Part 4

13 3 0
                                    

Monet melangkah masuk ke ruang perpustakaan, dengan membawa satu buku pelajaran, earphone dan iphone. Ia berjalan dengan langkah gontai, akibat pelajaran biologi yang membosankan.

Saat ia masuk, dia pun mencari-cari tempat yang strategis. Akhirnya ia memilih dipojok ruangan dekat rak buku-buku politik. Ia sangat tahu bahwa, murid-murid disekolahan ini jarang sekali untuk pergi ke area sana.

Akhirnya ia berjalan dengan langkah pasti, dan duduk di tempat itu. Earphonenya sudah terpasang cantik ditelinganya. Dan akhirnya ia pun tertidur. Wajahnya ia tutupi dengan buku yang ia bawa tadi.

Namun beberapa menit berlalu, tiba-tiba ia merasakan aura yang tak jelas. Badannya pun menjadi merinding. Suasananya seakan menjadi seram.

"DORR!" Teriak sesorang ditelinga Monet.

Karena Monet kaget, dengan reflek dia memukul wajah orang itu. "Anjir, sakit bego."

Saat Monet melihat wajahnya, ternyata ia baru tahu kalau orang itu adah Mario. "Eh Setan, ngapain sih lo ngangetin gue?!"

"Eh Badak, gue cuman ngagetin doang tapi kenapa lo mukul gue?!" Tanya Mario yang masih merasakan 'nyut-nyut' di hidungnya.

"Gue reflek Monyong. Lagian kalau gue jantungan gimana?!" Tanya Monet balik sambil melepas earphonenya.

"Ke dokterlah," jawab Mario.

"Dasar sinting," balas Monet sambil melegangkan kaki menuju pintu keluar.

Saat Monet ingin kembali ke kelasnya, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang ke arah gudang sekolahan.
"Aduh, ngapain sih lo narik-narik gue?!" Tanya Monet.

"Stt, diem nanti ketahuan, bodoh!" Kata Mario sambil membekap mulut Monet.

Suara langkah kaki mulai mengecil, menandakan seseorang yang Mario hindari sudah menjauh.

Tanpa Mereka sadari, jarak diantara mereka sudah sangat dekat. Hingga akhirnya Monet mendorong tubuh Mario menjauh. "Gausah deket-deket gue lo!"

"Idihh, geer banget sih lo jadi cewek!" Balas Mario.

"Tadi lo ngapain narik-narik gue?"
"Tadi ada Bu Safah, lo mau ketahuan bolos?"

Monet terdiam, karena Mario mau menolong dirinya agar tidak ketahuan oleh Bu Safah. Hah? Kok Mario mau nolongin gue dah? Batin Monet. "Eh, gausah geer dulu. Gue nolongin lo karena kasihan aja sama lo."

"Siapa yang geer? udah ah gue mau balik kekelas," jawab Monet, karena takut ketahuan kegeeran. Akhirnya ia berjalan menuju pintu gudang. Saat Monet ingin menarik Gagang pintunya, ternyata pintunya tidak bisa dibuka. Monet mencoba menarik lagi pintunya, tetap saja pintunya tidak bisa dibuka. Dengan sekuat tenaga ia mencoba membuka pintu, tetap pintunya tidak bisa dibuka.

Tiba-tiba, dari belakang Monet ada yang mendorong pintunya, dan akhirnya pintunya bisa terbuka. "Pintunya didorong bukan ditarik. Makanya kalau punya otak tuh dipake, bukan cuman dibawa doang," kata Mario didekat telinga Monet.

Saking malunya, Monet langsung pergi meninggalkan Mario tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Mario terkekeh saat melihat Warna merah tercetak jelas di pipi Monet.

*

Anti YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang