"Just because we can't be together doesn't mean I don't love you."
***
Zaro menyesap kopi panasnya dengan pelan sambil sesekali menatap halaman besar yang berada tepat di depan coffee shop di salah satu mall besar yang terletak di Jakarta.
Di hadapannya, terlihat Rino dan Deri sedang asik berbincang-bincang sambil sesekali meneguk iced coffee milik mereka masing-masing.
Di sebelahnya, Vino sedang asik bermain ponsel sambil sesekali menyulut rokoknya yang tinggal setengah itu. Ia meletakkan ponsel hitamnya ke atas meja dan menghembuskan asap yang membuat Rino terbatuk-batuk.
"Uhuk! Uhuk!" Rino menatap Vino kesal. "Demen banget ngerokok sih lo? Asepnya kena muka gue nih, bego! Udah tau gue ga suka banget sama rokok."
"Dasar cewek."
"Anjing," Rino menoyor kepala Vino. "Bukannya gitu ye. Gue mah masih pengen hidup lama, Vin. Lagipula, gue pernah nyoba sekali dan itu gaada enak-enaknya menurut gue."
"Ga keren lo kalo ga ngerokok," Vino menyodorkan rokoknya ke hadapan Deri dan Zaro. Dan disusul gelengan kepala dari keduanya.
"Lagi ga pengen gua." Jawab Zaro.
"Keren sih keren, tapi yang ada mati bego lo kalo ngerokok terus." Kata Deri. "Gue aja lagi berusaha nih buat berhenti dari rokok. Untung aja cewek gue perhatian ngingetin terus."
"Oh iye lo punya cewek ye?" Vino meletakkan rokoknya yang tinggal sedikit ke atas asbak kecil. "Siapa namanya? Tunjukin dong ke gua."
"Namanya Fira. Besok dah gue kenalin. Temennya si Aura yang kemaren ngelempar bola sampe nyasar ke elo."
"Oh iye Aura!" Vino langsung bersemangat saat mendengar nama perempuan itu dan langsung terduduk tegap. "Dia orangnya gimana sih? Anjir-anjir, baru pertama kali liat aja gue langsung tertarik tau gak?!"
"Kalo bahas Aura mending lu tanya si Zaro," kata Rino sambil menatap Zaro. "Dia berdua kan deket."
"Ro, ceritain Ro."
"Aura ya?" Zaro lantas menegakkan posisi duduknya dan beralih menatap ketiga temannya. "Dia itu tipe cewek yang cuek, ga mau ribet, ceplas-ceplos dah. Frontal banget orangnya dan gampang berbaur gitu sama orang. Asik."
"Terus-terus?"
Zaro tersenyum kecil saat menceritakan perempuan yang mampu mengisi hatinya kembali setelah lama hati itu kosong tak berpenghuni. "Dia suka banget basket dan sering ikut turnamen. Dia pecinta doraemon, semua hal yang berbau doraemon dia suka. Dia suka Vanilla, terus juga dia suka pedes. Oh iya. Dia punya kelemahan,"
"Apaan tuh?" Tanya Vino penasaran.
"Dia pemales. Males banget belajar dan bego di akademik. Tapi, dibalik kemalesan dia, dia itu orang yang mau berusaha buat dapetin apa yang dia mau. Dia mandiri, tegar dan kuat banget. Tapi dia juga gampang rapuh, apalagi kalo ngomongin tentang keluarganya. Dia bakal jadi Aura yang beda. Aura yang lemah dan cengeng."
"Keluarganya kenapa emang?" Kini Deri ikut penasaran.
"Nyokapnya meninggal pas dia kelas 2 sd. Terus bokapnya yang dulu lembut dan perhatian sekarang berubah, jadi seseorang yang kasar dan galak. Bahkan Aura jadi gak pernah di perhatiin lagi. Bokapnya lebih seneng merhatiin kerjaannya. Bokapnya selalu nyalahin Aura tentang kematin nyokapnya. Padahal, nyokapnya bermaksud buat ngelindungin Aura dari preman yang pengen ngejahatin dia, tapi malah mati ketembak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
Teen Fiction"Semua hal yang berhubungan sama lo bakal gue simpan di kotak ini. Karena, hidup ga akan selalu tentang gue dan lo. Tapi juga kenangan." -A.B.Z "Gue ngerasa kalo lo itu kaya hot chocolate di hidup gue. Karena lo bisa ngerubah hidup gue yang dingin i...