prolog

63 1 0
                                    

Riuh-rendah suara bocah-bocah usia belasan tahun yang berderet mengantre di depan pivilium sekolah hanya sekedar untuk menyaksikan announcement dari hasil jerih payah menimba ilmu selama berseragam putih biru.

Aku mencoba menelusup barisan kokoh yang barangkali dapat ku tembus dengan sedikit sisa tenaga yang ada,namun walhasil aku kembali terdesak mundur dari kerumunan anak berbadan tegap dan tinggi laksana gantar yang sedari tadi sudah tak sabar mengetahui apakah dia mendapat predikat LULUS atau TIDAK.

Ku kuatkan kaki untuk berdiri walaupun dengan berjalan gontai meninggalkan sumber keramaian kerena memang sudah tak sanggup lagi menahan nyeri akibat himpitan badan yang menerpa tubuhku. Lamat lamat kakiku seakan tak lagi menginjak pada tanah dan juga bumi ini seakan bergoyang dahsyat, suara memekakan tadi semakin sayup- sayup terdengar,lama kelamaan badan ku semakin limbung, dan akhirnya saraf auditoryku pun tak lagi mampu menghantarkan frekuensi gelombang getaran menuju otak.

Jiwaku melayang membumbung di negri antah berantah yang tak lagi ku kenali untuk saat ini...

Jiwaku melayang membumbung di negri antah berantah yang tak lagi ku kenali untuk saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Windows's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang