Detik-detik terakhir Fatimah Az-Zahra

12.4K 1.1K 18
                                    

Assalamualaikum, ada satu part lagi setelah ini yaa.

Sumber: https://haidarrein.wordpress.com/2007/07/13/detik-detik-terakhir-kehidupan-fatimah-az-zahra-as/

Happy reading!

***

D

etik-detik terakhir kehidupan Fatimah Az-Zahra Allahumma Shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad Hari ini Fatimah tampak dalam keadaan terbaik yang seharusnya setiap wanita seperti itu.

Fatimah memegang Hasan dan Husein dan membasuh kepala mereka Lalu ia bertemu Imam Ali dan berkata, “Hai Ali, jiwaku telah membisikiku bahwa tak lama lagi aku akan berpisah denganmu, aku mempunyai wasiat yang telah kupendam dalam dadaku yang ingin aku wasiatkan padamu.”

Ali menjawab, “Wasiatkanlah apa saja yang kau sukai, niscaya kau dapati aku sebagai orang yang menepati dan melaksanakan semua yang kau perintahkan padaku, dan aku dahulukan urusanmu atas urusanku.”

Fatimah mulai berkata, “Wahai Ali, engkau tidak pernah mendapatiku berdusta dan berkhianat, dan aku tidak pernah menentangmu sejak engkau menikah denganku.”

Ali menjawab, “Aku berlindung kepada Allah, engkau orang yang paling baik disisi Allah, paling ‘alim dan paling takwa, Tidak wahai Fatimah, engkau begitu mulia dan tidak pernah membantahku, Sungguh berat bagiku berpisah dan meninggalkanmu,Tetapi ini adalah hal yang harus terjadi.”

“Demi Allah engkau mengulangi musibah Rasulullah saw atasku, Sungguh besar musibah kematianmu dan kepergian atasku, kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali, Atas musibah yang sangat besar, sangat menyakitkan dan sangat menyedihkan.”

Kemudian Ali mengusap kepala Fatimah sambil menangis. Lalu Fatimah melanjutkan wasiatnya, “Wahai Ali, jika aku telah meninggal, mandikanlah aku, hunuthlah tubuhku dengan sisa hunuth yang telah dipakai oleh ayahku Rasulullah saw, lalu kafanilah aku, Shalatilah aku dan jangan biarkan orang-orang yang memperlakukan aku secara kejam menghadiri jenazahku, Baik dari kalangan mereka maupun dari pengikut mereka.”

Kemudian Fatimah meneruskan, “Kuburlah aku diwaktu malam saat keheningan menyelimuti bumi dan mata terlelap dalam tidur, dan sembunyikanlah letak kuburanku.”

“Wahai Ali, aku berwasiat kepadamu agar menjaga Zainab, juga Hasan dan Husien, Jangan kau bentak mereka, Karena mereka akan menjadi anak-anak yatim yang penuh derita, Baru saja kemarin mereka ditinggal oleh kakek mereka Rasulullah saw, Dan hari ini mereka akan kehilangan ibu mereka, Fatimah.”

Kemudian Ali keluar menuju mesjid. Fatimah berdiri dan memandikan Hasan dan Husein, Ia mengganti pakaian Hasan dan Husein setelah menyiapkan makanan bagi mereka.

Fatimah berkata kepada mereka, “Keluarlah kalian dan pergilah ke Mesjid.”  Sebagaimana biasa, Fatimah menitipkan Zainab kerumah Ummu Salamah. Hingga tak seorangpun dari anaknya yang ada dirumah. Asma’ binti Umais berkata bahwa ia melihat Fatimah as dan ia berkata kepadaku, “Wahai Asma’, aku akan masuk kedalam kamarku ini untuk mengerjakan shalat-shalat sunahku, Dan membaca wirid-wiridku dan Al-Quran.”

“Bila suaraku terhenti, maka panggillah aku bila aku masih bisa menjawab, Kalau tidak, berarti aku telah menyusul ayahku Rasulullah saw.”

Asma’ berkata, “Lalu, Fatimah masuk ke dalam kamar tatkala aku sedang asyik mendengar suaranya yang membaca Al-Qur’an, tiba-tiba suara Fatimah as berhenti. Aku memanggilnya, “Ya Zahra… ia tak menjawab, hai ibunya Hasan…iapun tak menjawab, Aku masuk kekamar dan Fatimah telah terbentang kaku menghadap kiblat, sambil meletakkan telapak tangannya dibawah pipi kanannya. Fatimah menemui ajalnya dalam keadaan dianiaya, syahid dan sabar.

Asma’ berkata, “Aku menciuminya dan berkata kepadanya, “Wahai Tuanku/Pemimpinku, sampaikan salamku kepada Ayahmu Rasulullah saw.”

Saat aku dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Hasan dan Husein yang masih kanak-kanak itu, pulang dari Masjid, Saat mereka masuk, Husein yang pertama kali bertanya kepadaku, “Asma’, dimana ibu kami Fatimah ?” Aku menjawab, “Kedua pemimpinku, ibu kalian sedang tidur.”

Husein berkata, “Apa yang membuat ibu kami tertidur disaat ini, saat waktu shalatnya? Tidak biasanya ia tertidur disaat ini.”

Aku berkata, “Wahai Dua Pemimpinku, duduklah hingga aku bawakan makanan untuk kalian.”

Asma’ berkata, “Aku letakkan makanan dihadapan Hasan dan Husein.”

Mereka memanggut-manggut, kepala mereka kearah bawah. “Sekarang… ini makanannya, duhai Hasan, Cahaya Mata, duhai Husein.”

Husein berkata, “Wahai Asma’, sejak kapan kami makan tanpa ditemani ibu kami Fatimah? Setiap hari kami makan bersama Ibu kami Fatimah as, mengapa hari ini tidak?”  Perasaan Husein tidak enak, ia berlari kekamar. Kemudian ia duduk didepan kepala Fatimah as dan menciuminya, lalu berkata, “Oh ibu, berbicaralah kepadaku, aku putra tercintamu… Husein, Ibu…, berbicaralah padaku sebelum rohku keluar dari badanku.”

Husein berteriak, “Hai Hasan! semoga Allah melipat gandakan pahala padamu atas kematian Ibu kita Fatimah as.”

Imam Hasan datang dan merangkul Ibunya lalu menciuminya, Asma’ berkata, “Aku masuk kamar… Demi Allah, Husein telah merobek-robek hatiku. Aku melihatnya menciumi kaki ibunya, Fatimah. Dan dia berkata, “Ibu…, Berbicaralah padaku sebelum jiwa berpisah dari badanku.” Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun.

***

Wassalamualaikum.

15/03/2017

Syifa Amalia.

Fatimah Az-Zahra [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang