Pohon tempat Kuina dan Shifa duduk ini menjadi saksi dimana air mata yang sudah ditahan beberapa bulan lalu bercucuran.
Air mata yang menjadi luapan emosi pada insiden itu, insiden dimana Kuina ditinggalkan oleh kembarannya demi untuk menyelamatkannya.
Sampai sekarang Kuina selalu berfikir bahwa ia pasti masih kuat untuk menunggu donor hati. Tidak dengan mengorbankan kembarannya walaupun itu kemauan Kuira sendiri.
Pohon ini menjadi saksi tentang sebuah rasa penyesalan, tentang sebuah rasa ditinggalkan, dan tentang sebuah rasa hasil pengorbanan.
Terkadang Kuina menyalahkan dirinya sendiri kenapa ia harus sakit-sakitan. Kenapa ia harus membutuhkan donor hati. Tapi, penyesalan Kuina tak ada gunanya. Iya, penyesalan datang diakhir.
Kuina dan Shifa tak tau bahwa di balik pohon itu ada seorang cowok yang dari tadi mendengar dengan jelas cerita menyedihkan itu. Cowok itu memejamkan mata tanpa membukanya sedari tadi. Tangannya mengepal marah.
Selanjutnya cowok itu berdiri dan melihat kearah dua cewek yang masih berpelukan.
Cowok itu meninggalkan pohon dengan suasana hati tak karuan. Marah, kecewa, dan sedih. Marah yang mendominasi.***
Langkah kaki cowok itu tergesa-gesa. Setelah mendapat kabar dari Lala bahwa pacarnya, Kuira, mengalami kecelakaan bersama kembarannya. Ia langsung mengendarai motornya dengan kecepatan penuh.
Sampainya cowok itu di ICU ia hanya melihat Lala seorang diri duduk di kursi tunggu. "Lala!" Panggil cowok itu berjarak beberapa meter dari Lala.
Lala menoleh saat namanya dipanggil oleh pacar kakaknya. "Kak Vinto." Lala berdiri dan menghampiri Vinto.
"Kuira gimana, La?" Tanya Vinto gusar. Vinto cukup takut sampai setelah menerima kabar itu tangan dan kakinya lemas. Handphonenya jatuh dan dirinya tak mampu berdiri beberapa saat.
"Kak Kuira udah ditangani. Tapi masih koma, setidaknya kondisinya tidak memburuk." Jelas Lala. Lala menengok pintu ICU dengan sedih.
Vinto mengamati pintu ICU dengan pandangan menerawang, sedih melihat gadisnya terbaring di balik pintu itu.
Vinto dan Lala berbincang sebentar, mengenai kronologi kecelakaan itu. Pihak polisi hanya memberi tahu bahwa mobil yang dikendari Kuira berusaha menghindar dari motor. Lalu keluarlah Diana dari ruangan itu. Diana kaget melihat Vinto sudah ada di sini. Diana mengenal Vinto karena Kuira pernah membawa Vinto sekali ke rumah sekali. Vinto belum pernah melihat wajah ayahnya Kuira. Karna katanya ayah Kuira bekerja di Singapore.
"Vinto kapan sampai?" Tanya Diana berjalan menuju kursi yang disediakan.
"Baru aja, Tan. Gimana keadaan Kuira, Tan?" Tanya Vinto yang sebelumnya menyalimi tangan Diana.
"Vinto masuk aja gapapa. Lihat sendiri Kuiranya. Tidak ada perkembangan tapi bersyukur tidak memburuk." Ucap wanita berusia 40 tahunan ini.
"Kalo gitu Vinto masuk ya, Tan." Pamit Vinto lalu menuju ruang dimana kekasihnya berada.
Vinto membuka pintu itu, dingin langsung menusuk kulit Vinto. Pacarnya tertidur di sana. Ditemani selang-selang yang mendampinginya. Suara mesin terdengar beradu. Ada dua orang disana. Dua orang dengan wajah yang sama. Hampir tidak bisa dibedakan.
Jika saja tak tertera nama pada tempat tidurnya, pasti Vinto bingung membedakan saudara kembar itu.
Vinto mendekat ke arah Kuira. Vinto duduk di bangku yang disediakan. Vinto mengambil tangan Kuira dan mengamitnya.
Tangan kekasihnya begitu dingin. Tangan ini yang selalu ada digenggaman Vinto kali ini sangat lemah. Mata Vinto teruju pada wajah Kuira yang penuh lebam. Hatinya sakit melihat gadisnya terbaring dengan selang-selang ini.
Kemudian Vinto mengarahkan pandangannya pada orang yang ada di sebelah Kuira. Sempat Vinto melihat namanya, Kalantha Saqueena. Saudara kembar kekasihnya. Yang dulu ingin sekali Kuira kenalkan pada Vinto tapi selalu tak bertemu. Malah, pertemuan mereka sangat menyedihkan. Di ruang ICU yang begitu dingin dan sepi.
Mata Vinto kembali mengamati wajah manis Kuira. Kuira yang saat tersenyum menampakkan lesung pipit di bagian pipi kiri. Yang selalu bersemangat jika menceritakan kekonyolan adik kembarnya. Vinto merindukan Kuira yang terbangun.
Ingin rasanya Vinto membangunkan Kuira. Tapi melihat keadaanya pasti sangat sulit.
Lalu, Vinto hanya bisa menunggu.
***
Vinto setiap hari selalu mengunjungi Kuira. Sehabis pulang sekolah sampai larut malam dengan seragam masih setia menempel pada tubuhnya. Vinto sangat senang mendengar Kuira sudah siuman. Bahkan Vinto bolos sekolah hanya untuk menunggui Kuira operasi padahal di sana sudah ada keluarga Kuira.
Vinto banyak mengucapkan terima kasih pada Tuhan. Vinto sangat rindu kekasihnya ini. Vinto tersenyum lebar saat memasuki ruang inap yang sekarang ditempati Kuira. Dilihatnya Kuira sedang melihat ke arah jendela.
"Ra," panggil Vinto.
Kuira mengarahkan pandangannya ke arah Vinto. Kuira tersenyum lega bisa melihat wajah laki-laki ini.
Vinto mendekat dan duduk di bangku samping ranjang. Tangannya mengamit tangan Kuira. Nampak bahwa Vinto baru pulang sekolah, terbukti karena ia masih mengenakan seragam dan tas yang sudah ditaruh di sofa.
《《《***》》》
Pendek ya? Iya tau kok. Ini masih awal. Kalo ga seru bilang ya. Author ga gigit kok.
Ini baru awalnya, nanti masih ada kejutan yang lain. Pokoknya kalo suka ya disimpen kalo enggak suka bisa dipromotin ke yang Lain hehe. See ya.. ty.
10 April 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalantha
General FictionApa yang terjadi saat bunga yang indah layu? Ya, akan banyak orang merasa sedih karena tak dapat melihat keindahannya. Lalu, apa yang selanjutnya terjadi pada si bunga? Ditinggalkan? Tepat. Bukankah seharusnya kita menanam dan merawat bibit bunga it...