CHAPTER 5

191 17 2
                                    

Personal chat Line

Rasyid: Ren, lo sibuk?

Irene: nggak, kenapa?

Rasyid: entar malem keluar yuk? Gue bete nih.

Aku harus jawab apa? Menolaknya? Tapi ini kesempatan bagus untuk memulai kedekatanku dengannya. Tapi aku masih memikirkan tentang Sinta. Bagaimana jika dia mengetahui semuanya? Apa ysng harus aku jelaskan padanya?

Irene: Liat entar ya syid, nanti gue kabarin.

Rasyid: oke.

Aku masih bimbang, aku masih tidak tahu harus menjelaskan apa pada Sinta kalau dia sampai mengetahui semuanya. Aku tidak ingin Sinta mengira bahwa aku adalah penyebab Rasyid jadi bersikap dingin padanya.

Pukul 16.15

Rasyid: Ren, gimana? Bisa nggak? Kalau bisa sekarang gue buru-buru pulang nih. Abis basket soalnya di jatibening.

Irene: ok deh. Jemput gue abis maghrib aja. Lo hati-hati pulangnya.

Rasyid: oke, nanti gue jemput ya. Tunggu ya, gue pulang dulu. Jangan kangen ya inces.

Irene: inces? Nama gue Irene.

Rasyid: Princces maksudnya Ren. Norak deh.

Irene: oh sorry, gue nggak tahu hahaha.

Tak pernah terbesit sama sekali di fikiranku bahwa aku bisa sedekat ini sekarang dengan sosok sempurna yang aku kagumi selama ini. Aku hanya megagguminya dari kejauhan, memperhatikannya dari koridor sekolah, bahkan mencintainya dalam bisuku. Tak pernah terfikir untuk memulai semuanya duluan, apalagi setelah mendengar cerita Sinta yang di balas dengan sikap dingin. Tetapi, cinta itu datang dengan sendirinya, cinta itu menyadari bahwa disini ada hati yang sudah lama menunggu. Cinta itu menyadari bahwa disini ada hati yang tulus yang pantas untuk di cinta.

Lalu? Apa rasa ini salah? Salah di bagian mana? Waktunya atau orangnya?
Aku memikirkan itu 1 jam lamanya, dan tersadar dari lamunanku saat handphoneku berdering

Freecall from Rasyid.

Irene: kenapa Syid? Udah dimana?

Rasyid: keluar deh.

Aku segera berlari kebawah menuju teras rumahku. Kubuka pintu rumahku lalu kulihat motor skywave berwarna hitam gold terparkir di depannya. Tapi dimana Rasyid? Kenapa hanya motornya saja?

"Woy, gue disini." Panggilnnya.

Aku menoleh ke arah kiri, sosok itu tampak menawan di dalam balutan kemeja berwarna denim yang di padukan dengan kaos berwarna putih.

"Kaget ya?" Tanyanya sambil memegang kepalaku.

"Apasih yee." Jawabku sambil menyingkirkan tangannya dari atas kepalaku.

"Yuk, sekarang" ajaknya.

"Sebentar, gue ambil tas dulu ya." Jawabku.

Dia hanya tersenyum. Senyumnya sudah cukup membuat aku sedikit tersipu. Aku berbalik, lalu tersenyum sambil bergegas mengambil tasku.

Sekarang aku sudah berada di atas motornya, berboncengan dengan sosok sempurna yang aku kagumi selama ini sambil menikmati senjanya kota Bekasi.

Aku tidak dapat mendefinisikan rasa bahagiaku. Bukan karena aku Aleksitimia, tapi karna bahagia ini sudah berada di puncaknya.

"Lo udah makan?" Tanyanya.

"Belum" jawabku.

"Doyan makan juga kan sama kayak gue?" Tanyanya lagi.

CINTA LENTERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang