Pieces of 2

207 12 0
                                    

Happy reading.

Saat ini aku sedang berada dikantin menunggu sahabatku yang tak kunjung datang, padahal sudah hampir bel jam masuk tapi belum ada tanda-tanda dia nongol. Aduhhh kumat deah tu ngarenya si oneng, dan semua itu membuatku harus mengingat kejadian beberapa jam lalu dengan Ali seperti memutar sebuah drama kuno.

"Lo nggak berubah ya, tetap sama kayak dulu dear". Ujar suara bass milik seseorang yang sangat familiar dipendengaran ku membuat setiap sarafku yang biasanya bekerja dengan baik kini menjadi beku. Disana tepat beberapa langkah dari tempatku berdiri seorang pria tampan tapi sayangnya brengsek Alianzo Exeller. Mau apa dia?.

"Gue emang dari dulu nggak pernah berubah kali, lo kira gue super hirro". Ujarku sarkas. Tak ada jawaban dia hanya memandangku lekat dengan senyum geli yang mulai bermain dibibir manisnya. Dengan geram aku mulai menatapnya kesal. Sedetik kemudian Ali mulai melangkahkan kakinya mendekat kearahku, membunuh jarak yang menghalangi keadaan kami. Aku mulai mundur beberapa langkah saat badan Ali sedikit menunduk untuk mensejajarkan wajahnya padaku, aku hanya bisa menahan nafas saat hidung Ali mulai menyentuh hidungku. Hembusan nafas beraroma mins segar menyeruak menjadi oksigenku membuatku hampir saja kecanduan. Sial bisa mati kutu gue karena pesonanya.

"Ma ...u mau apa lo?". Ujarku dengan sedikit mendorong dada bidangnya, untuk sedikit menjauh agar dapat memberiku ruang untuk bernapas.

"Butuh nafas buatan?". Tanya Ali membuat ku hampir mengeluarkan bola mataku karena terkejut.

"What?"

"Lo terlalu kelamaan nahan nafas. Membuat seluruh permukaan wajah lo, terutama pipi tomat lo berubah warna merah" jawabnya membuatku refleks melepaskan kedua tangan dari dada bidangnya dan meraba kedua pipiku, ahh benarkah memerah aku hanya merasakan kehangatan pada wajahku. Apa aku terlalu emosi atau memang aku butuh oksigen karena terlalu lama menahan nafas. Ahh enatah lah.

"Oh iya lo masih suka baper kalau deket gue dear". Lanjutnya membuat ku mengepalkan tangan kedua sisi badanku hingga terlihat memutih, biarkan saja yang terpenting saat ini adaalah semoga saja aku mendapatkan kekuatan untuk menonjok mukanya yang supersialnya sangat tampan tapi menyebalkan itu.

"Lo .. Dasar buaya kePD'an. Lo itu hanya sebuah hal yang sangat tidak harus gue baperin setelah apa yang lo lakuin dulu sama gue". Ku lihat senyum yang tadi bermain indah dibibrnya kini hilang setelah mendengar perkataanku tadi. Dan itu membuat senyum sisi devilku keluar, makanya jangan berani mengganggu air yang tenang karena itu bisa saja menenggelamkan mu perlahan. Oww ada yang mulai memutar kembali drama korea nya.

"Disini lo yang salah, kenapa tidak mendengarkan penjelasan gue dulu. Kenapa lo malah ngedengerin ego dan kepala batu lo itu". Ujarnya membuatku tertampar pada kisah yang membuatku jatuh terpuruk, dia terlihat mulai melangkah mendekatiku lagi. Tadi dia bilang aku lah yang salah, memangnya kapan dia pernah menganggapku benar, bahkan gue emang selalu salah dimatanya itu. Dengan segenap kekuatan yang masih ku miliki aku mulai mengalihkan pandangan ku kearah samping untuk menahan kristal berhargaku agar tidak jatuh didepan pria brengsek ini.

"Lo sendiri yang membuat gue memilih ego dan keras kepala gue, setidaknya mereka memberikan kejelasan yang nyata." aku mulai mengeluarkan senyum evilku terang-terangan terhadapnya, "dari pada semua perlakuan dan omong kosong lo, menjijikan bukan mm". Lanjutku mendesis tajam. Ali hanya menghela naafas lelah.

"You need time again dear, let it doesn't matter".

"Gue nggak ada waktu lagi sama pria brengsek kayak li, ngerti". Tak ada jawaban, hingga sebuah kecupan singkat pada bibirku membuatku mematnung ditempat, Ali mencium ku. Membuat api dalam diriku berkobar, dasat pria menyebalkan dan juga brengsek. Dia mulai membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya tanpa rasa bersalah sama sekali.

"Oh ya dear, kalau kangen telpon aja ya. Masih ingatkan nomer telpon gue". Lanjut Ali setelah membalikan badan dan kembali berjalan.

"Dasar brengsek" jeritku membuat Ali tertawa penuh kemenangan, apa maunya? Kenapa dia harus kembali kalau hany untuk mengobrak abrik isi hatiku, dia yang dulu membuatku jatuh dan terpuruk. Dia yang menohkan luka hingga membuatku sulit menyembuhkannya, dan dia yang membuat bungkahan es pada hatiku mencair tapi kenapa juga dia yang mengembalikan bongkahan yang dingin itu agar membekukan hatiku. Dia seorang pria brengsek yang sangat aku benci, dia adalah MANTAN ku (Prilly Ademorra).

Sebuah tepukan pada pundak, membuatku membuyarkan segala kejadian yang beberapa menit seperti drama korea. Aku mulai menatap orang yang sedari tadi aku tunggu sampai lumutan dengan sebal, yang ditatap tidak menampakkan wajah bersalahnya nih anak memang minta dihajar rupanya.

"Kerjaan lo nglamun aja neng, mikirin apa emang?". Ujar Lena sahabat sejak kami berada diSMP, dia emang kadang menyebalkan tapi kada juga ngangenin karena keceriaannya. Kalau nggak ada dia sih sepi, dengan seenak jidatnya dia mulai meminum juss yang tadi aku pesan tanpa meminta ijinku terlebih dahulu dengan rakus.

"Woy minuman gue itu, pesen ndiri sonoh". Geram ku. Dia hanya menyengir tidak jelas hingga memperlihatkan deretan giginya yang berbehel indah dengan warna biru muda. Yahh bisa dibilang dia sangat manis memang tak jarang juga banyak cowok yang mengejarnya.

"Iya deah maaf, sesian banget sih babe. Ouh ya lo tau kabar terpopuler hari ini di kelas". Tanya Lena membuatku menggeleng lemah, karen itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan. Melihat keantusiannya membuatku harus dengan terpaksa mendengarkannya jika tidak dia akan mengamuk seperti kingkong betina, Seorang Lena Armogenzeel selalu antusias memang. Ouh ya namanya aneh bukan yah seperti orangnya juga sama anehnya jadi jangan terkejut.

"Alianzo pindah keruang kelas kitaa babe". Lanjut Relin membuatku tersedak minuman karena terkejut.

"What?".

Tbc. Sorry for typo :*

Pieces of EmergingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang