Awal bencana

883 59 0
                                    

Happy readding...

****

Jam menunjukan pukul setengah delapan malam ketika Arya melihat jam di lengannya.

"Wah seru ya jalan- jalan malam" Vera berkata dengan semangat.

"Iyalah daripada di kamar, suntuk." Ucap Roni

"Eh, kita dah cukup jauh nih dari penginapan." Putri menyela melihat sekelilingnya hanya ada pepohonan yang tinggi menjulang.

"Santai put, kita disini berlima kalo sendiri baru kamu takut." Kata Roni.

"Iya sih, sayang Adel gak bisa ikut karena harus menerima telpon dari calon suaminya." ucap Putri kasihan.

"Haha.. calon suami, kapan nikahnya ya?, kayanya kalau aku hitung udah hampir 10 orang lebih yang jadi calonnya dan kesemuanya di tolak oleh neneknya." Cibir Arya.

"Kamu tahu sebabnya?" Tanya Vera penasaran.

"Denger dari Adelia sih perhitungan orang tua, atau apalah gitu, tunggu sempurna di mata neneknya." Kata Roni sok tahu.

"Ohhh gitu ya, kasihan juga. kok kamu tahu Ron?" Putri bertanya.

"Dia salah satu korbannya." Ejek Rio terkekeh.

"Ehh, kawan- kawan ini daerah terlarang kan, itu tugu yang di kramatkan itu bukan?" Tanya Arya menunjuk ke sebuah tiang yang berdiri kokoh.

"Iya bener." putri dan vera membenarkan.

"Sebaiknya kita gak kesana." Rio memperingati.

"kamu takut yo?" Ejek Roni.

"Roni, gada salahnya kita hargai kepercayaan mereka?" Ucap bijak Rio.

"Aku gak percaya, kalian percaya?" Tanya Roni.

Ketiga temannya menggeleng, mereka memang tak percaya dengan yang namanya mistis.

"kita kesana." ajak Arya, mereka mengiyakan dan hanya Rio yang terlihat malas.

Mereka berlima mulai mendekati tiang yang berdiri kokoh tersebut, di sekeliling tiang ada air yang terlihat cukup jernih, aneh memang bagaimana bisa air di tengah hutan dan tetap jernih di dalamnya terlihat bebatuan unik yang berwarna- warni.

"Ayolah jangan membuat hal yang merugikan kita?" Ucap Rio yang mulai merasa tak nyaman dengan kelakuan teman- temannya.

"sssttt. Kalo takut, kamu gak usah ikutan yo, ini uji nyali untuk para pemberani dan bukan untuk penakut sepertimu." Ucapan Roni membuat Rio makin khawatir. Dia sangat cemas atas apa yang Roni pikirkan.

"Mau coba?" Rio menatap kawan-kawannya.

Mereka bertiga tersenyum mengangguk, Arya mengambil sebilah pisau lipat yang berada di kantongnya.

"Arya, jangan!" Rio masih memperingati.

"crashh." Arya mengiris sedikit jarinya hingga cairan kental berwarna merah keluar, dia langsung meneteskan ke tiang itu.

Di susul Roni, vera dan putri. Rio hanya menggeleng pasrah dengan kelakuan mereka, Rio membalikan tubuhnya membelakangi mereka.

"Awww." Ringis Rio menginjak sesuatu membuat luka di kakinya.

"Aku pulang duluan." Rio pamit dengan kesal. Ia berjalan sedikit pincang karena kondisi kakinya terluka.

"Oke!" jawab Arya.

"Hati- hati Rio, jalanan gelap." Ejek Roni.

"Issshhhh. mereka benar- benar menyebalkan, heran juga bagaimana aku bisa dekat dengan mereka." Gerutu Rio dalam benaknya.

kutukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang