Pieces of 1

387 16 0
                                    

.
.
Sudut pandang dari Prilly. jadi ini prilly menceritakan kehidupannya yang serba luka.
Happy reading guys.

Pagi sekali aku telah disambut oleh senyum cerah sang mentari. Terlihat jejak embun yang mulai menetes melalui jendela kamarku yang sama sekali tidak tertutup tirai. Bergegas menuju kamar mandi untuk segera memebersihkan diri, oh ya sampai lupa perkenalkan nama ku Prilly Ademorra panggil aja prilly simpel kan, putri tunggal dari keluarga ademorra. Jangan lupakan saudara tiriku bernama Lova Arsella, emm kurasa cukup untuk perkenalannya karena ketukan pintu kamar harus membuatku bergegas membukanya.

"Morra sayang kalau sudah selesai cepat keluar, kita sarapan bersama". Itu suara mama yang mulai menyambut pagiku, seperti biasa mama memang tidak pernah memanggilku dengan sebutan prilly karena menurutnya Morra hanya untuk panggilan kesayangan keluarga.

"Ya mam, Morra baru saja selesai dan bentar lagi mau turun. Mama duluan aja". Ujarku dengan senyum manis yang mengembang indah, mama yang melihatnya pun ikut tertulan untuk ikut tersenyum.

Setelah mendapat anggukan dari mama, aku mulai memasuki kamar kemudian mengambil tas selempang yang berada diatas tempat tidur. Kembali berjalan keluar dengan ringan kaki sebelum menginjak tangga pertama aku sudah bertemu dengan Lova yang sedang menatapku sebal mungkin. Jangan berfikir kalau lova adalah saudara tiri yang seperti bawang putih, atau bahkan si putri salju tidak. Dia bahkan tidak bisa disebut bawang putih atau putri lainnya karena nyatanya dia saudara tiri yang kejam persis seperti bawang merang. Dengan kejamnya dia melangkah menuruni tangga tanpa memperdulikanku yang menatapnya aneh.  Aku tidak tau sebabnya membenci waktu itu aku pernah berfikir mungkin saja karena sifatku yang somnong dan arogan saat disekolah. Tapi wait dia mana tau orang dia juga lagi mau jadi murid baru.

"Hay sayang sini, mau sarapan pake roti aja ma".

"Ouh ya Lova, papa udah daftarin kamu ke sekolah yang sama dengan teteh". Ujar papa membuat Lova membelalakan matanya karena terkejut. Harusnya kan aku yang terkejut bukan malah nih anak, oh ya panggilan teteh memang dipergunakan Lova untuk memanggilku karena dulunya dia memang asli dari bandung, yah aku sih nggak keberatan ya.

"What the? Nggak ya pa lagian sekolah lain dijakarta masih banyak lagi. Kenapa harus sama kayak teteh Morra".

"Papa tidak menerima bantahan apapun Lova, jadi keputusan tidak ada yang akan berubah". Kata papa membuat Lova hanya menunduk dan menghela napas pasrah. Hah jika papa sudah seperti itu maka tidak ada yang berani membantah sedikit pun
Ingat. Lova memilih berdiri setelah melihatku berdiri dan berpamitan kepada mama juga papa, kulihat tatapan sinis yang dia berikan huftt untung saudara kalau tidak udah gue cekek dari kemaren.

««»»

Parkiran sekolah sudah tampal mulai ramai untuk kagak telat deah ya. Dengan mulus ku parkirkan mobil ditempat khusus roda 4. Saat nya mulai beraktivitas seperti biasa setelah dibur akhir pekan membuatku entah kenapa menjadi bosan. Lova masih saja terlihat badmood dan enggan turun dari mobilku wah betah bener ni anak didalam mobil gue.

"Lo kenapa nggak turun, udah sono turun cari kelas lo dimana." ujarku yang membuat Lova makin menatapku sebal, tanpa memperdulikannya aku mulai membuka mobil dan melangkah memasuki area kampus, kagak peduli gue ama tuh curut satu.

"Teteh tunggu gue donk, lo harus nganterin gue ke ruang Kepsek". Teriak Lova nyaring, huft kalau udah kayak gini aja tu toa mulai keluar.

"Lo kira gue babu lo, makanya cepetan kalau jalan ini juga mau dianterin keruangan kepsek".
Aku mulai melangkah kembali sebelum mendengar jeritan Lova pelan kenapa lagi tuh anak bikin mood gue ancurrrrr. Membalikan tubuhku kebelakang aku menemukan sicoeok nyebeli yang sedang memeluk Lova yang mungkin daja hampir jatuh. Sial modus.

"Lo nggak papa" ujarnya, bukannya bicara Lova cuma menggelengkan kepala pelan, tu curut kalau udah lihat cowok ganteng dikit aja langsung deah sok imut.

"Udah belum nih acara tatapan-tatapannya, kalau belum gue tinggal nih". Ujarku kesal mereka berdua yang mendengar suaraku langsung mengaluhkan pandangan mereka. Aku melangkah kembali meninggalkan cowok itu dan juga Lova, ouhh ya cowok tadi yang nolong Lova bernama Aligo Exeller cowok tertampan plus terbrengsek disekolahan ini. Terdengar suara sepatu yang nerlari tergesah menyusulku.

"Teteh kenal cowok tadi nggak? Kalau iya kenalin donk yah". Rayunya membuatku muak.

Dengan geram aku mulai menghentikan langkahku dan menatapnya tajam. "Sono masuk ruang kepsek sebelum gue cekik lo saat ini juga". Setelah mendengar geramanku Lova langsung lari terbirit-birit meninggalkan ku. Hufhh kunyuk satu emang bikin darting.

"Lo nggak berubah ya, tetap sama dear". Suara bass yang sangat familiar ditelinga ku membuatku mematung ditempat. Itu suara sibrengsek Ali apa yang dia maukan LAGI.

Lagi.?

Tbc sorry for Typo;*

Pieces of EmergingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang