CHAPTER 1

596 21 11
                                    

Kumatikan laptop yang ada di depanku lalu beralih pada ponselku dan menyalakan musik menggunakan earphoneku.

Girl you dont know how I feel
Since you been away (oh baby)
Any chance that you could take my call
If I got you today
You say that you don't wanna talk but its cool
I've been thinking about you all day long
Hoping you pickup your phone
(Justin Bieber- Heartbreaker)

Entah kenapa, akhir-akhir ini aku sangat suka mendengarkan lagu-lagu galau. Mungkin memang sesuai dengan suasana hatiku, sekaligus dapat menginspirasi tulisanku.

Ah! Aku sampai lupa, aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Irene, gadis SMK jurusan Tata busana yang lahir 17 tahun silam. Aku sangat menyukai dunia tulis-menulis sejak aku duduk di bangku kelas 8. Jangan tanya kenapa aku bisa tersesat di dunia Tata busana saat ini, aku sendiri saja bingung tapi yasudahlah, aku sudah duduk di bangku kelas 11 dan sekarang tinggal bagaimana aku mencintai jurusanku saja.
Memang susah membagi waktu sebagai seorang pelajar dan penulis. Di satu sisi aku aku harus tetap menggeluti hobi menulisku, disisi lain aku harus memgerjakan semua tugas-tugas sekolahku. Aku sama seperti siswa lainnya, masih senang bermain, nongkrong sana-sini, hits dengan merayakan sweetseventeen, persetan dengan semua tugas, dan galau saat patah hati melanda.

Tidak-tidak, jangan bahas masalah cinta, kejadian delapan bulan yang lalu sudah cukup membuatku trauma,aku tidak ingin merasakan jatuh cinta lagi, jangankan itu! Untuk mengenal cinta saja aku sudah tidak sudi. Kejadian delapan bulan yang lalu benar-benar membuatku tidak bergairah lagi untuk soal cinta.

Baiklah,akan aku ceritakan sedikit. Aku sempat berpacaran dengan sosok laki-laki yang menurutku dia sempurna saat itu. Ya, dia baik, dia ramah, dia mandiri dan aku mencintainya. Aku menjalani hubungan dengannya sekitar 7 bulan. Awalnya semua baik-baik saja sampai pada akhirnya, entah kapan itu aku lupa, dia berubah menjadi sosok yang overprotective, dia tidak ingin aku berteman dengan laki-laki manapun termasuk sahabatku sendiri. Awalnya aku selalu berfikir positif, tapi lama-lama dia mulai mencampuri urusan pribadiku, mulai dari aku tidak boleh mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan berhenti untuk aktif di semua sosial media, sangat susah untuk bisa putus dengannya, aku harus di teror di perlakukan kasar dan sebagainya. Ah! Sudahlah, sudah cukup aku bercerita, kalian sendiri pasti sudah tau bagaimana rasanya jadi aku saat itu.

Aku bosan, menjalani hidup tiap hari seperti ini. Makan, sekolah, tugas, menulis dan lain-lain. Kadang terbesit keinginan untuk kembali memulai hubungan percintaan, tetapi kejadian di masa lalu itu mampu mengalahkan segalanya. Ah tuhan, tolonglah! Perasaan apa ini.

Pagi itu..
"Ma, aku berangkat dulu."
"Eh,itu bekalnya sudah mama siapin kok nggak di bawa."
"Ohiya lupa, hehe."
Kemudian aku mencium tangan mama dan bergegas kesekolah.

Sesampainya di depan gerbang sekolah, aku mulai berjalan malas. Apa ini? Sekolah? Selain tugas tak ada hal yang harus aku cari di dalam sekolah megah dengan gerbang mewah yang proses pembuatannya menghabiskan biaya lebih dari tujuh puluh juta ini.

Saat santai berjalan, mataku tak sengaja melihat sosok itu, sosok yang menurutku sempurna. Tinggi, putih, gagah dengan wearpack berwarna biru muda yg di padukan dengan list berwarna kuning. Ah! Terimakasih Tuhan, kau masih menyisakan sosok sempurna yang kau ciptakan begitu detail dan sangat berhati-hati. Mataku masih tertuju padanya sampai punggungnya menghilang di balik pintu masuk bengkel praktek Teknik Kendaraan Ringan. Hal pertama yang aku pikirkan adalah 'dia sempurna' dan satu hal yang sudah ku tahu tentangnya adalah dia siswa jurusan Teknik Kendaraan Ringan.

"Woi!!" Teriak Sinta sembari mengagetkanku.
"Eh, apaansih! Ngagetin aja!" Jawabku sewot.
"Ngeliatin apaansih? Serius banget" Tanyanya.
"Bukan apa-apa. Udah yuk ah masuk kelas" Ajakku.

Sinta adalah sahabatku, seorang model hijab yang memiliki banyak followers dan job endorse dan pasti di sukai banyak laki-laki. Nggak heran setiap jalan sama dia selalu di godain sama laki-laki yang nggak tahu diri.

"Ren, ntar pulang sekolah lo harus temenin gue dulu ngerjain tugas desain" kata sinta.
"Ahilah lo, lama ntar pulangnya sore banget deh." Jawabku kesal.
"Kan lo nebeng gue pulangnya, ko jadi lo yang sewot?" Tanya sinta.
"Tuh kan! Iya deh iya gue temenin." Jawabku pasrah.

15.17
Triiingg ...
"Sin, jadi mau ngerjain tugas desain?"
"Jadi, di koridor aja yuk." Ajaknya
"Oke" jawabku datar.

Aku bukan tipe orang yang suka berlama-lama disekolah, tahu sendiri aku tidak bisa mencintai sekolahku sendiri, tidak ada yang spesial di dalam sekolah ini. Sambil menunggu Sinta menyelesaikan tugasnya aku menyalakan musik di ponselku dengan earphone.

Dan aku mencintaimu
Sungguh-sungguh tanpa kau tahu.
Tersimpan di dalam hatiku
Selamanya
Ini jadi rahasia cintaku
(Kahitna-Rahasia cinta #baper)

Mataku tertuju kelapangan, kulihat anak ekstrakurikuler basket mulai memasuki lapangan untuk latihan. Sosok itu! Sosok orang yang sempurna yg kutemui tadi pagi, ternyata dia anak basket. Oh Tuhan, aku ingin menjerit, kuperhatikan setiap geraknya, saat dia mendribble bola, saat dia memasukan bola ke ring. Ya! Dia benar-benar sempurna. Aku tidak tahu sudah berapa banyak lagu yang aku lewatkan hanya untuk diam terpaku melihat sosok sempurna yang diciptakan tuhan di wajah bumi ini.

"Ren! Ireeeeeeeeeenne!!!" Teriak Sinta.
"Ha? Kenapa sin?" Jawabku sambil melapas earphone dari telingaku.
"Lo ngeliatin apasih? Ga mau pulang lo? Udh jam segini. Tumben banget ga ngajak buru2" kata Sinta.
Ku lirik jam tanganku, pukul 17.10
"Ah lo! Kenapa ga ngomong kalau udah jam segini, ayo buruan pulang." Aku berdiri lalu meninggalkan koridor yang kemudian di susul oleh Sinta.

CINTA LENTERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang