Milky Way

115 12 10
                                    


Berjalan dan terus berjalan.

Hanya itu yang bisa Seokmin lakukan.

Ketimbang masuk ke kelasnya, ia lebih memilih bolos sampai jam terakhir nanti.

Hanya tatapan kosong.

Kala mengingat kejadian dimana ia bertengkar dengan Soonyoung. Ia masih bisa melihat bahwa Jihoon masih mengkhawatirkan Soonyoung walau saat itu Jihoon tengah bersamanya.

Semua terlihat jelas sampai rasanya ia marah pada dirinya sendiri.

Karna harus membuat kedua orang yang ia sayangi berakhir seperti ini.

Semuanya menjadi berantakan sejak kejadian itu.

Harus bersandiwara layaknya wayang yang mengikuti permainan dalang.

Bersikap seperti pahlawan padahal ia lah yang menjadi penjahat sesungguhnya.

Sejak kejadian itu, Soonyoung yang notaben menjadi sahabatnya memilih menjauh dan berakhir pertengkaran yang selalu terjadi di antara mereka. Lalu perang dingin yang terjadi antara Soonyoung dan Jihoon.

Semuanya berubah dan semakin memuakkan sampai – sampai membuat kepalanya menjadi sakit karna memikirkan hal itu.

Sampailah pada di perhentian terakhir, di sebuah lapangan sekolah, di bangku duduk, dan Hansol yang tengah menatap kearahnya.

Seokmin berjalan ke arah Hansol lalu hanya berdiam diri, mereka berdua menatap ke depan. Seolah memikirkan kalimat apa yang akan di ucapkan.

Tapi...

Tidak perlu ada kata – kata lagi, karna Hansol paham bagaimana pemuda itu bisa berakhir seperti ini.

Hansol menghela nafas lalu menghadap ke arah Seokmin.

Membingkai perlahan wajah Seokmin untuk mendekat ke arahnya lalu segera mengobati pemuda itu. Sementara Seokmin hanya diam sambil menutup matanya, membiarkan Hansol mengobati wajahnya.

Ngomong – ngomong Mingyu tadi membawa kotak berisi alat untuk membersihkan luka, dengan nafas tersenggal – senggal ia memberikannya pada Hansol memberitahu kalau Seokmin habis bertengkar dengan Soonyoung.

Lagi dan lagi.

Setelah itu Mingyu segera pergi menuju kelasnya, masih banyak kekacauan yang harus di bereskannya.

" Apakah sakit? " Hansol bertanya pelan dan di balas dengan gelengan oleh Seokmin.

Seokmin sudah biasa mendapatkan luka seperti ini, bertengkar dengan orang sudah seperti makanan sehari – harinya di sekolah. Luka yang di dapatkan seperti ini masih terasa kecil untuknya, karna dari kecil Seokmin sudah di latih untuk menahan sakit dan bekas pukulan yang di dapatkannya. Ajaran keras dari ayahnya membuat Seokmin kebal dengan luka fisik pada dirinya.

" Kenapa tidak kembali ke kelas? Bukankah bel istirahat sudah berakhir sedari tadi? " Seokmin memecah keheningan di antara mereka.

" Tidak apa – apa " jawab Hansol seadanya.

Dia tidak mungkin meninggalkan Seokmin dalam keadaan seperti ini kan?

.

.

.

" Baiklah untuk jam terakhir ini, aku akan membagi kalian dalam beberapa kelompok yang semuanya terdiri dari dua orang, karna kalian genap aku rasa kita tidak memiliki masalah lain. Untuk menghindari dari tidaknya keadilan yang sering kalian keluhkan, aku akan mengatur kelompok kalian. " para murid yang mendengar ucapan guru tersebut hanya bisa menghela nafas, sebagian senang dan sebagiannya harap – harap cemas.

The Theory Of EveythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang