Suara bel terdengar dari kamar adiknya. Sang kakak berjalan menuju sumber suara itu, membuka pintunya dan menampilkan senyuman.
"Butuh apa, Fer?" Tanya Faro, sang kakak. Faro mendekati ranjang Fero.
"Gue mau nonton TV, Mas. Ada pertandingan badminton temen gue sekarang." Jawab Fero.
Faro mengangguk paham. Faro mengambil kursi roda yang terletak di samping nakas. Membantu adiknya untuk pindah ke kursi roda. Setelahnya, Faro mendorong kursi roda itu ke arah ruang keluarga. Memposisikan kursi roda Fero tepat di depan TV.
Faro menyalakan TV dan memberikan remotenya pada Fero.
"Gue ambilin minum ya." Kata Faro meninggalkan Fero sendirian.
Saat Faro berjalan menuju dapur, Faro melihat foto-foto yang terpajang rapi pada dinding. Mulai dari foto keluarga, fotonya dan Fero saat masih bayi. Foto masa sekolahnya Faro. Juga beberapa foto kejuaraan Fero.
Fero adalah seorang atlet badminton. Gurunya SMA bahkan beberapa kali mengikutsertakan Fero pada perlombaan.
Fero banyak membawa pulang piala dan mendali, serta piagam dari kejuaraanya. Tapi sekarang tidak lagi. Setelah kecelakaan yang menimpa Fero, Fero bukanlah seorang atlet lagi. Impian Fero untuk menjadi atlet internasional sudah kandas terbawa bersama mobil yang menabraknya dulu.
***
Drrt Drrt
Handphone Kuina bergetar di samping tangan Kuina. Saat ini Kuina sedang menemani Shifa piket kelas. Seluruh kelas sudah sepi sekarang. Hanya tinggal Shifa dan Kuina.
From : Mama
Hari ini Mama ga bisa jemput kalian ya Sayang. Maaf, kalian pesen taksi aja ya. Jaga diri baik-baik
Kuina menghembuskan nafas pasrah. Ditulisnya pesan balasan untuk Diana.
To : Mama
Iya, Ma. Gapapa.
Melihat ekspresi Kuina yang pasrah, Shifa bertanya, "kenapa, Na? Melas gitu wajahnya."
"Mama ga bisa jemput." Jawab Kuina.
"Gue anter yuk. Lagian rumah pasti kosong. Ini jadwal periksanya Maulana."
"Ga usah deh, lo mending ikut Maulana aja. Kasian ntar." Tolak Kuina secara halus.
"Gapapa, lagian kalo gue bilang mau ikut ke rumah sakit ga bakal dibolehin sama Bonyok." Jelas Shifa mengingat kejadian beberapa minggu lalu saat ia pulang sekolah langsung menuju rumah sakit untuk ikut mengantar adiknya.
Mamanya Shifa melarang Shifa untuk ikut ke rumah sakit saat Shifa pulang sekolah tepat. Mamanya berasumsi bahwa Shifa juga butuh istirahat setelah banyak berfikir di sekolah.
"Gitu? Ga enak nih gue," kata Kuina menatap Shifa tidak enak. Shifa hanya mengedipkan-ngedipkan mata sambil tersenyum tipis.
"Ya udah deh." Putus Kuina menyetujui ajakan Shifa.
"Yes! Nanti main bentar ya di rumah lo."
"Hm serah." Lalu, mereka menyelesaikan urusannya dan berjalan menuju parkiran. Sampai di parkiran, sebelum Kuina memasuki mobil Shifa, Kuina teringat Lala.
"Eh, Shif, gue lupa ngabarin adek gue." Kata Kuina sedikit berteriak.
Tak jadi masuk mobil, Shifa keluar lagi. "Hah? Apaan?" Tanya Shifa memastikan.
"Gue belom ngomong sama adek gue kalo mama ga bisa jemput." Kuina sedikit panik.
Shifa hanya mengerutkan alisnya. Adik siapa yang Kuina maksud. Belum sempat Shifa bertanya, Kuina lari menuju sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalantha
General FictionApa yang terjadi saat bunga yang indah layu? Ya, akan banyak orang merasa sedih karena tak dapat melihat keindahannya. Lalu, apa yang selanjutnya terjadi pada si bunga? Ditinggalkan? Tepat. Bukankah seharusnya kita menanam dan merawat bibit bunga it...