Neymar POV
" Oh sial... kau sudah sangat mabuk."
" Kenapa? Aku masih sanggup melanjutkan ceritaku."
Aku serius saat mengatakan jika dia sudah begitu mabuk. Valentina sudah tidak sanggup membuka matanya lagi. Kalimat "aku masih sanggup melanjutkan ceritaku" adalah yang paling normal sepuluh menit terakhir.
" Kau tau sedang bicara dengan siapa?" Sebuah pertanyaan klarifikasi. Gadis itu sepertinya memang tidak peduli jika dia membongkar aibnya sendiri pada pria berengsek yang membuatnya benar-benar murka. Satu sisi aku ingin dia tetap begitu, karena bagaimanapun sebelumnya aku meyakinkan diriku sendiri untuk berani menghadapi kenyataan, duduk berdampingan dengan gadis itu seperti sekarang ini benar-benar jauh dari bayanganku. Di sisi lain aku ingin bicara dengannya secara normal. Sebagai Neymar dan Valentina.
" You're jerk." Hah.... Bahkan dalam keadaan mabuk, sebutannya untukku masih terdengar meyakinkan. Baiklah... Valentina tahu jika pria yang jadi lawan bicaranya sekarang bukan lagi si pria London.
Sebelumnya aku melihat seorang pria yang terlihat sangat tertarik pada Valentina sedang bicara dengan menggebu-gebu. Namun jelas sekali gadis itu sangat terganggu dengan cara pria itu bicara. Orang asing sekalipun pasti tahu yang terjadi pada gadis itu. Beruntungnya saat itu Valentina sedang minum beberapa−banyak gelas vodka. Aku pernah melihatnya melakukan hal yang sama, dan aku harus mencium gadis itu untuk menghentikan racauannya. Aku tersenyum jika mengingat kejadian di lokasi syuting dulu.
" Sorry Mr.London. I'm afraid that you're run out of time, with her I mean." Aku mendatangi tempat di mana Valentina dan pria itu duduk.
" What the fck man... who are you?" Protes si pria London.
" I am his man."
" Apa maksudmu? Aku lihat dia tadi sendirian. Dan aku tahu dia memang tidak punya pasangan." Owh... apakah dia benar-benar berniat ingin mendapatkan Valentina.
" Namanya Valentina, dia senang minum teh, ibunya ada di Rusia, saudara perempuannya sedang hamil dengan seorang pria bernama Jason dan kau pasti salah lihat, man." Aku menarik pria itu dari kursinya dan buru-buru duduk di sana sebelum dia bisa melakukan sesuatu.
" Thank you as-hole." Itu yang kudengar pertama kali dari bibir Valentina−Valentina yang sedang mabuk. Sayup-sayup aku masih mendengar jika si pria London masih menggerutu karena perbuatanku.
" Hi Valentina, how's your life?"
..........
Sepuluh panggilan tidak terjawab dari Carol kulihat dilayar ponselku, apa lagi ini?. Bahkan di saat dia sudah tinggal bersama Davi, dia masih berniat untuk menerorku. Sialan...
" Neymar... dimana kau? Irlandia? Italia? Dimanapun kau berada, cepat kembali ke Brazil. Davi menghilang. Anakmu menghilang." Suara Carol terdengar begitu panik dari voice mail yang kuterima. Fck... bagaimana dia bisa menghilang saat dia bersama ibunya?.
Aku baru saja selesai membaringkan tubuh Valentina di kasur sebuah hotel dekat bandara. Gadis itu tertidur sangat pulas, bahkan dia tak bereaksi saat aku menggendongnya naik helikopter. Ckk.... Mengerikan, maksudku apa yang terjadi pada Valentina malam ini. Terbayang tidak, jika yang membawa pulang gadis itu adalah si pria London?
Masalah lain muncul di Brazil. Davi berulah lagi?, Apa formula anak anjing dari Carol sudah tidak bekerja lagi? Atau memang Carol saja yang tidak becus menjaga anaknya. Aku bahkan baru berada di Irlandia dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam.
Buru-buru aku mencari kontak Gery, karena hanya namanya lah yang saat itu juga muncul dikepalaku. Tidak mungkin jika aku merecoki pengantin baru hanya karena Valentina. Meskipun gadis itu kadang-kadang bisa jadi pembuat masalah, tapi mengganggu Aimee dan Alesandro jelas bukan jenis masalah yang bisa dia tanggung dikemudian hari.
" Halo...." Oh Tuhannn... syukurlah dia mengangkatnya.
" Hey Gery. Ini aku Neymar. Sekarang aku dan Valentina ada di hotel Les Tardis di Irlandia. Bisakah kau kemari untuk menjemput Valentina?"
" Senang sekali mendengar suaramu Tuan Da Silva, tapi asal kau tahu saja, aku bukan menejer Valentina lagi." Wow... Valentina serius dengan yang ia katakan tentang pertengkarannya dengan Gery.
" Heyyy... aku sudah dengar tentang kalian darinya."
" Baguslah... aku turut senang akhirnya kalian balikan."
" Bukan seperti itu, aku tidak bisa menemaninya sekarang. Dia benar-benar mabuk, harus ada yang memastikan dia baik-baik saja di sini."
" Kenapa bukan kau saja?"
Aku juga ingin seperti itu, menemani Valentina hingga dia baikan esok harinya. Memastikan jika dia baik-baik saja, tapi aku masih belum siap bertemu dengannya−menemui Valentina yang sadar. Ditambah lagi,anakku sedang menghilang.
" Ku mohon Gery, hanya kau satu-satunya yang sangat peduli pada Valentina. Hanya kau yang dia miliki saat ini. Kau tahu kan, aku sedang kacau akhir-akhir ini. Aku masih belum bisa menemaninya. Lagipula apa kau tidak merindukannya? Hidupnya begitu kacau semenjak tidak ada kau di sisinya."
" Apa Christina yang menyuruhmu melakukan ini?" Nahhhh... kenapa Gery bisa berpikiran jika ibunya Valentina yang memintaku melakukan itu.
" Tidak ada yang menyuruhku."
" Aku tidak tahu apakah ada yang bisa memperbaiki hubungan kami Ney."
" Jangan mencari alasan, buka saja aplikasi traveling di ponselmu dan pesan tiket ke Irlandia sekarang juga. Valentina sedang tidak baik-baik saja sekarang, dan aku bukan orang yang tepat untuk berada di dekatnya."
" Kau mengancamku?"
" Aku tidak mengancammu Gery, aku sungguh-sungguh. Aku akan segera kirimkan alamat hotelnya. Aku harus kembali ke Brazil sekarang juga karena Davi sedang menghilang."
" Satu lagi. Jangan beritahu dia kalau aku yang membawanya ke hotel. Please."
Setelah berhasil meyakinkan Gery untuk pergi ke Irlandia, aku berusaha untuk tenang dalam perjalananku ke Brazil. Malam yang luar biasa dan akan jadi malam panjang karena nanti saat aku tiba di Brazil, aku akan mundur beberapa jam dari waktu Irlandia. Aku telah bertemu dengan Valentina, meski tidak dengan cara yang kuharapkan, tapi aku cukup senang. Melihatnya mengoceh, mendengarnya menyebutku berengsek, bicara dengannya, semuanya. Dia tidak terlalu bahagia dengan kehidupannya beberapa bulan terakhir, dan mengetahui salah satu alasannya adalah karena aku, rasanya tidak pantas jika muncul begitu saja di hadapannya. Aku berharap jika hubungannya dengan Gery membaik. Gadis itu perlu seseorang yang membimbingnya.
Maafkan aku Valentina, aku masih belum siap untuk menemuimu dengan cara yang semestinya. Aku masih belum menemukan keberanian untuk kembali dan menjelaskan semuanya. Kuharap suatu saat nanti aku diberikan kesempatan untuk muncul dihadapanmu secara baik-baik. Untuk sekarang−saat kau terbangun nanti, biarlah kau tahu jika aku masih meninggalkanmu.
........
KAMU SEDANG MEMBACA
Leaving Valentina
Fanfiction"Untuk sekarang−saat kau terbangun nanti, biarlah kau tahu jika aku masih meninggalkanmu." Seri kedua Loving Valentina. Selamat membaca. :)