hilang

707 53 0
                                    

Happy readding...

***

Adelia duduk  di sebuah tikar usang yang berdebu, tikar coklat terbuat dari daun pandan yang di keringkan lalu di anyam.

Ia duduk dengan Rio di sampingnya, tak lupa lilin dengan cahaya kecilnya menerangi mereka.

Sementara Roni hanya duduk di sebuah batang pohon yang patah di depan mereka, karena Rio tak mengijinkan Roni dekat dengan Adelia.

Malam benar- benar semakin larut, sunyi, hening benar- benar membuat mereka yang sudah  begitu lelah perlahan merebahkan diri dan terlelap.

" Kretek, kretekkk ..." Adelia terbangun mendengar suara gaduh di tengah tidurnya.

Ia membuka matanya cepat dan memperhatikan sekitarnya, ia lupa dengan suara tadi yang ia ingat sekarang adalah tempat dimana ia tertidur.

Hutan, pohon, ia mengucek- ngucek matanya berharap ia salah melihat, tapi beberapa kali ia melakukan itu, yang ia lihat benar- benar tak dapat ia percaya.

Tiba- tiba...

" Brukkk !!" Sesuatu terjatuh dari atas tepat di bawah kakinya. Ia melongok mencari tahu,

" Aaaaaaaaa...." Adel berteriak sekuat- sekuatnya.

" Apa- ada apa !" Tanya Roni dan Rio bersamaan. Mereka terbangun dengan terkejut mendengar Adel berteriak teramat keras.

Pandangan mata Roni langsung mengarah ke arah Adelia, ingin rasanya dia mendekati tapi melihat Rio dia enggan untuk mencari ribut saat ini.

Sementara Rio yang berada di samping Adel langsung memegang tangannya erat.

Adelia yang membeku, matanya membelak dan tubuhnya gemetar, nafasnyapun terengah melihat lurus di depan kakinya

" Adel !?" Rio memanggil Adel, Sambil merengkuh gadis itu lalu mengikuti arah matanya.

Seketika itu Rio benar- benar terkejut, wajar saja Adel berteriak begitu histeris, airmatanya pun ikut menitik.

Roni pun tak kalah terkejutnya, benar- benar tak dapat menguasai dirinya, ia memalingkan wajahnya enggan untuk melihat hal mengerikan dan menjijikan itu.

" Jangan takut Del aku disini, semampuku, aku akan menjagamu" Ucap Rio berbisik lembut di telinga Adel.

" Verrraaaa... hiks...hiks..." Ucap Adel di sela isak tangisnya, memandang tubuh yang terbujur kaku dengan kondisi mengenaskan di bawah kakinya dengan perut yang menganga lebar dengan isi yang berceceran di tanah, darah mengalir di setiap sayatannya, matanya seakan tercongkel hampir keluar, wajahnya penuh goresan- goresan ranting tajam hingga sangat- sangat mengerikan.

Bau amis dan bau busuk begitu menusuk indera pemciuman mereka.

Rio memejamkan matanya menarik nafas dan menghembuskan dengan kasar, menenangkan dirinya serta menguatkan hatinya.

Ia memeluk tubuh Adel yang masih bergetar dalam rengkuhannnya.

" Udah Del kita pergi dari sini" ucap Rio sambil membelai wajah Adel yang basah dengan airmata bercampur keringat dingin.

" Tapi Vera..." ucap Adel lirih menatap mata Rio dengan lemah.

" Esok pagi kita cari bantuan, sekarang kita pikirkan bagaimana kita keluar dan menyelamatkan diri dari hutan yang terkutuk ini " kata Rio.

Rio menutup tubuh Vera dengan sweeter yang di kenakannya. Dan Roni ia sudah berdiri dan bersiap untuk pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Setelah kejadian barusan yang membuat mereka terkejut kini Rio di kejutkan dengan hal lainnya, Ia tak berada di dalam sebuah rumah tapi berada di luar hutan beratapkan langit, bertiang pepohonan dan berdinding dedaunan yang senantiasa bergemerisik tertiup angin.

" Bukankah tadi kita berada di dalam gubuk tua ?" Tanya Rio dengan memandang ke sekitarnya.

" Huumm... , saat terbagun tadi aku juga terkejut " sahut Adel.

" Itu hanya halusinasi kalian, semacam fatamorgana di tengah gurun pasir yang mengharapkan mata air " Imbuh Roni dengan ketus.

Rio tak mengatakan apapun untuk menyanggah perkataan Roni, ia hanya menatap tajam dan marah pada pria di hadapannya itu.

" Sudah Rio kita pergi dari sini sekarang, aku benar- benar ingin keluar dari hutan ini " Kata Adel frustasi.

" Iya" Rio menyambar tangan Adel dan menggenggamnya erat.

Mereka melangkah bersama menyusuri hutan yang seakan amat sangat luas tanpa batas.

Entah mengapa malam ini terasa begitu lama dari malam biasanya, ingin rasanya cepat- cepat pagi, atau berharap semua ini adalah deretan mimpi buruk yang esok pagi ketika mentari benar- benar bersinar akan membuka mata dan semua baik- baik saja.

Matahari masih enggan menunjukan sinar keemasannya yang mereka nanti penuh kegelisahan dan kecemasan.

Masih menyusuri hutan yang begitu lebat, pohon- pohon tinggi dengan ranting- ranting tua yang merambat seperti film dimana tarsan menggunakannya untuk melompat kesana dan kemari.

Sesekali menyibak rimbunan semak- semak tinggi yang menghalangi jalan. Dan tak jarang melukai tangan dan lengan karena patahannya tajam bagai mata pisau.

Gelap, sunyi dan hanya di temani suara derap langkah mereka serta nafas mereka yang terengah serta gumaman kesal di setiap langkah dan gemerisik dedaunan beriring suara kicauan binatang malam yang membuat nyali seakan menciut karena ketakutan yang menguasai keberanian.

" Huuh.. kemana kita harus mencari jalan ?" Roni menyerukan suara dalam hatinya yang kesal.

Tak ada sanggahan dari pertanyaan Roni, Rio hanya menoleh dengan tatapan penuh amarah sedang Adel menatap dengan wajah menyiratkan kecemasan.

Mereka terus melanjutkan perjalanan hingga Mereka berdua menyadari ada yang berbeda.
Rio menoleh kebelakang, Roni!! Kemana dia? apa maunya kenapa saat- saat seperti ini dia membuat ulah dengan menghilang tanpa jejak.

" kemana Roni, Rio?" Tanya Adel pelan

" Entahlah"

" Kemana dia, dan kenapa tiba- tiba menghilang begitu saja " ucap Rio benar- benar kesal

" kita cari dia Rio " pinta Adel

" Sudah biarkan saja !! " Ujar Rio yang menarik Adel melanjutkan mencari jalan untuk meninggalkan hutan ini.

****

See you...

kutukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang