"The more you hide your feelings for someone, the more you fall for them."
***
Zaro melirik jam hitam yang berada di pergelangan tangannya.
18.30 pm
"Bunda, Zaro berangkat ya!"
Zaro berteriak kepada Bundanya yang sedang berada di dalam kamarnya. Ia berniat untuk berangkat menuju birthday party yang Shafa adakan di kediaman rumahnya.
"Enak aja kamu, Zaro!" Sahut Bunda dari dalam. "Pokoknya kamu harus berangkat bareng Aura. Kasian masa dia nanti dateng sendirian."
Zaro menghela napasnya. "Yaudah, Zaro tunggu di depan. Jangan lama-lama."
Bunda Eva yang sedang membantu merias Aura lantas mempercepat gerakan tangannya. Ia akhirnya memberi sentuhan terakhir pada rambut Aura yang sengaja diurai ke belakang dengan memberi kesan ikal.
"Sudah selesai," Bunda menepuk kedua bahu Aura. "Kamu cantik banget astaga, nak!" Lanjutnya sambil menatap wajah Aura yang terpantul di depan cermin yang berada di kamar apartment Zaro dengan senyuman lebar.
"Ih, Kakak Aura cakep banget! Pantesan aja abang mau nyimpen kakak di sini."
Aura terkekeh mendengar ucapan dari Mike. "Makasih loh Bun, mau bantu aku. Make-upnya cantik banget. Mukaku jadi ga terlalu jelek nih gara-gara Bunda."
"Aduh, itu mah emang dasar kamunya aja yang udah cantik," Bunda lalu memegang kedua bahu Aura dan menuntunnya keluar kamar, beserta Mike yang mengekor di belakang. "Ayuk, keluar. Bunda mau kamu harus bareng Zaro ke sananya."
"Ah, Bunda," Ucap Aura tak enak. "Aku bisa naik taksi loh padahal. Ga enak ngerepotin Kak Zaro mulu." Aura menyelipkan beberapa helai rambut hitamnya ke belakang.
"Gak papa. Toh, Zaronya juga bakal seneng nge-gandeng cewek cantik kayak kamu." Bunda membuka pintu dan segera berjalan menuju Zaro yang sedang bercermin di ruang utama apartment. "Zaro, ini Auranya udah selesai!"
Zaro mengalihkan pandangannya dari cermin menuju Bunda. Sepersekian detik berikutnya, tubuhnya membeku. Jantungnya berdegup kencang saat melihat mata hitam itu. Tentu saja bukan mata Bunda, karena mata Bunda berwarna cokelat terang sepertinya. Melainkan, mata perempuan yang berada di sebelah Bunda.
Perempuan yang saat ini terlihat sangat anggun dengan gaun hitam panjangnya. Gaun yang menampakkan tulang leher dan kedua tangan panjang perempuan itu. Di bagian bawah kiri gaun, terdapat potongan lurus ke atas sampai paha, yang membuat kaki jenjang sebelah kiri perempuan itu terlihat jelas.
Zaro terpana akan penampilan Aura yang begitu manis malam ini.
"Udah ngeliatin Auranya?" Goda Bunda. "Entar aja dilanjutin. Sekarang mending berangkat. Daripada entar telat."
"Ehem," Zaro berdehem sebentar sambil berusaha menetralkan degup jantungnya dan merapihkan jas hitamnya sekilas. "Ayo, Ra." Ucapnya sambil mengambil kunci motor yang terletak di atas meja.
Bunda yang melihat pergerakan Zaro lantas menegurnya. "Zaro! Yang bener aja deh. Masa kamu mau ngajak cewek cantik keluar pake vespa sih?!"
"Ya terus pake apa lagi?" Zaro menaikkan sebelah alisnya. "Aku aja belom dibeliin mobil sama Bunda."
"Ya pake mobil Bunda lah," Bunda melempar kunci mobilnya ke Zaro yang langsung ditangkap cowok itu dengan lincah. "Hati-hati ya. Bunda gak mau Aura lecet."
"Yaampun Bun," Zaro menggelengkan kepalanya tidak mengerti. "Anak Bunda sebenernya siapa sih?"
"Mike!" Sahut anak kecil yang sedang asik bermain ponsel di sofa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
Fiksi Remaja"Semua hal yang berhubungan sama lo bakal gue simpan di kotak ini. Karena, hidup ga akan selalu tentang gue dan lo. Tapi juga kenangan." -A.B.Z "Gue ngerasa kalo lo itu kaya hot chocolate di hidup gue. Karena lo bisa ngerubah hidup gue yang dingin i...