part 10

7 0 0
                                    

Mikael kini berlari sangat kencang, koridor sekolah bahkan anak tanggapun sudah dengan lincahnya ia jalanni. Hari ini emang jadwal Mikael dan Ana untuk latihan menari bersama Bu Mieke.

Mikael mengetuk pintu aula, disini lha dia akan mulai latihan.

"Masuk" Bu Mieke dan Ana menatap Mikael yang sudah berkeringat membahasi dahi dan baju nya.

"Mikael, kenapa kau terlambat? Bu Mieke terlihat marah.

"Maaf Bu Mieke tadi saya harus ke ruang kepala sekolah" Mikael tadi terpaksa harus kena sidang di ruangan pak Rudi karena masalah perkelahian dirinya dengan Jimmy, salah satu murid mengaduh kepada guru, sehingga mereka harus kena sidang dan mendapatkan hukuman membersihkan kamar mandi.

"Baiklah Mikael hari ini Ibu memaafkanmu tapi tidak untuk selanjutnya, Ibu paling tidak suka ada murid yang tidak disiplin, kau Paham Mikael?"

"Saya paham bu" Mikael tunduk karena kesalahan nya,dia tidak berani menatap Mieke dan juga Ana.

"Baiklah Mikael sekarang kau berdiri di dekat Ana" Mikael mendekati Ana sesuai permintaan Bu Mieke, keduanya pun saling menatap.

"Ana, coba gerakkan yang tadi ibu ajarkan agar Mikael dapat melihat dan mempelajari nya" Ana menganggukkan kepalanya dan memulai mengerakkan tubuhnya.

Tangan serta kaki Ana di hentakkan nya, sesekali kedua kakinya saling dia silang dengan bahu sedikit ia miringkan, hitungan suara membuat Ana mengoyangkan semua tubuhnya, Ana memang berbakat dalam menari, itulah sekarang yang ada di benak Mikael tak salah kalau bu Mieke memilih Ana sebagai penari untuk Natal.

"Baiklah, Mikael kau sudah melihatku menari, bisakah kau memperagakan nya?" Ana menatap Mikael datar.

"Alah...kalau kekgitu si gampang, anak bayi juga bisa" Mikael menunjukkan sifat angkuhnya, sebenarnya Mikael gak yakin dia pasti bisa tapi begitu lha Mikael tidak mau dianggap lemah oleh orang lain apalagi dianggap lemah oleh seorang wanita.

Mikael mulai menggoyangkan pinggulnya, tentu saja Bu Mieke dan Ana tersenyum melihat tingkah konyol nya, Mikael memang terlihat lucu.

Mikael menatap Ana yang dari tadi tersenyum meliriknya. Karena itulah Mikael mulai menghentikan gerakan nya.

"Kenapa loh ketawa-ketawa lihat gue, naksir lo" Mikael menatap Ana dengan tajam

"Hah...naksir ma lo, rugi gue" Ana mengeluarkan lidahnya dan mengejek Mikael

"Mikael kenapa kamu berhenti" tanya bu Mieke tiba-tiba

"Maaf bu, kaki ku tiba-tiba kesemutan, bolehkah saya istirahat bu?" Mikael memberikan alasan.

"Baiklah Mikael kau boleh istirahat sebentar."

Bu Miekepun mengambil dua botol minuman dan memberikanya kepada Mikael dan Ana, Bu Mieke yakin kedua muridnya pasti capek karena latihan.

"Mikael, Ana kalian tahukan waktu belajar kita sangat singkat untuk latihan hanya ada waktu satu bulan sebelum acara Natal disekolah diselenggarakan, apalagi Ibu juga banyak jadwal di luar latihan, jadi Ibu sangat mengharapkan bantuan dari kalian berdua, kalian bisa belajar latihan di rumah, kalian bisakan?" Mieke sangat berharap.

Mikael dan Ana saling menatap sampai keduanya pun saling menganggukkan kepalanya petanda bahwa keduanya setuju.

"Baiklah, terima kasih buat kerja sama nya" bu Mieke memberikan senyuman nya.

****

"Loh Mike, kamu mau kemana malam-malam begini" Gabriella, sedang duduk diruang tamu sambil membaca majalah.

"Hm, mikael mau ke rumah teman ma, mau latihan natal" Mikael mau pamitan dengan Gabriella

"Wah, anak mama ternyata sudah banyak berubah, senang sekali mama mendengarnya Mike" Gabriella bangkit berdiri dan mencium pipi Mikael, begitu lha Mikael memang terlihat manja dibuat oleh Gabriella

"Gmana lagi ma, guru yang nyuruh Mikael harus ikut untuk kegiatan natal" wajah Mikael terlihat cemberut

"Kalau begitu mama hanya kasih kamu support, kamu harus semangat ya sayank, ya sudah pergi lha ntar teman-teman kamu menunggu lama lagi"

"Baik lah ma, Mikael pergi dulu" Mikael memeluk ibu nya dan langsung pergi untuk latihan.

Ting...nong....Mikael memencet sebuah tombol bell yang akan dia temui, hari ini Mikael ke rumah Ana untuk latihan menari, tapi pintu juga belum terbuka untuknya, akhirnya Mikael terus memencet bell dengan kuat, ternyata seorang lelaki tua yang membuka pintu itu, Mikael mengenal lelaki itu, dia pasti Ayah Ana sekalian pendeta di gereja nya.

"Hai...bapak pendeta" Mikael menjawab santai.

"Apa kau punya sopan anak muda, aku rasa bell ku tidak rusak" Ridwan menunjukkan wajah sangar nya.

"Oh, maf pak pendeta tadi sudah ku bunyikan sekali tapi pintu gak dibuka, jadi ku pikir gak salahkan kalau aku bunyikan berapa kali biar terdengar sama yang di dalam" Mikael menelan ludahnya, dia terlihat gugup.

"Ya sudahlah, Ada apa kamu kemari hah?"

"Akh, aku mau bertemu dengan Ana, kami ada janjian hari ini"

"janjian apa?"

Tiba-tiba Ana sudah muncul di belakang Ridwan ayahnya.

"Lho Mike elo udah datang" Ana menyapa dengan senyuman

"Iya, baru ja" Jawab Mikael

"Ayah, Ana permisi sebentar ya, Ana mau pergi ke gereja mau latihan natal"

"Sama pria ini" Ridwan menarik alisnya.

Iya ayah, guru yang menyuruh kami latihan bersama.

"Baiklah kalau memang mengenai sekolah Ayah ijinkan, tapi ingat kamu harus cepat pulang"

"Baik Ayahku sayang" Ana mencium tangan Ridwan.

"Kalau begitu saya permisi juga ya pak pendeta"

"Baiklah jaga putriku itu" Ridwan memberikan perintah

"Baiklah."










PELANGI SEHABIS HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang