10. Kisah Klasik Bersama Kuira

15 2 0
                                    

Weekend, PS, bungkus cemilan, dan dua cowok.

Kedua cowok, Vinto dan Fahmi masih asyik berolahraga jari. Mata mereka tak lepas dari layar yang menampilkan gambar sepak bola. Sesekali terdengar suara gaduh saat bola berhasil direbut lawan.

Bungkus plastik bercecerak di mana-mana. Kamar ini tak serapi sebelum Fahmi masuk. Mungkin ada kutukan yang menyertai Fahmi.

"Sial, gue udah 3 kali kalah dari lo!" Fahmi membanting stik PS karena kesal.

"Gue ga bisa dikalahin dengan mudah." Sombong Vinto mengambil cemilan dari bungkus plastik.

Vinto terus memakan cemilan tersebut hingga tandas. Hingga mereka tak percaya bahwa dua kantong plastik ukuran besar berisi cemilan telah sepenuhnya habis.

"Lo kok belinya dikit amat sih? Masih jam 10 udah habis nih." Komentar Vinto sambil mengarahkan bungkus sisanya pada Fahmi.

Apa daya Fahmi yang rela membelanjakan uangnya guna membeli cemilan yang sebagian besar dihabiskan Vinto dan Vinto bilang kurang? Tolong beritahu Vinto bahwa uang Fahmi bukan uang yang jatuh dari langit atau yang hanya memetik di kebun uang!

"To, gue tadi pas beli ni makanan ketemu Kuina." Kata Fahmi berniat mengalihkan pembicaraan yang nanti ujungnya ia akan terus disalahkan oleh Vinto.

Vinto tak menanggapi. Hanya diam menatap Fahmi untuk melanjutkan bicaranya.

"Masak tadi ketemu di mini market. Dia kayaknya habis nangis, soalnya gue liat sembab. Terus ga disitu aja. Gue panggil terus dia-nya juga ga nyahut. Terus tadi masak dia nangis, enggak nangis yang sesenggukan. Cuman air matanya jatoh terus dia baru nyadar kalo ada gue di situ. Gue tanyain kenapa katanya ga kenapa-napa. Padahal dalam kamus cewek yang gue tau kalo cewek bilang gapapa itu berarti kenapa-kenapa."

"Yee, diajakin ngomong malah bengong." Fahmi menendang kaki Vinto karena Vinto tak merespon omongannya.

"Ya mungkin lagi ada masalah kali." Jawab Vinto santai yang membuat Fahmi gemas sendiri.

"Ck! Anak paud juga tau kalo dia lagi ada masalah. Lo ga lulus paud ya jangan-jangan?" Tuduh Fahmi.

"Apaan sih. Ngantuk ah gue. Gue mau tidur. Lo tidurnya di sini aja, karpetnya empuk. Ga boleh di kasur gue!" Perintah Vinto. Fahmi? Mulutnya dikondisikan tolong, takutnya nanti banjir.

***

Pukul 7:00 pagi. Bel sekolah berbunyi tepat pada saatnya.

Tok Tok Tok

"Selamat pagi, Pak. Ada perlu apa ya Bapak sampai memanggil saya?" Tanya Pak Agus setelah memasuki ruang kepala sekolah.

"Duduk dulu Pak Agus. Ini lho, ponakan saya pindah sekolah di sini. Tolong bapak bimbing ya. Sama saya minta masukin dia di kelasnya Bapak." Terang Kepala sekolah.

"Baik, Pak. Kalo gitu saya akan antarkan anaknya ke kelas. Hari ini saya juga akan ngajar di kelas saya sendiri. Mari Nak ikut Bapak." Kata Pak Agus.

Pak Agus dan murid baru berjalan keluar dari ruangan kepala sekolah. Berjalan menuju kantor untuk mengambil buku yang akan digunakan Pak Agus untuk mengajar di kelasnya.

Mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju kelas 11 IPA 2. Kelas yang begitu ramai dalam sekejap bisa begitu tenang tanpa ada suara.

Pak Agus masuk diikuti murid baru. "Anak-anak, kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan dirimu."

Muri baru itu melangkah maju satu langkah. "Perkenalkan, nama saya Devinto Putra. Panggil aja Vinto." Perkenalan dari Vinto yang sangat amat singkat. Hanya sebatas nama.

KalanthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang