Kuina bangun dari tidurnya. Menyibakkan selimut yang menutupinya dan menata tempat tidurnya seperti sebelum ia gunakan untuk beristirahat.
Kuina melakukan kegiatan seperti halnya pelajar pada saat pagi hari, mandi dan sebagainya.
Kuina menuruni anak tangga menuju ke arah dapur, 'tumben sepi.' Batin Kuina.
Terlihat di meja makan hanya ada Lala dengan susu putih dan roti di piringnya. Kuina mendekat, sempat Lala melirik Kuina tapi hanya sesaat. Seakan buta akan kehadiran Kuina. Tak heran, Kuina memahaminya.
Kuina juga mengambil susu dan roti lalu memakannya. Sesekali melihat ke arah handphonenya yang berada di sampingnya. Melihat instagram yang jarang sekali ia buka. Banyak fotonya yang berisi kue, cupcake, dan tart. Dulu Kuina sering menghabiskan waktu di dapur untuk bereksperimen membuat kue berbagai jenis.
"Mama pergi, ya, La? Sepi banget." Tanya Kuina.
"Iya, Bogor. Seminggu." Jawaban singkat dari Lala.
Muncul notifikasi pesan pada handphone Kuina. Sebuah pesan dari mamanya berisi,
From : Mama
Mama ke Bogor satu minggu. Jaga diri ya, kalau berangkat sekolah naik taksi aja jangan kendarakan umum. Love you.
Kuina membaca pesan itu, pantas saja tadi di nakas kamarnya ada beberapa lembar uang. Itu pasti dari mamanya untuk biaya transport.
To : Mama
Oke, Ma. Mama jaga diri juga ya. Love you to.
Setelah mengirim pesan tersebut, Lala berdiri dan membawa tasnya. "Mau kemana?" Tanya Kuina.
"Sekolah."
"Naik?"
"Angkot."
"Jangan, mama nyuruhnya naik taksi." Larang Kuina.
"Biar ish," Lala kembali melajukan langkahnya tak menanggapi larangan Kuina. Kuina bangkit dan menggendong tasnya lalu pergi menyusul Lala.
Kuina berjalan beberapa meter di belakang Lala. Mereka berhenti saat sudah keluar dari area kompleks perumahan.
Angkot datang dan Lala masuk. Kuina menyusul ikut masuk juga. Lala yang mengetahui bahwa Kuina juga naik angkot pun heran. "Ngapain ikut?" Tanya Lala.
"Biar irit." Jawab Kuina.
Mereka saling berdiam diri hingga sampai tujuan. Kuina melihat Lala turun dan mengikutinya lalu membayar angkotnya. Ini kali pertama Kuina naik kendaraan umum.
Mereka memasuki gerbang sekolah dan berpisah untuk menuju kelas masing-masing. Bukan perpisahan yang seperti sang kakak membelai rambut sang adik dan berkata, 'belajar yang rajin, ya.' Bukan, atau lalu sang adik menjawab, 'iya, kakak hati-hati ya ke kelasnya.' Bukan seperti itu, bahkan mereka tak saling tatap saat hendak berpisah jalur.
Kuina berjalan sepanjang koridor dan berpapasan dengan Vinto dan Fahmi.
"Pagi Kuina!" Sapa Fahmi pada Kuina dan Kuina membalasnya. Tapi, tidak dengan Vinto, Vinto tak menatap Kuina walau hanya sedetik. Dan itu membuat Kuina sedikit merasa bersalah.Kuina melanjutkan perjalanannya menuju kelas dan menuju bangkunya. Shifa sudah datang, selalu. Entah jam berapa Shifa datangnya yang pasti selalu lebih awal dari Kuina.
Mereka saling mengucapkan selamat pagi dan berbincang hingga perbincangan mereka harus diakhiri dengan suara bel masuk. Bu Iis masuk dengan membawa beberapa buku ajaran dan di belakangnya ada vinto yang membawa setumpuk buku tulis dan setumpuk kertas lalu di belakangnya lagi ada Fahmi yang membawa buku tulis yang porsinya lebih banyak dari yang dibawa Vinto.
Vinto dan Fahmi meletakkan bawaan mereka di meja guru, tapi Bu Iis menyuruh agar mereka membagikan buku itu pada pemiliknya. Mereka pun patuh.
"Itu buku kalian yang di kumpulkan dua hari lalu, banyak yang nilainya belum masuk KKM. Jadi Ibu harap kalian belajar semaksimal mungkin, kurang dari dua minggu kalian akan ujian semester. Ini semester terakhir kalian yang harus kalian maksimalkan. Mengerti?"
"Mengerti, Bu."
***
"Ayo beli bajunya, Ra. Cute banget tau, coplean yuk?" Ajak Maura.
"Gak deh, ga suka." Kata Kuira.
Saat ini Maura dan Kuira sedang berada di toko baju. Hari ini mereka telah selesai menjalani ujian nasional. Lalu, Maura mengajak Kuira pergi jalan-jalan untuk bernafas setelah berhari-hari disesakkan oleh soal-soal.
Awalnya Maura ingin membeli es krim yang ada di depan taman kota. Katanya enak dan juga baru buka, lagi masa promo. Tapi, Maura malah melihat baju yang terpajang pada manekin toko.
Maura masuk dengan menggandeng paksa Kuira yang enggan diajak masuk.
"Ayo dong. Kita kan mau lulus, biar kita punya apa gitu yang spesial." Rayu Maura.
"Ga bawa uang gue. Uangnya ga sampe buat beli bajunya." Ujar Kuina menjelaskan.
Maura menghembuskan nafas. "Kuira sayang, uang lo berapa sini?" Maura menadahkan tangannya tepat di muka Kuira.
Kuira merogoh saku seragamnya. Terdapat uang sebesar 40 ribu. Kuira menyerahkannya pada Maura. "Ini doang yang gue bawa. Dompet gue ketinggalan di rumah."
"Oke kita beli!" Maura memanggil pegawai toko dan meminta baju yang sama dengan yang terpajang itu.
Mereka keluar toko dengan mengenakan baju serupa, baju berwarna merah dengan gambar sepeda. Maura mempunyai gambar bagian depan sepeda dan Kuira mempunyai bagian belakang sepeda.
"Sekarang kita beli es krim!" Kata Maura bersemangat. Maura menggandeng tangan Kuira lagi dan berjalan dengan cepat.
Kuira mencoba menghentika Maura yang kelewat bersemangat. "Ra, Maura!" Panggil Kuira dengan menarik-narik tangannya.
Maura menghentikan langkahnya dan mengangkat alisnya. "Apa?"
"Uang gue habis tau. Pulang aja lah." Kata Kuira.
"Gue traktir. Yuk!" Lalu mereka melanjutkan perjalanan dan membeli es krim sesuai tujuan awal mereka.
《《《***》》》
Segini aja dulu.
Oiya, soal Maura itu udah beberapa kali aku singgung juga.
Udah deh itu aja cuap-cuapnya. Dadah...
21 Mei 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalantha
Ficción GeneralApa yang terjadi saat bunga yang indah layu? Ya, akan banyak orang merasa sedih karena tak dapat melihat keindahannya. Lalu, apa yang selanjutnya terjadi pada si bunga? Ditinggalkan? Tepat. Bukankah seharusnya kita menanam dan merawat bibit bunga it...