Setelah kejadian tanggal 1 Desember malam itu, Rasyid mengganti status Line nya dengan namaku. Aku mulai pasrah, aku harap Sinta bisa mengerti, bahwa cinta memang tak bisa di paksakan. Cinta tau kemana ia harus pergi.
Keesokan harinya.
Personal chat Line.
Rasyid: "inces, kamu hari ini sekolahnya aku jemput ya. Jangan bawel, aku otw."
Irene: "apasih, nggak perlu di jemput segala. Kamu lama nyampenya."
2 menit kemudian aku lihat lagi wall chat di Line, ternyata cuma di read. Terpaksa aku harus menunggunya.
Pukul 6.20
Tin.. tin.."Kamu lama, kan aku bilang nggak perlu di jemput segala, liat dong jam berapa." Kataku sewot.
"Bawel, baru jam 6.20. Kayak rumahnya butuh waktu setengah jam aja kesekolah. 2 menit nyampe aja juga." Jawabnya sambil menarik pelan hidungku.
"Masih pagi, jangan ngeselin." Kataku.
"Kamu tuh, masih pagi udah marah-marah aja." Katanya sambil menyalakan motornya. Dan bergegas melaju ke sekolah.
"Syid, kamu tasnya nggak bawa apa-apa ya?" Tanyaku.
" aku hari ini full dibengkel. Ntar kalau nggak ngabarin jangan kangen ya, hahaha" ledeknya.
"Geer" jawabku.
Setelah sampai disekolah, kami memasuki kelas masing-masing.
Sesampainya dikelas.
"Cie yang baru jadian. PJ lu" tiba-tiba sinta bersuara dari pojok ruang E5.
Aku berjalan menghampiri sinta dan duduk di sampingnya.
Aku terdiam sejenak. Lalu 5 menit kemudian aku memberanikan diri untuk memulai semuanya.
"Sin maafin gue ya." Kataku gugup.
"Maaf untuk apa?" Tanya Sinta.
"Soal gue sama Rasyid" kataku.
"Hahaha.. " Sinta tertawa.
"Kok ketawa? Ada yang lucu?" Tanyaku.
"Lo tuh lucu Ren. Lo pikir gue marah? Nggak mungkinlah! Mungkin dia emang lebih nyaman sama lo daripada sama gue. Gue juga tahu kok cinta itu nggak baik kalau dipaksakan. Dan 1 hal yang harus lo tahu, gue udah punya Ridwan, dia baik. Yaa walaupun gue sama dia belum jadian." Kata sinta menjelaskan.
"Makasih sin, gue kira lo bakalan marah sama gue." Kataku.
"Nggak lah Ren, nggak mungkin gue marah." Sahutnya.
Aku tidak menyangka kalau seperti ini akhirnya, memang Sinta adalah orang yang benar-benar mengerti apa mauku. Dia memahami perasaanku. Dan sekali lagi aku harus berterimakasih pada Tuhan yang begitu baik padaku.
Sekarang aku sudah mendapatkan segala yang ku mau. Penantianku membuahkan hasil.
Aku sudah mendapatkan orang yang aku kagumi selama ini menjadi kekasihku. Aku berbagi segalanya padanya. Bahkan aku menceritakan saat pertama kali aku melihatnya, mengagguminya dan jatuh cinta padanya. Dia mampu menjadi segalanya untukku. Menjadi pacar, teman bercerita, teman makan, dan lain-lain.
Sama seperti pasangan lain, kami menjalani hubungan seperti biasa. Bercanda, jalan, makan, berantem itu sudah pasti. Tapi satu yang aku suka dari Rasyid, dia mampu membuatku tertawa disaat aku marah. Leluconnya mampu meluluhkan emosi dalam diriku.Disaat hari ulang tahunnya yang ke 17, aku berusaha mempersiapkannya sebaik mungkin, agar ulang tahunnya yang ke 17 ini sangat berkesan untuknya. Tapi sama seperti pasangan lain. Hubungan kami sedang tidak sehat saat itu. Hubungan kami sedang ada di fase bosan. Aku dan dia pun mengatasinya dengan tidak saling mengabari satu sama lain. Menurutku ini solusi yang tepat untuk dapat melewati fase tersebut.
Tetapi tetap, rencanaku untuk hari ulang tahunnya berjalan lancar. Setelah hari itu kami kembali seperti biasa. Semua kami jalani senormalnya. Aku tahu, bahwa Rasyid sosok yang mampu menjaga hati wanitanya. Bahkan selama menjalani hubungan denganku pun aku tak pernah menemuinya berbalas pesan dengan perempuan lain. Selain teman-teman kelasnya.2 bulan menjalani hubungan, fase itu kembali lagi. Fase yang dinamakan bosan itu kembali lagi. Kali ini didukung dengan handphoneku yang tiba-tiba rusak, yang berujung pada aku tidak mengabarinya selama satu minggu.
ini yang aku takutkan dari fase bercinta.
(datang-usaha-dapatkan-bosan-pergi-hilang-lupakan)
ah aku inginkan kau yg dulu. Sekarang, aku atau kau yg berubah?? tapi ingatlah, hal ini tak akan membuatku mundur satu langkahpun,aku tetap disini,bertahan! karna aku tahu betapa susahnya keluar dari zona amanku setelah insiden yg membuatku trauma tersebut. Dan untuk keluar dari zona tersebut butuh orang yang mampu dan tepat,dan orang itu adalah kau,kau yang mampu membuatku keluar dari rasa terpurukku.
Sampai pada insiden tanggal 14 februari, yang seharusnya itu menjadi hari kasih sayang, tapi kita malah mengakhiri hubungan kita. Ah, bukan kita, tapi aku. Aku yang mengakhiri semuanya duluan, yang akhirnya aku sendiri yang menyesal. Aku mengakhiri semuanya hanya karena emosi sesaatku. Semua komitmen yang telah kita buat kita lupakan begitu saja. Semua tujuan yang ingin kita capai bersama dari awal. Kita hapus begitu saja.
Jujur, aku tidak pernah seterpuruk ini. Aku terlalu menghargai usahaku dari awal saat mendapatkanmu. Usahaku saat aku harus melawan kengerian terhadap cinta karena masa laluku.
Kau masih menjadi sosok sempurna dimataku dan takkan pernah terganti. Aku pernah mencoba untuk melupakanmu. Tapi nyatanya hati dan logikaku tidak sejalan. Mereka selalu berbeda pendapat. Karna hati yang patah apabila dipaksakan untuk pindah. Hanya akan membuat hati itu patah lebih parah.
Yang harus kau tahu, rasa ini masih sama. Tak berubah sedikitpun, bahkan sampai detik ini perasaanku semakin mendalam terhadapmu.
Rasyid Al-bani. Terimakasih karena kau mampu menjadi sosok yang membuatku merasakan jatuh cinta lagi.
Kau yang sampai saat ini masih aku kenang, tak kulupakan.Aku masih mengingat setiap detail dari dirimu. Aku masih menunggu saat itu, saat dimana kau siap untuk memulai semuanya kembali.
Maafkan aku yang dulu, aku tidak akan menuntut apapun darimu lagi, aku berjanji.Teruslah berjalan kedepan. Tapi apabila kau tak berani dengan gelapnya, menolehlah kebelakang, karena aku masih berada di belakangmu, menerangi jalanmu dengan Lenteraku.
Memang untuk saat ini cintaku hanya seterang Lentera karna aku hanya menyusuri jalannya sendiri. Tapi apabila kita menyusuri jalannya bersama, memegang lenteranya bersama. Percayalah! Lentera itu akan sebenderang neon.
Teruntuk 1 Desember (M.Rasyid Al-Bani)
-Irene kharisma-
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA LENTERA
Teen Fiction"Aku bungkam, namun aku tak bersembunyi" nampaknya perumpamaan itu sangat pantas untukku, kejadian delapan bulan silam telah membuatku takut untuk jatuh cinta lagi. sampai akhirnya "dia" sosok humoris yang mampu mematahkan ketakutanku. dia yang mamp...