Chapter 25

2.4K 200 30
                                    

Ayokk dong pada comments!! Jangan diem aja:( Kasih saran, kritik atau tanggepan kalian. Aku bakal terimakasih banget kalo kalian pada nge-komen. Sekalipun gak jelas. Tapi aku sukakkk kok!!

Oke. So, happy reading guyss!

***

"I shouldn't be jealous. You aren't even mine."

***

Vino Lornado: gue udah di lobby ya ra

Aura Bulan: oke kak. Tunggu bentar ya

"Fir, gue berangkat ya!"

Suara teriakkan Aura kepada Fira yang sedang memasak makanan sarapannya di dapur lantas memenuhi apartment. Fira yang sedang menggoreng telur mata sapinya itu lantas mengangguk.

"Iya, hati-hati!"

Aura mengambil flatshoes hitam kesukaannya itu dan segera memakaikannya. Ia pun membuka pintu apartment dan langsung melangkah ke luar.
Sebelum ia memasuki lift yang akan mengantarkannya kepada Vino, ia terlebih dahulu merapihkan kemeja putih tipisnya itu sekilas. Tak lupa juga ia mengikat rambut hitam tebalnya yang sudah memanjang menjadi satu.

Drrtt drrt.

Ponsel yang sedang Aura genggam terasa bergetar, ia pun segera membukanya.

Zaro BA: gue, Rino sama Deri udah otw.

Zaro BA: lo otw juga ya

Zaro BA: hati-hatii. Bilangin Vino jangan ngebut-ngebut

Aura tersenyum kecil saat membaca pesan dari cowok itu.

Aura Bulan: iyaasip

Senyum manis Aura segera berganti menjadi senyuman kecut.

Ga enak juga ya jatuh cinta sendirian. Pengen ngomong lebih tapi takut doi ga suka.

Ting!

Pintu lift terbuka dan Aura  seketika dihadapkan dengan sosok lelaki tinggi berambut cokelat gelap yang sedang terduduk di salah satu sofa sambil tersenyum kepadanya. Baju hitamnya ia padukan dengan jaket denim biru gelap. Celana jeans hitamnya menempel pas di kaki panjangnya.

Penampilan Vino tidak jauh berbeda saat ia berada di sekolah. Selalu terlihat manis dimana pun ia berada, terlebih lagi cowok itu memang sangat murah akan senyuman. Apalagi kepada Aura.

"Hai," Ucap Vino sambil bangkit berdiri.

Aura lantas tersenyum kecil membalas sapaan Vino.

"Yuk kak langsung aja. Yang lain udah pada berangkat."

Vino mengangguk sekilas dan lantas mengambil tangan Aura untuk menggenggamnya. Ia menuntun Aura untuk berjalan menuju parkiran.

Aura menatap genggaman tangan mereka dengan diam. Rasanya biasa saja. Tidak menimbulkan getaran-getaran apapun di dadanya. Tidak membuat bibirnya segera melengkung, membentuk senyuman manis. Tidak membuat dirinya seakan-akan sedang terbang di atas awan. Seandainya cowok itu adalah Zaro, mungkin kata 'tidak' akan segera menghilang di pikirannya.

"Masuk, Ra," kata Vino setelah ia membukakan pintu mobil untuk Aura.

"Eh? Repot-repot amat, Kak. Gak usah sampe dibukain gitu kali," ucap Aura tak enak hati.

"Gak repot kok. Malah seneng."

Vino lantas menutup pintu mobil dan berjalan memutar menuju kursi pengemudi.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang