Update here!
Enjoy reading guys :)
Also, follow me too ;)
••••••••••••••••••••••••••••••••
"You can cry. Because crying doesn't mean you're weak"
-author-
••••••••••••••••••••••••••••••••
Isandra Silvia James POV
Saat aku tiba di depan kamar, aku melihat bodyguard baruku, Dean. Menungguku. Dia bersandar di dinding tidak jauh dari pintuku. Dia sedang sibuk mengetikkan sesuatu di ponselnya, namun saat merasakan kehadiranku dia langsung berhenti dan menatapku lekat. Dean mengedarkan pandangannya dari atas kepala hingga ujung kakiku. Saat matanya melihat apa yang terjadi dengan tubuhku, dia menghela napas. "apa yang dia lakukan padamu?" tanyanya dengan datar, namun aku mendeteksi nada kasihan di dalam kalimatnya.
"nothing" bisikku pelan. I don't need a pity! Batinku berteriak. Dean hanya menggelengkan kepalanya dan berjalan kearahku. Setelah dia berdiri tepat di depanku, dia mengulurkan tangannya dan menyibakkan rambutku yang menutupi sebagian wajahku.
"kamu bilang tidak ada? Lihat wajah dan tanganmu. Itu yang kamu bilang tidak apa-apa?" ujar Dean dengan nada dingin. Aku hanya menundukkan kepala. Seketika aku tersadar. Apa urusannya? Dia hanya bodyguard disini! aku langsung mendongak dan memelototinya.
"apa pedulimu? Kerjakan saja tugasmu dengan benar!" bentakku. Tanpa pikir panjang aku langsung berbalik dan masuk kedalam kamar. Tidak lupa untuk menutup pintu dengan keras.
"apa urusannya?" bisikku pelan lalu menghembuskan napas perlahan dan berjalan ke kamar mandi. Saat aku berada di depan cermin, aku meringis melihat wajahku yang lebam dan bibirku yang terluka. Rambutku berantakan. Seketika air mataku menetes. Disusul dengan isakan pelan dan berujung dengan teriakkan yang memekakkan telinga. Aku tidak peduli. Aku tidak tahu harus berapa lama lagi aku bertahan menghadapi ini semua. Aku tidak mau menyerah. Hell! Aku bahkan ingin membuat hubunganku dan Nathan menjadi normal, tapi tidak bisa. Aku tidak sanggup. Sudah hampir berkali-kali aku berpikir untuk mengakhiri hidupku, namun pikiran itu langsung aku tepis saat mengingat wajah adikku dan ibuku ketika dia masih hidup. Aku rindu dengan mereka berdua. Aku ingin sekali bertemu dengan mereka. Aku terduduk dilantai dan menangkupkan wajahku di kedua tangan. Bahuku terguncang. Dadaku terasa sesak. Aku sibuk menangisi kehidupanku sampai tidak menyadari kehadiran orang lain.
"apa dia selalu memperlakukanmu seperti ini?" pertanyaan itu membuatku terkejut dan langsung menoleh ke arah sumber suara. Dean berdiri diambang pintu kamar mandi. Tangannya memegang kotak P3K. tangannya yang satu lagi memegang segelas air bening. "let me help you" ujarnya pelan.
"why?" tanyaku bingung.
"aku paling benci dengan pria yang suka main tangan dengan wanita" gumamnya sambil berlutut di depanku. Dean mengeluarkan obat-obatan dari kotak. Dia meraih sebotol pil penghilang rasa sakit dan menuangkan dua buah pil ke tangannya lalu memberikannya padaku. Aku langsung menerimanya.
"kenapa kamu bilang seperti itu? dia bossmu . lagipula kamu adalah orang kepercayaannya"
Dean memberikan gesture padaku untuk meminum pil yang ada ditanganku. Dengan senang hati aku meminumnya. Setelah itu Dean meraih tanganku yang tadi diinjak oleh Nathan. Dia memeriksanya sebentar. "untung tidak terlalu parah." Gumamnya pada diri sendiri, namun aku bisa mendengarnya jelas karena jarak kami yang begitu dekat. Dean mendongak dan menatapku lekat. "kamu terlalu lugu Isandra" aku terkejut mendengarnya memanggilku dengan nama depan. Dan oh my god namaku terdengar indah saat Dean yang mengucapkannya. Aku mencoba menyebutkan namaku di dalam hati dengan nada yang sama seperti Dean barusan, tapi terdengar biasa saja. Hmm—
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secret ✔ [Karyakarsa]
RomanceTERSEDIA DI APLIKASI KARYAKARSA. "Every man has his secret sorrows which the world knows not; and often times we call a man cold when he is only sad." ― Henry Wadsworth Longfellow ------------------------------------------------------- for mature r...