3 - Melangkah, bukan Meratap

6.2K 1.1K 97
                                    


Jadi sayang-sayangku, baca lagi deh part yang kemarin. Itu Perumpamaan, bukan Vina beneran disiram air sama Bagas wkwkwkwk

Ya gila aja, kok tega banget si bagas begitu -_-


***


It's too late but I'm sorry

I didn't realize how good you were

I'm such a fool.

Don't leave me, although you'll leave me even if I hold onto you

I'm so pathetic

Why did I realize this love now?

Why are tears coming now?

(Kyuhyun – At Close)


**


Vina, kamu apa kabar? Dua bulan ini kamu ngilang dan susah dihubungin.

Vina menghembuskan napasnya saat ia membaca pesan dari Bunga—sahabatnya yang ternyata sudah lama sekali mencintai Fail—kekasihnya. Ironis sekali jalan hidupnya ... Vina menikah dengan Bagas, tetapi ia tidak mencintai Bagas dan malah berselingkuh secara terang-terangan dengan Fail sementara ia sibuk mencari-cari wanita untuk menemani Bagas. Vina gagal menemukannya, sementara Bagas sudah menemukannya lebih dulu. Sialnya, wanita yang bersama Bagas adalah adik dari sahabatnya sendiri. Mereka seperti terjebak dalam satu lingkaran penuh yang dipadati oleh benang kusut. Apakah ini yang dinamakan lingkaran setan? 

Sekarang ia berpikir ... semua tidak akan menjadi seperti ini jika saja Vina menerima Bagas sejak awal. Mereka berteman sejak kecil, apa susahnya hidup bersama sampai tua? Kenapa ia harus egois mementingkan perasaannya sendiri sementara di sampingnya sudah hadir sosok yang mencintainya tanpa syarat. Sialnya, semua hanya menjadi sebuah penyesalan yang takkan bisa tergantikan oleh apapun dalam hidupnya.

Vina memoles lipstik merahnya, ia sengaja memakai baju yang Bagas belikan untuknya—pria itu romantis sekali, setiap bulan selalu membelikan Vina baju, sepatu, dan tas. Sebenarnya bukan romantis, karena Bagas selalu mengajaknya berbelanja sementara Vina menolaknya hingga akhirnya pria itu akan pulang dengan membawa belanjaannya sendiri dan berkata, "Karena kamu nggak mau belanja sama aku, jadinya aku beliin aja buat kamu Vin. Semoga suka ya! kata mbaknya, ini yang paling ngetrend bulan ini, cewek-cewek banyak beli ini."

Tutur kata Bagas yang lembut, senyuman lebar dari bibirnya ketika menyodorkan barang-barang itu membuat Vina meneteskan air mata. Jangankan memakainya, berterima kasih saja  tidak. Vina hanya menerima barang-barang itu dan menyimpannya di lemari, sudah, begitu saja. dan sekarang ketika memakainya lalu menyadari apa yang terjadi dalam hidupnya, Vina benar-benar merasa tersiksa. Rasanya seperti hampir mati, lalu kau hidup lagi, kemudian mati lagi. Begitu saja, tidak ada akhir baginya.

Mengusap air matanya, Vina meraih tas dan keluar dari kamarnya. Ia menghela napas, berjalan dengan riang menuju kamar yang ditempati Bagas.

"Gas, ayo kita—"

Suaranya terhenti ketika ia melihat Nia sedang membantu Bagas membenahi krahnya. Pria itu tersenyum lebar sementara Nia menjauh dan mengangkat kedua jempolnya seraya berkata, "Bagus kok pak! Ganteng deh!"

Vina menggigit bibirnya. Tahan Vina, tahan. Ini tidak seberapa.

Melangkahkan kakinya, Vina berdehem dan tersenyum, "Gas, ayo. Hari ini jadwal kamu terapi," riangnya.

Till I Reach You - Vina & Bagas story [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang