01. Halte

2.4K 242 5
                                    

" manusia sialan. Lebih milih nganterin pacar dibanding nganterin sahabat ?  you're a sucker, Arga."

Makinya sambil menendang-nendang apa yang ada di terotoar. gadis itu terus mengoceh panjang lebar.

Beberapa orang bahkan ada yang terang-terangan menggelengkan kepalanya melihat anak gadis berseragam sekolah di jam 10 malam tengah mengoceh sendiri.

" maaf ? maaf my ass." Lagi. Omelannya tak ada hentinya. Bahkan ketika ia sudah sampai halte.

Menghela nafas. Ia tau hal ini sia-sia. semua omelannya tidak akan sampai pada si Arga sialan. Ia hanya akan mempermalukan dirinya saja. Tapi kalau saja bukan karena Arga, ia mungkin sudah sampai rumahnya sekarang.

Sahabat sekaligus sepupunya itu tadi sekelompok dengannya. namun ketika akan pulang, ia bilang kalau ia sudah janji untuk mengantar Intan—pacarnya.

Suasana halte lumayan sepi. Ini jam 10 malam. Orang mungkin sudah istirahat di rumahnya masing-masing. Dan ia disini. With her fucking uniform. Untung saja besok ia tidak akan menggunakan seragam itu lagi.

Mengedarkan pandangan, matanya yang tajam langsung menangkap sosok seorang pria yang terlihat menunduk melihat sesuatu di ponselnya.

Ia selalu suka memperhatikan orang. meskipun itu tidak sopan, ia tetap melakukan itu. semacam guilty pleasure-nya. Ia mengangguk ketika melihat reaksi pria itu.

sepertinya bukan berita bagus, pikirnya.

Headset tersumpal ditelinga pria itu. Dia menggunakan tas selempang dan jaket merah yang terlihat keren dikenakannya. Mungkin saja dia baru pulang kuliah atau semacamnya.

Yeri langsung mengalihkan pandangannya ketika pria itu mendongak dan pandangan mereka bertemu.

Sukur saja bus datang menyelamatkannya. Ia naik cepat-cepat lalu mengambil tempat paling depan. Ia juga melihat pria itu naik lalu mengambil tempat ditengah-tengah. Pandangannya pergi entah kemana. Pria itu tampak nyaman menatap keluar jendela ketika bus kembali melaju.

Kalau bisa ia katakan, pria itu menarik sekali. tampan. Ia selalu suka pria tampan. Tapi melihat reaksi dan bahasa tubuhnya, pria itu sedang tidak mau diganggu. Jadi malam itu, bahkan ketika ia turun dari bus, pikirannya melayang pada pria itu.

Pria tampan yang tampak kesepian.

***



"seganteng itukah ? ah, kagak percaya gue." Kata Tiara dengan telunjuk yang bergerak kekiri dan kekanan. Ia kembali melanjutkan acara menyalin PR Geografinya.

Arga datang dengan sebungkus kacang atom ditangannya."palingan juga om-om. Yeri kan seleranya beda." Ejeknya lalu menoyor kepala Yeri semena-mena.

Yeri langsung menghentakkan kakinya. Berharap kalau hentakan kemarahannya berubah jadi gempa bumi seperti yang dilakukan D.O di Music Video EXO-MAMA. Tapi hentakan itu cuman berhasil mengagetkan semut saja.

" Dia beneran ganteng. L Infinite kesukaan lo itu mah, kalaaaaaaaah !" protesnya menunjuk Tiara dengan hiperbola.

Tiara merapikan bukunya dan buku Yeri," Nama ? gue butuh nama manusia yang lebih ganteng dari my Baby L." balasnya kesal idolanya diremehkan.

Kalau sudah masuk ke dunia korea semacam ini, Arga langsung undur diri dan bergabung dengan kelompok DOTA di bangku berbeda.

Gadis itu mendengus." Ga tau. Dia kelihatan nggak mau diganggu."

"bullshit."

"yeeh, bener kali, Ra. Dia kayak galau gitu."

Tiara melempar bukunya tepat didepan Yeri lalu mengejek gadis itu,"can somebody give this lady a mirror ? emang lo udah nggak papa setelah Kak Yugyeom taken ?"

Lantas saja sahabatnya itu langsung menoyor kepala Tiara."jangan diingetin juga kali, nyet." Omelnya pada Tiara yang tidak ada membantu-membantunya sejak ia galau karena pujaan hatinya malah bersama gadis lain.

Yeri menjatuhkan dagunya pada ujung meja."lagian cowok di bus itu beda. Dia keliatan... putus asa ?"

" terus kenapa dia naik bus, bukan ditabrak bus ?"

Pertanyaan retoris Tiara langsung membuatnya mendapat tabokan keras dari Yeri.

"berarti pikirannya masih rasional ! lo gimana sih ?"

" terserah. terus rencana lo apa ?"

Yeri berfikir sejenak,












" gue bakal naik bus lagi malam ini."

halte +jungriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang