya terkaget. Aura berlari dan melompat kencang begitu ia sudah dekat dengan gerbang. Memang dapat membuatnya lolos dari keterlambatan, tetapi tetap saja, Aura dan Mr.Rico jadi sedikit tabrakan akibat ulah cerobohnya itu.

"Aura Bulan Zhaniala!" Ucap Mr.Rico dengan wajah yang siap menerkam.

"Sorry mister," Aura menatap horor wajah Mr.Rico yang begitu dekat dengan wajahnya. Iapun segera berjalan mundur dua langkah. Walau Aura adalah tipe cewek yang berani dengan guru, tetap saja ia takut dengan guru killer seperti Mr.Rico itu. "I didn't mean it."

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang