Chapter 45

2K 179 31
                                    

Sebelumnya cuman mau bilang kalo flashbacknya Aura udah selesai ya.

Happy reading!

***

"How do you know when it's over? Maybe when you feel more in love with your memories than with the person standing in front of you."

***

Perempuan berambut panjang sepunggung yang sedang terduduk di atas kasurnya kini meletakkan kembali gantungan bintang dan bulan yang sedari tadi ia pegang ke dalam kotak di hadapannya.

Aura Bulan Zhaniala.

Perempuan yang kini mengenakan sweater merah muda itu lantas tersenyum kecil kala ia melihat barang-barang masa lalunya dengan seseorang yang terletak di dalam sebuah kotak ukuran sedang berwarna biru.

Aura mengambil salah satu barang dari dalam sana secara acak.

Sebuah selendang berwarna cokelat.

Aura terkekeh kecil saat ia mengingat bagaimana lelaki itu menolongnya bersembunyi dari Ayahnya sendiri empat tahun yang lalu. Lelaki itu menyuruhnya memakai selendang itu. Ya, sebuah selendang sederhana, namun sangat berarti untuknya.

Tangan Aura kembali terangkat untuk mengambil salah satu barang lagi dari kotak itu.

Topi berlogo SMA Angkasa yang berwarna abu-abu.

Aura tersenyum kecil dan segera memakaikan topi yang dahulu sering ia gunakan pada saat ia upacara ke atas kepalanya. Masih muat ternyata. Jadi kangen SMA.

Aura ingat, waktu itu ia lupa membawa topi akibat terlambat bangun pagi. Sehingga topi yang seharusnya ia bawa setiap hari senin tertinggal di apartment Fira. Tetapi tiba-tiba Vino datang sambil memakaikan topi itu ke kepalanya. Dan rasa senangnya kian menambah kala ia tau siapa pemilik dari topi itu.

Lelaki itu dulu memang bisa menolong Aura bagaimana pun kondisinya.

Jujur Aura rindu dengan lelaki itu. Nostlagia yang ia lakukan beberapa menit yang lalu rasanya belum cukup menyembuhkan rasa rindunya jika ia tidak melihat lelaki itu secara langsung. Sebentar saja, tidak perlu lama-lama.

Pandangannya tertarik pada sebuah alat perekam suara yang terletak di antara barang-barang di dalam kotak itu.

Rasanya sudah sangat lama ia tak mendengar suara lelaki itu. Mungkin dengan mendengar rekaman itu sekali lagi, rasa rindunya akan suara hangat lelaki itu akan sedikit terobati.

Aura menekan tombol play pada alat perekam suara itu dan meletakkannya di atas kasur. Ia lalu berbaring sambil mendekap erat sebuah boneka Doraemon yang berada di dalam kotak.

Ekhem. Hai, Aura.

Seketika Aura tersenyum kecil. Sungguh ia sangat merindukan suara itu. Sosok itu. Namun, hal yang paling ia rindukan adalah memori kenangan indah yang ia lakukan bersama lelaki itu.

Sebenernya gue udah ngasih lo surat kan ya? Hehe. tapi entah kenapa gue pengen juga ngungkapin ini semua langsung. Lewat suara. Siapa tau gitu kalo lo kangen sama suara gue, kan gampang tinggal muter rekaman ini.

Terdengar helaan napas dari rekaman itu. Mungkin lo ngira kalo kita pertama kali ketemu saat hujan itu. Saat lo disuruh Pak Jono buat ganti sepatu di pos piket sekolah. Tapi lo salah, Ra. Gue, gue ketemu lo untuk pertama kalinya saat lo latihan basket di lapangan indoor sekolah.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang